Qariah Disawer Saat Membaca Al-Qur'an, Bentuk Desakralisasi


Oleh Siti Mukaromah
Aktivis Dakwah 

Seorang qariah baru-baru ini viral disawer dua orang pemuda saat membaca Al-Qur'an. Tindakan ini bertentangan dengan adab mendengarkan Al-Qur'an dan bentuk desakralisasi pada Al-Qur'an.

Dikutip dari cnnindonesia.com (5/1/2023), qariah marah dan tegur panitia usai disawer saat baca Al-Qur'an di Banten. Qariah Nadia Hawasyi mengaku langsung menegur panitia saat membacakan ayat suci Al-Quran di sebuah acara di Pandeglang, Banten. Nadia tidak terima diperlakukan seperti itu. Pernyataan Nadia sampaikan melalui akun Instagram @nadia_hawasyi6050 dalam komentar unggahan video yang memperlihatkan dirinya disawer saat ngaji. Video ini diunggah oleh ustaz Hilmi. Nadia merasa tidak dihargai. Namun tidak bisa melakukan apapun karena sedang membacakan ayat suci.

Sebelumnya, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI ) Pusat Cholil Nafis geram melihat rekaman video viral yang memperlihatkan seorang qariah disawer uang oleh beberapa jemaah yang hadir saat sedang membaca ayat suci Al-Qur'an Cholil menyatakan saweran uang kepada qariah merupakan cara yang salah dan tak menghormati majelis.

Viralnya video yang terjadi merupakan tindakan yang bertentangan dengan adab mendengarkan Al-Qur'an. Membacanya disamakan dengan dangdutan, menjadikan nilai kesakralan Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam ternoda. Tindakan dan aktivitas ini merupakan bentuk desakralisasi Al-Qur'an.

Sekularisme sukses menggerus keimanan, kehidupan sekuler membuat umat ini tak lagi mementingkan agama. Saweran dianggap sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan. Pola pikir kapitalis telah merasuk umat muslim. Kebahagiaan dinilai hanya dengan uang. Dua pemuda yang menyawer sang qariah mengira, dengan memberikan saweran sebagaimana para biduan, maka sang qariah akan merasa bahagia.

Aktivitas yang nyeleneh ini tidak bisa dibiarkan, dan bisa saja menjamur di kalangan kaum muslim. Al-Qur'an bukan lagi kitab suci yang wajib mereka sakralkan. Sebagaimana mereka menganggap Al-Qur'an sebatas buku sebagaimana lainya.

Al-Qur'an yang mulia, dibaca bukan untuk tujuan hiburan. Perilaku tak beradab ini tentu tak bisa dinilai sebagai kebiasaan. Adab adalah inti ketika dibacakan Al-Qur'an harus tetap diterapkan, bukan hanya sebagai penghargaan kepada sang pembacanya. Tetapi penghormatan kepada Al-Qur'an sebagai Kalamullah. Sebagai petunjuk yang dibawa Rasulullah Muhammad saw. untuk manusia, dan wajib setiap umat muslim mempercayai kebenarannya.

Sangat bahaya desakralisasi seperti ini, apa jadinya bila kitab suci ini dipermainkan? Umat terjauhkan dari petunjuk yang hak, dan tak akan menjadikan Al-Qur'an sebagai panutan dan petunjuk kehidupan. Kaum muslim makin jauh dari aturan yang bukan berasal dari Islam. Sebagaimana sisi gelap jahiliyah bisa kembali merusak umat Islam.

Sebagaimana yang telah disampaikan dalam Al-Qur'an, Allah Swt. berfirman yang artinya "Jika dibacakan Al-Qur'an, dengarkanlah dengan seksama dan diamlah agar kamu dirahmati". (QS. Al-A'raf: 204). Mentadaburi Al-Qur'an dan memahaminya, menjadikan hati akan tenang, dengan menyimak bacaanya. Sebagaimana dikisahkan bahwasanya Rasulullah dan para sahabat, selalu menangis jika mendengar ayat suci Al-Qur'an dibacakan.

Sebenarnya Islam juga telah mengajarkan bagaimana cara seorang muslim bersikap ketika lantunan ayat suci Al-Qur'an diperdengarkan.

Diriwayatkan dari Imam Ahmad, beliau menyampaikan bahwasanya orang yang mendengarkan ayat Al-Qur'an akan dicatat sebagai kebaikan yang berlipat ganda. Rasulullah saw. bersabda "Barang siapa mendengarkan suatu ayat dari Kitabullah, maka baginya dicatatkan kebaikannya berlipat ganda. Dan barang siapa mbacanya, maka ia mendapat nur (cahaya) di hari kiamat" diriwayatkan dari hadis (Abu Sa'id, Maula Bani Hasyim, dari Abbad Ibnu Maisarah, dari Al-Hasan, dari Abu Hurairah).

Upaya mencegah desakralisasi Al-Qur'an yang makin meluas, salah satunya adalah mengupayakan menciptakan lingkungan kondusif. Menyuasanakan lingkungan masyarakat, sekolah, dan rumah dengan maksud agar dekat dengan Al-Qur'an.

Memahami isi Al-Qur'an tidak cukup hanya sekadar dibaca didengarkan, menghafal dan meletakkanya di rak buku saja. Akan tetapi, dengan membaca dan memahami makna isinya. Karena Al-Qur'an adalah petunjuk kepada orang yang beriman dan mengikuti Al-Qur'an.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:

وَيَوْمَ نَـبْعَثُ فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ شَهِيْدًا عَلَيْهِمْ مِّنْ اَنْفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيْدًا عَلٰى هٰۤؤُلَآ ءِ ۗ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْـكِتٰبَ تِبْيَا نًا لِّـكُلِّ شَيْءٍ وَّ هُدًى وَّرَحْمَةً وَّبُشْرٰى لِلْمُسْلِمِيْنَ

"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami bangkitkan pada setiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan engkau (Muhammad) menjadi saksi atas mereka. Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim)."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 89)

Saatnya umat muslim sadar, selama umat ini masih berada dalam lingkungan dan sistem sekularisme dan kapitalisme. Mereka akan terus dipengaruhi oleh pemikiran Barat untuk merendahkan Al-Qur'an. Ayat-ayat yang merupakan petunjuk bagi umat manusia. Barat akan selalu berusaha mewujudkan desakralisasi Al-Qur'an agar umat Islam jauh dari kitab sucinya. 

Banyak kaum muslim sekarang, tak sedikit menjadikan agama hanya sekadar diucapkan saja, tapi pemikiran dan pola sikap tidak mencerminkan akan keislamanya. Upaya penyadaran umat melalui pemikiran tetap haruslah menjadi poin penting untuk dilakukan. Agar umat tidak tersesat dan terjebak dengan pola pikir dan sikap pemikiran Barat, yang dijajakan di negeri-negeri kaum muslim. Terus mengedukasi umat membina dengan tsaqofah Islam. Istikamah mendakwahkan amar makruf nahi mungkar dan membongkar makar kafir barat yang menjadi akar merebaknya desakralisasi akibat sistem sekularisme yang menjauhkan agamanya dari kehidupan.

Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post