Remehkan Keselamatan Anak Demi Konten, Potret Orang Tua Kapitalis Masa Kini


Penulis : Dinda Kusuma Wardani T

Anak adalah pelita hati. Bagi orang tua, anak adalah belahan jiwa atau separuh nyawa mereka. Banyak orang tua secara naluriah sanggup melakukan apapun demi membesarkan dan membahagiakan anak-anaknya. Namun, di era modern seperti sekarang, nilai-nilai itu telah banyak bergeser. Sisi naluriah para orang tua telah banyak dilemahkan dan diracuni oleh gaya kehidupan sekuler dan kapitalisme.

Eksploitasi terhadap anak bukan lagi hal yang tabu. Tak jarang kita melihat fakta dimana orang tua sanggup mengorbankan masa kecil anak-anaknya demi pundi-pundi rupiah. Tentu masih segar dalam ingatan kita, Farel Prayoga, seorang bocah berusia 12 tahun dari kota Banyuwangi yang meninggalkan bangku sekolah demi mengejar karir bernyanyi. 

Mirisnya, negara pun seolah kehilangan akal sehat, bukannya berusaha mengembalikan bocah ini ke bangku sekolah, Presiden justru mengundangnya untuk tampil di istana negara pada peringatan hari kemerdekaan RI yang ke 77 lalu. Mendapat apresiasi dari Presiden, masyarakatpun otomatis ikut-ikutan mengelukan kesuksesan Farel dalam bernyanyi. Orang tua Farel pun merasa bangga karena anaknya bisa terkenal dan menghasilkan banyak uang. Tidak peduli meski sang anak harus meninggalkan hak dan kewajibannya menuntut ilmu di sekolah.

Contoh lain yang viral baru-baru ini, seorang youtuber terkenal bernama Ria Ricis, mengajak anaknya yang masih bayi membuat konten-konten YouTube. Bahkan beberapa kontennya dinilai cukup berbahaya bagi bayinya yang belum genap 6 bulan. Si bayi diajak naik jetski dengan sedikit mengebut ke tengah laut tanpa pelampung. Tak hanya itu, Ria Ricis dan suaminya, Teuku Ryan, juga mengajak Bayi mereka bermain ATV (all-terrain vehicle) dengan menggunakan gendongan (liputan6.com, 06/01/2023).

Inilah potret orang tua masa kini. Diantara mereka banyak yang tidak memahami sesuatu yang hakikatnya baik atau buruk bagi anaknya sendiri. Pesatnya kemajuan teknologi dan media sosial, menjadikan sebagian besar masyarakat gila pada popularitas. Demi bisa terkenal di media sosial banyak orang tidak segan mempertaruhkan nyawa diri mereka sendiri maupun orang lain.

Persoalan ini harusnya mendapat perhatian dari pemerintah. Sebab pendidikan anak sejak dini sangat berpengaruh terhadap karakter dan kompetensinya di masa yang akan datang. Dimana di tangan merekalah, masa depan bangsa dan negara digantungkan. 

Para orang tua harusnya memiliki kesadaran bagaimana mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang baik pertumbuhan dan perkembangannya. Masyarakat didorong untuk turut serta mengontrol fungsi ini. Kemudian didukung dengan program-program nyata dari pemerintah. Negara memiliki tanggung jawab untuk meluruskan paradigma masyarakat yang melenceng, yang bisa membawa kehancuran bagi bangsa.

Namun, sekulerisme dan kapitalisme telah mencabut semua fungsi tersebut. Asal mendatangkan uang, asal populer, asal tidak menggangu atau merugikan orang lain, apa salahnya. Itulah pandangan masyarakat saat ini. Sangat berbeda dengan pandangan Islam yang senantiasa memperhitungkan kemaslahatan seluruh umat.

Islam memiliki tuntunan yang jelas mengenai berbagai aspek kehidupan tidak terkecuali perihal cara mendidik anak sesuai umur. Pesan-pesan yang termaktub dalam Al-Quran maupun hadits banyak menuturkan mengenai bagaimana seharusnya kita memperlakukan anak. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa keteladanan adalah cara mendidik yang paling baik. 

Seorang anak pada dasarnya mempelajari sebagian besar nilai-nilai akhlak dari orang tua dan orang-orang yang dikaguminya. Karena itu, orang tua hendaknya sejak dini memberikan tauladan yang baik, diantaranya tauladan untuk berakhlak mulia, jauh dari sikap materialistis. Islam melarang orang tua mendidik dengan cara yang membahayakan bagi anak, baik fisik maupun mentalnya. Maka tidak dibenarkan mendidik anak dengan mengajak mereka melakukan hal-hal ekstrem yang bisa membahayakan diri dan menyebabkan trauma psikis.

Rasulullah SAW memberikan tauladan sikap lemah lembut dalam berinteraksi dengan anak-anak. Banyak ayat dan hadist yang memuji sifat lemah lembut. Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 159 berfirman, 
"Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS Ali Imran:159).

Islam memberikan penjelasan bagaimana cara mengasuh anak sesuai dengan usia mereka. Pada usia balita dan anak-anak, atau usia 0 sampai 7 tahun, anak membutuhkan banyak perhatian dan curahan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Rasulullah SAW mencontohkan kepada umatnya untuk memanjakan, mengasihi, dan menyayangi anak tanpa membedakan satu sama lainnya.

Dalam usia tersebut, tumbuh kembang anak akan seiring dengan perubahan lingkungannya. Anak aktif untuk mengeksplorasi lingkungan dan dirinya, maka dari itu ia membutuhkan bimbingan dan perlindungan agar tidak salah dalam mengambil keputusan, sebab dalam usia ini anak sering kali membahayakan diri mereka sendiri. 

Apabila anak sudah sampai umur 7 hingga 14 tahun, sang anak sudah mulai memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi. Anak sudah dapat diajarkan memiliki rasa tanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Fase ini disebut dengan fase mummayyiz, atau sudah mulai memasuki akil baligh. Sehingga anak-anak mulai diajarkan disiplin melaksanakan shalat lima waktu.

Kemudian ketika telah beranjak dewasa, Orangtua sudah dapat memberikan kepercayaan kepada anak untuk dapat memilih mana yang terbaik bagi dirinya. Pada usia inilah, hasil pendidikan orang tua sejak dini akan tampak. Orang Tua hendaknya tidak berhenti memberikan perhatian,  sering mengajak anak untuk berdiskusi tentang persoalan yang dia hadapi.

Demikianlah Islam sebagai sebuah ideologi memiliki seperangkat petunjuk yang lengkap dan sempurna. Semua petunjuk tersebut mustahil akan terealisasi dengan baik dalam sistem kehidupan sekuler dan kapitalis seperti sekarang. Apabila kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, masa depan yang lebih cemerlang bagi anak-anak kita, maka jalan satu-satunya adalah menerapkan Islam dalam semua lini kehidupan kita. Wallahu a'lam bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post