Ibu Pengajian, Bukan Dapat Dukungan Malah Tudingan


Oleh Ndarie Rahardjo
Guru PAUD


Mengutip perkataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mantan Presiden ke-5 RI  di acara Kick Off Pancasila dalam Tindakan 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting' yang digelar BKKBN, mengatakan, "Saya melihat ibu-ibu itu ya, maaf ya, kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya. Maaf beribu maaf. Ini pengajian sampai kapan? Anake arep diapakke (anaknya mau diapain)?" (Sabtu,18/2/2023)

Sangat disayangkan sindiran itu keluar darinya, yang notabene dia adalah seorang ibu bahkan pernah menjadi ibu negara. Sebaiknya ketika memberikan pernyataan publik harus sesuai fakta dan didukung data empiris, sehingga memiliki akurasi dan korelasi yang tepat dan kuat argumentasinya. 

Apa ada data dari lembaga survei yang mempublikasikan bahwa ibu-ibu yang senang mengaji akan menyebabkan anak-anaknya terabaikan? Jika tidak ada dari mana dapat kesimpulan seperti itu? 

Faktanya waktu yang dibutuhkan seseorang untuk pengajian paling lama tidak sampai seharian, hanya berkisar 2-3 jam dan itu pun tidak setiap hari, ini tentu saja waktu yang sangat singkat dibanding orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja di perkantoran, pekerja pabrik bahkan pegawai negara sekali pun yang ternyata menyita waktu kaum ibu begitu lama, 8 jam kerja per hari plus perjalanan yang rata-rata biasa ditempuh 2-3 jam pp dikali 20-25 hari kerja dalam sebulan,  ternyata selama 200 hingga 250 jam dalam sebulan waktunya meninggalkan rumah? atau mereka yang suka pergi ke mall, arisan atau sosialita, bahkan sekedar melihat sosial media dan market place bisa berjam jam dihabiskan waktunya. Jadi mana yang lebih berpotensi mengabaikan anaknya? 

Banyak ibu-ibu yang membawa anaknya ke tempat pengajian agar tetap bisa mengawasi dan tidak mengabaikannya tanpa pengawasan orang tua, dan agar bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Apalagi jarak tempat pengajian yang dekat dengan rumah karena hampir setiap RT ada kelompok pengajiannya. Sehingga tidak menghabiskan waktu yang terlalu lama meninggalkan rumah.

Justru dengan mengikuti pengajian kaum ibu yang tidak bisa mendapat ilmu tentang agama dan kehidupan dari sekolah formal, mereka bisa mendapatkannya di pengajian. 

Perlu evaluasi kembali ketika mengaitkan pengajian dengan pengabaian anak, karena faktanya ibu-ibu pengajian hanya menghabiskan sedikit waktunya keluar rumah dibanding yang bekerja di luar rumah. 

Mengapa Tudingan Ditujukan ke Pengajian?

Dalam kehidupan yang serba materialistik seperti sekarang ini, wajar jika akhirnya  banyak orang berfikir bahwa segala sesuatu harus bisa bernilai materi (menghasilkan uang). Sebab memang seperti itulah sifat kapitalis menjalankan sistem kehidupannya. Yang beruang yang menang, yang beruang yang senang, yang beruang akan menjadi tuan.
Sehingga ketika melihat fakta banyaknya ibu-ibu yang senang mendatangi pengajian merasa heran, karena dianggapnya pengajian hanya mendatangkan keburukan karena melalaikan anaknya, apalagi tidak bisa menghasilian uang. 

Tapi sebaliknya untuk para ibu-ibu yang bekerja di luar rumah tidak pernah disebut mengabaikan anak dan keluarga, kenapa? Karena mereka memiliki nilai secara materi (menghasilkan uang). 
Inilah yang menjadi landasan berpikirnya, kenapa yang pengajian dituding sedangkan para pekerja didukung. 
Padahal, pengajian/ majlis taklim adalah tempat yang nyaman bagi ibu-ibu untuk mengupgrade ilmunya dan pemahaman untuk belajar Islam, belajar tentang pengasuhan anak dan keluarga (parenting), belajar adab, belajar fiqih dan sebagainya yang tidak mungkin didapatkan di jenjang pendidikan formal seperti yang ada di negeri ini. 

Karena mengaji mereka bisa bersabar menghadapi beratnya beban kehidupan yang ditanggung keluarga karena punya ilmunya. 

Pengajian dalam Pandangan Islam

Mengaji atau tholabul ilmi dalam pandangan Islam adalah kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Untuk ilmu yang berkaitan dengan dunia wajib kifayah sedangkan untuk akhirat wajib ain, sehingga siapa pun punya kewajiban untuk menuntut ilmu. Bahkan perintah menuntut ilmu tidak mengenal batasan usia, artinya sejak dalam buaian sampai liang lahat ada kewajiban menuntut ilmu. 

Keutamaan menuntut ilmu, sebagaimana yang diserukan Allah dalam Surat Al Mujadalah ayat 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”

Bahkan kewajiban menuntut ilmu itu mendahului amal, karena amal tanpa ilmu maka tidak akan terarah dan bisa saja salah. 
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, seperti yang terdapat dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim) 

Begitu pun dalam masyarakat Islam akan terkondisi suasana yang kental akan fastabiqul khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Karena ilmu yang bermanfaat akan menjadi amal jariyah meskipun orang yang mengajarkan sudah tiada. Sehingga akan mendorong siapa pun untuk berkarya yang bermanfaat untuk semua orang. 

Dan sudah menjadi kewajiban negara menyediakan sarana maupun prasarana untuk menunjang Ilmu agar bisa menjangkau semua masyarakat, baik yang belum menjadi ibu maupun yang sudah berstatus seorang ibu.
Negara akan mendorong kaum perempuan untuk tetap bisa menuntut ilmu agar memiliki wawasan luas dan cerdas sebagai bekal kehidupan di dunia dengan peran utamanya sebagai ummu warabbatul bait dan bekal ke akhirat. 

Demikianlah Islam menempatkan kedudukan ilmu begitu utama dan mulia, sehingga orang-orang yang menuntut ilmu pun akan diutamakan dan dimuliakan. []

Post a Comment

Previous Post Next Post