Pengasuh Majelis Taklim
Tahun 2022, banyak permasalahan yang terjadi di Indonesia yang belum terselesaikan dengan tuntas. Negeri mayoritas muslim ini semakin jauh dari Islam. Aturan kapitalisme yang diterapkan telah melahirkan beragam kerusakan, pergaulan bebas, narkoba, korupsi semakin membabi buta, ketidakadilan, tingkat kejahatan yang semakin tinggi, dan lain sebagainya.
Kasus kejahatan misalnya. Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan, bahwa angka kejahatan atau tindak pidana selama kurun waktu 2022 mengalami kenaikan sekitar 7,3 persen dibandingkan pada tahun 2021 lalu. Pada tahun 2021 lalu ada 257.743 tindakan kejahatan sedangkan tahun 2022 sebanyak 276.507. Menurutnya, terjadinya peningkatan tindakan kejahatan ini bukan tanpa sebab. Melainkan adanya peningkatan aktivitas masyarakat, akibat adanya pelonggaran terhadap pembatasan yang pernah diterapkan selama masa pandemi Covid-19. (Republika.co.id, 01/1/2023)
Mirisnya, tindakan kejahatan yang terjadi hari ini mayoritas dilakukan oleh pemuda. Pemuda yang seharusnya ada di barisan terdepan untuk menuju Indonesia ke arah yang lebih baik lagi, dibajak oleh kapitalisme dengan ide sekulernya yang merusak. Ada dua faktor penyebab kondisi ini terjadi:
Pertama, faktor internal yaitu rendahnya pemahaman agama. Keimanan yang rendah akan membuat orang cepat marah, emosi, kalut, dan bermaksiat. Kehidupan sekuler yang menaungi negeri ini telah menjadikan pemuda mengukur segalanya dari materi dan kenikmatan jasadiyah, bahkan tanpa memperdulikan cara mendapatkannya, apakah halal atau haram. Sistem sekuler telah meniadakan agama sebagai aturan kehidupan.
Kedua, faktor eksternal. Seperti ekonomi, sosial, dan produk hukum itu sendiri. Faktor ini tidak lepas dari penerapan sistem ekonomi kapitalis berikut sistem politik demokrasinya. Sistem ekonomi kapitalis telah melahirkan kesenjangan yang lebar antara orang kaya dan miskin, dan telah menciptakan kemiskinan sistemik di tengah masyarakat. Penguasa juga telah membiarkan para pemilik modal (kapitalis) mengambil kekayaan milik umat, mengeruk harta individu dengan pajak tinggi di tengah kesulitan hidup dengan melambungnya harga sandang, pangan, dan papan.
Di tengah karut marutnya persoalan yang membelit negeri ini, menjadikan harapan perbaikan kondisi di 2023, seperti menggantang asap. Apalagi, saat ini para pejabat lebih fokus pada pemilu 2024 ketimbang mengurus rakyatnya. Para politisi beramai-ramai mencari dukungan rakyat agar bisa menang di pesta demokrasi 2024.
Satu-satunya harapan adanya kebaikan di tahun 2023, hanya ada ketika Indonesia menerapkan Islam secara kafah. Demikian juga terwujudnya generasi pemimpin berkualitas, bertakwa hanya dapat terwujud dalam negara yang menerapkan Islam kafah yaitu khilafah. Keberkahan dari Allah Swt. akan meliputi negeri ini. Oleh karena itu, mari lipatkan perjuangan untuk tegaknya hukum-hukum Allah Swt. dan segera campakkan hukum kapitalisme yang sudah melahirkan kerusakan di berbagai bidang.
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-syat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (TQS. Al-A'raf[7]: 96)
Wallahu a'lam bishshawab
Post a Comment