PEMUDA MENYONGSONG PERUBAHAN HAKIKI MENUJU TEGAK NYA KHILAFAH


Oleh Ummu Nahla Tanjung

Sistem sekuler yang diemban oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia, menjadikan tatanan kehidupan hancur dan rusak. Umat Islam juga mengalami kehancuran dan kemunduran di karenakan mengadopsi sistem yang rusak ini, yakni paham sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan. Melahirkan empat kebebasan yaitu kebebasan berakidah, kebebasan berpendapat, bertingkah laku dan kebebasan hak milik.
 
Pemuda yang sesungguhnya agen perubahan ikut hancur saat sistem sekulerisme diterapkan dalam kancah kehidupan. 

Rusaknya akidah umat dan pemuda

Sekulerisme yang membebaskan paham kebebasan berakidah, melahirkan paham yang salah, dengan proyek moderasi beragama, Umat dan pemuda di dorong jauh dari agamanya.

Barat selalu mencari cara untuk menyesatkan para pemuda muslim agar mereka jauh dari Islam dan tidak lagi memperjuangkan Islam. Moderasi beragama adalah cara Barat memasukkan nilai-nilai pluralisme dan HAM dalam beragama untuk mencabut nilai-nilai Islam agar generasi Islam lemah, mudah dijajah, serta tidak lagi berpikir untuk membangkitkan Islam.

Rusaknya pemuda dalam kebebasan mengeluarkan pendapat

Kebebasan berpendapat dalam sistem kapitalisme hanya di tujukan bagi kepentingan para kapitalis, untuk melancarkan proyeknya, dasar pemisahan agama dari kehidupan. Begitu pula dengan kebebasan berpendapat. Banyak kaum muslim, terutama yang hidup terzalimi dan dilarang menyatakan pendapatnya jika bertentangan dengan rezim, mengadopsi ide kebebasan 

berpendapat ini. Padahal, kebebasan berpendapat yang dijajakan kapitalisme sekuler tidak terbatas pada mengoreksi penguasa, tetapi juga propaganda hal-hal yang diharamkan Allah seperti utang ribawi, LGBT, perzinaan, penyimpangan seksual, eksploitasi wanita dengan ide kesetaraan gender, penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw., pelecehan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, dan lain sebagainya.

Islam membolehkan seorang muslim menyampaikan pendapatnya, tetapi pendapat tersebut tidak boleh bertentangan dengan akidah dan syariat Islam.

Kebebasan bertingkah laku yang menghancurkan pemuda 

Selanjutnya kebebasan berperilaku. Bagi kapitalisme sekuler tidak ada tempat bagi aturan halal/haram untuk mengatur perilaku manusia. Penerapan kebebasan berperilaku telah membudayakan kebejatan dan kebobrokan moral manusia. Pria wanita hidup bersama tanpa ikatan pernikahan, LGBT, aborsi karena hamil di luar nikah, pornografi, pornoaksi, prostitusi online, dan berbagai perilaku buruk lainnya adalah hal yang biasa dalam masyarakat kapitalis sekuler.

Kebebasan hak milik menjadikan pemikiran pemuda berkiblat asas materialisme 

Tentang kebebasan hak milik, orang-orang kapitalis membebaskan manusia untuk memiliki apa saja yang ia sukai selama ia mampu memilikinya dan tidak melanggar hak–hak yang diakui oleh sistem kapitalisme.

Kebebasan hak milik ini akan mewujudkan kesenjangan sosial yang tajam di dalam masyarakat karena yang memiliki banyak uang akan bisa menikmati banyak barang dan usaha. Mereka tidak peduli dengan orang-orang yang kekurangan, kelaparan, dan menderita hidupnya. 

Pemuda yang memiliki paham kapitalis ini, mereka mengukur kebahagiaan yang utama dengan materi, seberapa banyak pundi-pundi materi yang manusi punya untuk memenuhi hawa nafsu.
Inilah empat paham kebebasan yang terus menerus digencarkan ke tengah umat Islam, termasuk kepada remaja muslim. Kapitalisme sekuler selalu berusaha agar generasi umat ini mengadopsi empat paham kebebasan ini, melalui berbagai proyek dengan mengatasnamakan lembaga internasional serta legislasi di negara-negara muslim sehingga legal menjadi undang-undang yang mengikat masyarakat

Sudah terbukti bahwa hidup dalam kekuasaan kapitalisme terus mendatangkan nestapa dan penderitaan umat manusia. Berbagai krisis terus menimpa. Penerapan sistem ekonomi kapitalisme telah melebarkan kesenjangan antarwarga. Kekayaan suatu negeri hanya dikuasai segelintir pemilik modal. Mayoritas rakyat hidup dalam jerat kemiskinan.

