(Mentor Kajian Remaja)
Menghadapi tahun baru, siapa yang tidak memiliki harapan baru? Tentu, setiap orang memiliki daftar harapan yang harus dicapai dan pastinya semua berharap lebih baik lagi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Tak terkecuali Presiden Indonesia Joko Widodo alias Jokowi yang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menyongsong harapan dan peluang yang baru di 2023 untuk menuju Indonesia yang maju. Penggalan kalimat ini ditulis Presiden Jokowi sebagai ucapan selamat tahun baru di akun Twitter resminya @jokowi. (mediaindonesia.com, 02/02/2023)
Harapan hanya angan belaka bila tak dibarengi usaha. Tampaknya sangat berat dan sulit bagi pemerintah saat ini untuk menyongsong menuju Indonesia maju. Pasalnya, bila kita memutar memori atas apa yang telah terjadi 1 tahun kebelakang, amat sangat banyak bahkan hingga tak terhitung jumlah kasus yang telah terjadi. Mulai dari kasus narkoba yang tak kunjung usai, kemiskinan yang malah semakin meningkat hingga bencana alam gempa bumi Cianjur yang masih belum tuntas penanganannya.
Belum lagi minimnya lapangan pekerjaan sehingga tingkat pengangguran semakin tinggi, sementara harga bahan dan kebutuhan pokok senantiasa naik. Dalam kasus kriminal mulai dari pembunuhan, penculikan, penjambretan, begal dan lain sebagainya. Tak lupa, kasus Covid-19, korupsi, perzinahan, hutang LN, penipuan dan kasus-kasus lainnya yang hingga kini tak kunjung usai.
Sebetulnya bila dipreteli lagi, masih banyak kasus-kasus lain yang pada faktanya amat sangat disayangkan jauh dari kata Indonesia maju. Terlebih terkait dengan kondisi generasi muda. Dengan berbagai persoalan tersebut, harapan ada perbaikan kondisi pada tahun 2023 sangatlah tipis. Apalagi saat ini fokus para pejabat sudah bias dengan agenda pemilu tahun 2024. Pertarungan politik dimulai, pengurusan rakyat akan makin terbengkalai.
Pemilu 2024 sudah di depan mata. Konsentrasi penuh dan kesibukan untuk mengamankan posisi masing-masing sudah tercium dari berbagai konsolidasi para petinggi. Bila seperti ini, mungkinkah urusan rakyat masih diperhatikan?
Terhadap masalah ekonomi, langkah yang diambil adalah menambah hutang luar negeri. Ini berarti menjadikan negeri kita semakin mudah didikte. Belum lagi dampak riba yang bertentangan dengan syariat, utang berbasis bunga akan semakin menjerat dan bergelimang dosa.
Di bidang pendidikan, alih-alih melakukan evaluasi, yang dikembangkan malah sekularisasi dan liberalisasi pendidikan serta moderasi beragama. Pembajakan potensi generasi secara habis-habisan telah mengalihkan semangat cita-cita mulia mereka menjadi cita-cita berbasis materi semata.
Selain itu, sistem sanksi dan perundang-undangan kerap kali tak adil. Pelaku pembunuhan dan pemerkosaan sering kali hanya sebatas di penjara dalam jangka waktu tahunan. Tak ada jaminan pelaku menyesali perbuatannya, bahkan malah (bisa jadi) semakin mahir dalam melakukan aksi kejahatannya. Hukuman bagi pelaku korupsi pun tak ada bedanya. Sama-sama tak memberikan efek jera. Berbeda halnya dengan hukuman terhadap nenek-nenek yang mencuri singkong. Tanpa proses yang lama, seketika dijatuhi hukuman setimpal. Hukum tumpul ke atas tajam ke bawah sudah menjadi ciri pengadilan negeri ini.
Masih banyak lagi yang kita rasakan dari bobroknya sistem saat ini di semua aspek. Alih-alih menyelesaikan masalah, malah justru melahirkan masalah baru. Banyak pula masyarakat yang merasakan kezaliman ini. Namun apa boleh buat, suaranya dibungkam dengan berbagai undang-undang.
Beginilah jadinya bila sistem yang diterapkan masih berasaskan kapitalisme liberal nan sekuler. Siapa pun yang memiliki modal bebas berkuasa, segala sesuatu bebas dilakukan bila ada manfaat dan parahnya agama dikesampingkan. Maka wajarlah bila kerusakan terus terjadi.
Padahal Allah Swt. telah berfirman :
"Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? Yakni tidak ada yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang beriman." (TQS. Al-Maidah: 50)
Satu-satunya sistem yang bisa membawa perubahan dan memajukan bangsa hanyalah sistem yang berhukum kepada Sang Pencipta. Sebab Pencipta lah yang mengetahui seluk-beluk makhluknya dan Mahatahu terhadap baik buruk bagi hamba-Nya.
Islamlah yang mampu menghadirkan solusi hakiki atas setiap problematika umat, juga hanya sistem Islam yang mampu menyejahterakan dan memajukan peradaban.
Bukan omong kosong belaka, ini telah terbukti kurang lebih 13 abad lamanya Islam dijadikan aturan dalam bernegara. Dalam kurun waktu tersebut keamanan terjamin, kesejahteraan terasa oleh umat Islam, Nasrani, Yahudi dan siapa pun yang rida dan mau bergabung dalam naungan institusi Islam.
Dengan bukti seperti di atas, masihkah kita berharap negeri akan maju dengan sistem demokrasi kapitalis sekuler liberal? Tentu, umat seharusnya semakin yakin bahwa hanya Islam satu-satunya yang mampu menghantarkan Indonesia maju secara hakiki.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment