Hanya Sistem Islam yang Mampu Menjamin Kehidupan Rakyat


Oleh : Tsani Tsabita Farouq

Manusia sejatinya diwajibkan melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Upaya yang bisa dilakukan manusia salah satunya yaitu dengan bekerja lalu menghasilkan gaji/upah atas pekerjaan yang dilakukannya. Dari uang tersebutlah seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sayangnya, saat ini banyak sekali masyarakat yang sulit untuk mendapatkan pekerjaan, pun juga ditambah saat ini banyak sekali masyarakat yang terimbas PHK.

Dikutip dari radaronline.id "Bupati Dadang menyebut bahwa berdasarkan data dari Disnaker angka pengangguran di kabupaten Bandung di prediksi mencapai angka 126 ribu orang"

Angka yang tak sedikit ini akan memicu munculnya masyarakat yang berpikir untuk menghalalkan segala  cara untuk mencari uang. Alhasil, lahirlah ketidaknyamanan dan rasa tidak aman karena dihantui oleh kejahatan. Aktivitas pencurian, perampokan, penjambretan, penganiayaan dan pembunuhan bisa saja terjadi setiap hari. 

Munculnya permasalahan ini diakbitkan dari penerapan sistem kapitalisme demokrasi dimana negara hanya berperan sebagai fasilitator. Negara tidak menyediakan lapangan pekerjaan dengan membuka usaha, tetapi negara hanya memfasilitasi atau menghubungkan para pekerja dengan industri. Negara disini terlihat hanya mengikuti permintaan korporat saja.

Juga prinsip kebebasan kepemilikan yang dianut pada sistem ini melahirkan para pemodal rakus kelas kakap. Siapa saja yang memiliki modal banyak dan mempunyai kekuatan bisa melindas yang lemah. Bahkan para pengusaha itu juga bebas untuk akhirnya menentukan berapa upah dan siapa saja yang dapat bekerja. Alhasil, bagi pengusaha asing sangat menguntungkan mereka dengan mengambil pekerja dari negara sendiri.

Masalah pengangguran ini  mudah diselesaikan hanya oleh Islam sebagai agama yang sempurna. Islam memberikan tugas kepada pemimpin untuk mengurusi rakyatnya, termasuk menyediakan lapangan pekerjaan.

Diceritakan oleh Anas bin Malik, “Suatu ketika ada pengemis yang datang menemui Rasulullah saw., Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?” Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasulullah saw. langsung berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!” Lalu pengemis itu menyerahkannya kepada Rasulullah, kemudian Rasul menawarkannya kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.” Rasul menawarkannya kembali. “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.
Rasulullah saw. menyuruh pengemis itu untuk membelanjakannya makanan untuk keluarganya dan selebihnya, Rasul menyuruhnya untuk membeli kapak. Rasulullah saw. bersabda, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua pekan ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah pun memberinya uang untuk ongkos.
Setelah dua pekan pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Lalu Rasulullah menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya, seraya bersabda, “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha.” (HR Abu Daud).

Dari hadis tersebut terlihat jelas bagaimana seharusnya seorang pemimpin mengurusi rakyatnya. Ia harus mencari solusi agar rakyat tidak lagi menganggur, meminta-minta, bahkan melakukan kejahatan. Jadi, pemimpin (negara) harus membuka lapangan pekerjaan, menyediakan fasilitas, ataupun memberikan modal (tanpa riba). Di dalam Islam, negara menjaga agar tidak ada orang-orang yang malas dalam berusaha. Negara akan menghadapi mereka dengan memahamkan kewajiban dan kedudukan bekerja bagi laki-laki hingga memberikan keterampilan khusus.

Melihat keseriusan Islam dalam menanggulangi pengangguran, masihkah ingin berharap pada sistem buatan manusia?

Post a Comment

Previous Post Next Post