Kerusakan di seluruh bidang

Pada bidang politik, penerapan demokrasi terbukti gagal memberikan keadilan dan tidak mampu menegakkan kebenaran. Hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. 

Pada bidang keimanan, kebebasan diberi ruang yang luar biasa dengan alasan bahwa agama adalah hak individu, berujung pada munculnya para penganut agnostik. Mereka memang percaya pada adanya Tuhan, tetapi tidak mengakui agama. Kasus orang yang murtad bukan saja hanya keluar dari Islam dan berpindah menjadi penganut agama lain, melainkan ada juga yang meninggalkan semua agama. Bahkan, tidak sedikit yang masih mengaku muslim, tetapi enggan terikat dengan syariat Islam.

Pada bidang sosial, kasus seks bebas, kehamilan tidak diinginkan, hingga aborsi, L687, perselingkuhan, dan KDRT yang berujung perceraian, terus bertambah saja. Narkoba, depresi, hingga bunuh diri, putus sekolah, dan peningkatan pengangguran kasus kriminalitas, makin memperparah gambaran kerusakan yang tengah terjadi. 

Berbagai kerusakan, penderitaan, dan kezaliman akan terus terjadi dan bisa mengantarkan umat manusia pada jurang kehancuran jika tidak terjadi perbaikan. Oleh karenanya, umat harus memahami bahwa akar masalahnya bukan sekadar kerusakan orang-orang yang menduduki jabatan pemangku kebijakan sehingga akan berubah manakala terjadi penggantian rezim. 
Semua permasalahan ini berawal dari penerapan sistem kehidupan yang salah, aturan yang bukan berasal dari Allah Zat yang Maha Mengetahui urusan makhluk-Nya, serta aturan yang berasal dari manusia yang serba terbatas dan lemah, serta berkepentingan dengan aturan yang dibuatnya.

Tiga desain serangan kapitalis :

Pemuda mengalami serangan kaum kapitalis melalui tiga Desain yaitu :

Pertama Pemuda berperan secara global dalam kaitan politik mencegah ekstrimisme melalui moderasi beragama, pemuda dijadikan agen- agen faham moderasi untuk melancarkan tujuan nya dibidang politik.

Negara adidaya yang merupakan negara imperialis, setidaknya menggunakan dua strategi untuk melibatkan pemuda dalam isu-isu global. Tujuannya agar pemuda merasa telah memperoleh kepercayaan berkontribusi aktif merumuskan berbagai solusi. Pertama, membelokkan perjuangan pemuda—yang telah melek politik dan menuntut perubahan dunia yang karut-marut akibat penerapan sistem kapitalisme—agar mendukung penuh kebijakan rezim neoliberal. Kedua, mencengkeram seluruh potensi pemuda dalam pemberdayaan mereka di seluruh bidang agar tidak keluar dari desain kapitalisme global. Dengan memberikan fasilitas seperti "Asrama Mahasiswa Nusantara" dan Proyek Kampus Merdeka Belajar.

Penyesatan ideologi, dengan cara:
-Moderasi beragama, berupa pendangkalan akidah atas nama toleransi, interfaith, dan Islam ramah.
-Deradikalisasi sebagai bentuk islamofobia.
-Feminisme milenial dengan fenomena childfree, waithood, my body is mine.
-Invasi pemikiran sekularisasi dan liberalisasi menghasilkan permisivisme (free sex, L687QI), hedonisme, konsumtivisme (fenomena CFW), dan premanisme (narkoba, tawuran, aborsi, bulliying, dll.)
Akibatnya generasi muda kehilangan jati diri dan tidak punya ketahanan ideologi. Muslim, tetapi sekuler.

Kedua menjadikan  pemuda memiliki profil sekuler kapitalis untuk dibajak demi kepentingan industri kapitalis.

