(Ibu rumah tangga)
Pondok Pesantren Sirojul Huda, Soreang, Kabupaten Bandung baru saja meresmikan unit usaha mereka yang bergerak di bidang pangan, khususnya kebutuhan pokok sehari-hari. Peresmian secara langsung diresmikan oleh Direktur Utama PT Ureka Indonesia, Trie Handayani. Rabu 28/12/2022. Turut hadir pada Peresmian tersebut, Pengurus Pondok Pesantren Al Faqihiyah, Taufik Anwar, Anggota MAJELIS IFTA' WAL IRSYAD JATMAN, DR. KH Eep Nurudin yang sekaligus membacakan doa untuk keberkahan Ureka Mart Sirojul Huda Soreang. Peresmian unit usaha berbasis pondok pesantren ini bukan yang pertama kali dilakukan di Kabupaten Bandung. Pihak Pondok Pesantren sendiri menyambut baik adanya pemberdayaan ekonomi berbasis pondok pesantren ini. Mereka juga berterima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh pihak Yang bersedia menyokong program tersebut yaitu PT Ureka Indonesia. Selain itu juga, pesantren berkomitmen memberikan bimbingan bagi Ureka Mart yang bernaung dibawahnya.
Sepintas, program tersebut membawa maslahat bagi pondok pesantren dan masyarakat di sekitarnya. Pondok pesantren mendapatkan pelatihan gratis wirausaha dan akses pemodalan, lalu masyarakat di sekitar pesantren pun ikut terberdayakan. Namun demikian, sejatinya alih-alih program tersebut bermaslahat bagi umat dan Islam, justru yang terlihat adalah ada aspek bahaya bagi kelangsungan pesantren sebagai pusat pendidikan dan dakwah. Lantas, jika para santrinya disibukkan dengan mencari uang, bagaimana dengan ilmu dan dakwah yang seharusnya menjadi poros aktivitas pesantren?
Maka, pemberdayaan ekonomi sebenarnya lebih mirip dikatakan sebagai upaya menutupi persoalan yang diciptakan sistem kapitalisme, yaitu ketakadilan ekonomi yang berakhir pada kesenjangan. Penguasa memanfaatkan komunitas dalam suatu masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi Rakyat.
Dalam hal ini, pesantren adalah salah satu komunitas yang dianggap tepat menjalankan misi tersebut. Pesantren dengan karakter santri-santrinya yang memiliki akhlakul karimah dan etos kerja ikhlas, dipandang akan mampu menjalankan program itu. Karakter santri yang lekat dengan kepeduliannya kepada umat, menjadi potensi tersendiri bagi kelangsungan ekonomi rakyat. Menyedihkan, dalam kacamata kapitalisme, potensi santri yang begitu besar hanya dijadikan faktor produksi yang bermanfaat bagi langgengnya hegemoni. Program-program tersebut justru dikhawatirkan akan mengerdilkan potensi pesantren, yakni dari sebagai pencetak alim ulama yang siap menyiarkan Islam, menjadi pencetak uang demi keberlangsungan ekonomi.
Dalam Islam, peran sentral ponpes begitu besar untuk mencetak sumber daya manusia yang memiliki pemahaman agama yang kuat. Dari sanalah lahir para alim ulama yang mendakwahkan Islam kepada umat manusia. Hal demikian menjadi fondasi dalam menyelesaikan kusutnya permasalahan bangsa. Yang mana akar permasalahan bangsa adalah akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme.
Maka, para santri akan memahamkan umat bagaimana cara agar terbebas dari belenggu ideologi sekuler. Yaitu dengan menjadikan Islam sebagai ideologi—pandangan hidup yang melandasi pola pikir dan sikap manusia. Sehingga, akan lahir darinya individu-individu yang ber-syakhsiyyah Islam. Islam dengan sistem Khilafah akan mendukung peran pesantren sebagai institusi pencetak alim ulama yang akan menjaga umat dan bangsa dari kemudaratan.
Para santri mempunyai tanggung jawab besar mewujudkan kebangkitan di tengah umat, yaitu bangkit dengan ideologi Islam, bukan sekadar memberdayakan ekonomi umat yang sejatinya adalah tugas penguasa.
Para santri adalah pelopor kebangkitan umat. Tsaqafah Islam yang ada di dadanya adalah “amunisi” untuk melenyapkan jahiliah modern, yaitu sekularisme, kapitalisme, dan liberalisme. Tsaqafah ini pun merupakan “obat” untuk menyembuhkan berbagai “penyakit” di tengah umat, baik penyakit akidah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.
Umat butuh para santri untuk mendakwahkan Islam ideologis di tengah masyarakat. Dengan aktivitas itu, para santri memimpin umat untuk meraih kebangkitan, yaitu dengan menerapkan Islam kafah di dalam sistem Khilafah.
Ketika Khilafah tegak, bukan hanya masalah pengangguran yang terselesaikan. Kesejahteraan pun akan terwujud secara merata. Para pelajar (santri) dalam Khilafah tak terbebani untuk membuka lapangan kerja sebab sudah terselesaikan oleh negara.
Para pelajar (santri) pun leluasa mendalami Islam, sehingga tercetaklah para mujtahid yang berkontribusi besar bagi peradaban Islam. Sungguh mengagumkan, pantas saja dulu Khilafah pernah memimpin dunia berabad-abad lamanya.
Wallahu a’lam.
Post a Comment