 Dalam sistem kapitalisme yang serba sulit ini (merebaknya kemiskinan, pengangguran, dll.), para pemuda dihadapkan pada pilihan sulit dalam menempuh jalur pendidikan. Sebagian akhirnya memilih pendidikan vokasi karena iming-iming mendapatkan pekerjaan lebih mudah. Di sisi lain, kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), khususnya di bidang vokasi, makin digencarkan. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah menggelontorkan sejumlah dana besar bagi program revitalisasi pendidikan vokasi. 

Kebebasan memiliki (berekonomi) yang diusung sistem rusak ini juga makin menyuburkan oligarki hingga merusak tatanan bernegara. Negara jadi tidak berdaya. Pendidikan pun menjadi tumbal. Para pemuda yang sebenarnya berpotensi ini mandul ditelan jahatnya kapitalisme melalui tangan-tangan korporasi.

Di tambah lagi kerusakan  di Bidang kurikulum sekuler, Dalam bingkai tata kelola pendidikan dan negara sekuler, pendidikan vokasi juga diselenggarakan dengan kurikulum sekuler. Ini mengakibatkan siswa maupun mahasiswa kering (minim) dalam pembentukan kepribadian Islamnya. Tidak jarang, ilmu-ilmu yang mereka dapat tidak dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat atau mendorong berkembangnya peradaban luhur (Islam). Mereka bahkan menjual ilmunya demi keuntungan duniawi. 

Mari kita tengok sebagian produk yang mereka hasilkan dan rupanya mendapat sambutan “positif”, seperti fesyen, permainan, aplikasi hiburan, fotografi, drama dan perfilman, tata rias artistik, makanan olahan kekinian, dan sebagainya. Semua ini digeluti karena bertumpu pada selera pasar yang kapitalistik, bukan pada apa yang seharusnya ada (kebutuhan) di masyarakat berdasarkan syariat. 

Ini terjadi karena mereka tidak memiliki standar berbuat secara benar. Kepribadian mereka kacau, tidak sesuai dengan Islam. Inilah buah dari kurikulum sekuler pada pendidikan vokasi Dengan kondisi ini, tentu tidak bisa diharapkan kepemimpinan bangsa diserahkan kepada para pemuda seperti ini. Kepemimpinan butuh visi misi sahih tentang kehidupan (sesuai akidah Islam).

Ketiga adanya serangan media kapitalis sekuler agar pemuda muslim hidup hedonistik dan arahan kreativitas demi cuan, meskipun melanggar nilai-nilai agama.  perusakan potensi generasi muda dilakukan melalui: 
Pembajakan potensi intelektual dan ekonomi, dengan cara:
-Penerapan kurikulum merdeka, seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
–Knowledge Based Economy
–Triple Helix/Penta Helix
-Digitalisasi

Akibatnya generasi muda hanya menjadi mesin penggerak ekonomi kapitalisme sekaligus end user produk industri kapitalisme, pengetahuan mengabdi kepada kepentingan para pemilik modal, dan mencetak SDM pintar, tetapi minus moral.
Perusakan ini menjadikan umat Islam kehilangan modal kebangkitan dan tetap di bawah cengkeraman penjajahan.

Kebangkitan Islam

Berbicara soal kebangkitan Islam, sesungguhnya tidak melulu mengacu pada jumlah pemeluk agama Islam. Data World Population Review menunjukkan, penganut agama terbanyak saat ini adalah Kristen, yakni diikuti oleh sekitar 2,38 miliar orang di seluruh dunia. Nomor dua adalah Islam, agama yang dipraktikkan oleh lebih dari 1,91 miliar orang. Namun, peneliti populasi memperkirakan bahwa Islam akan hampir menyusul Kristen pada 2050 nanti.[i]

Kalaulah kebangkitan itu diukur dari kuantitas saja, tentulah Islam dan kaum muslim sudah berjaya hari ini. Dengan posisinya menempati nomor dua dunia, tentunya wilayah Palestina tidak akan masih diinvasi oleh Israel. Begitu pula Muslim Rohingya, tidak bakal terusir dari negerinya. Muslim Uighur pun tidak akan yang terlunta-lunta dan terhina di tanahnya. Tidak bakal pula kaum muslim di Indonesia dan di dunia menjadi sasaran proyek deradikalisasi Barat.
Oleh karenanya, kebangkitan Islam tidak bisa dilepaskan dengan menjadikan Islam sebagai kekuatan politik. Jika menjadikan Islam berkutat pada aspek ruhiyah semata, justru hal itu menyalahi keberadaan Islam yang sejatinya sebagai akidah ruhiyah sekaligus akidah siyasiyah (politik). 

Berangkat dari dorongan akidah inilah, kaum muslim terdahulu berupaya keras membangun sebuah institusi politik, yakni Khilafah Islamiah. Khilafah ibarat mercusuar yang menjadi penerang dan pemberi arah di tengah gelombang lautan kehidupan. Dengan tegaknya institusi Khilafah, syariat Islam mampu diterapkan secara kaffah untuk memenuhi seruan Allah Taala, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 208).

Dengan tegaknya aturan Islam secara kaffah, Islam akan terealisasi sebagai rahmat bagi seluruh alam. Khilafah layaknya magnet yang menarik manusia dari berbagai penjuru dunia untuk bergabung di dalamnya. Demikianlah yang terjadi sebagaimana ketika Daulah Islam di Madinah Al-Munawwarah tegak dan institusi politik tersebut dilanjutkan oleh khulafa. Ini bukanlah klaim belaka, melainkan telah terukir dengan tinta emas sejarah betapa kehidupan dalam naungan Khilafah dipenuhi kerukunan, kesejahteraan, dan keadilan.

Sebagai institusi politik Islam, Khilafah mampu menjadi mercusuar dunia selama 1.300 tahun lamanya. Membawa manusia dalam kehidupan yang penuh rahmat. Sungguh jauh dari kesan intoleran, berbahaya, radikal, antikeberagaman, dan sebagainya, sebagaimana dinarasikan Barat dan diikuti oleh negeri-negeri pembebeknya saat ini.

Menunda Kebangkitan Islam

Narasi sesat Barat yang kini masif digaungkan, sejatinya lahir dari ketakutan Barat akan bangkitnya kembali kekuatan politik Islam di tengah kehidupan. Ini sebagaimana prediksi intelijen Barat (NIC) bahwa “New Caliphate” akan muncul menjadi kekuatan dunia yang mengancam hegemoni kapitalisme saat ini. 

Barat percaya betul akan kemunculan kekuatan tersebut. Mereka sangat yakin tidak mampu mencegah munculnya kekuatan politik Islam ini, tetapi mereka masih berharap mampu menunda kemunculannya. Ibaratnya, mereka sadar bisa merusak bunga yang bermekaran, tetapi mereka tidak bisa mencegah datangnya musim semi.

Oleh karenanya, Barat mengupayakan berbagai hal untuk menunda bangkitnya kembali kekuatan politik Islam. Sejumlah istilah dan framing buruk tentang Islam dimuntahkan di banyak media demi menguatkan narasi Barat dalam membentuk citra negatif Islam di tengah dunia. Muncullah banyak istilah, seperti Islam radikal, Islam fundamentalis, Islam garis keras, ekstremis Islam, dsb. yang merupakan istilah peyoratif ‘memberikan makna menghina dan merendahkan’.

Melalui hegemoni wacana yang dibangun Barat, kaum muslim dan masyarakat dunia dipaksa percaya bahwa Islam itu berbahaya. Jika menginginkan Khilafah—kata mereka—, negeri bakal “di-Suriah-kan” (diluluhlantakkan). Jadilah umat takut dengan Islam, agamanya sendiri. Mereka takut menyerukan Islam, bahkan takut pula menunjukkan jati diri keislamannya.

Bersamaan dengan itu, Barat menawarkan gaya berislam ala Barat, yakni muslim moderat. Hal ini terurai jelas dalam Building Moderate Muslim Network, pada bab 5 tentang “Road Map for Moderate Network Building in the Muslim World (Peta Jalan untuk Membangun Jaringan Moderat di Dunia Muslim)”. 

Fatalnya, narasi sesat dan bentukan sosok moderat tersebut masif diarahkan pada para pemuda muslim. Barat sadar betul bahwa pemuda adalah generasi yang “full charging”. Mereka memiliki energi luar biasa yang mampu mengubah wajah dunia. Sejarah membuktikan betapa pemuda berhasil menjadi simpul pokok perubahan di semua lini kehidupan.

Dengan kemasan “pemberdayaan pemuda”, Barat membentuk pemuda muslim menjadi sosok muslim moderat, kehilangan jati diri Islam, ataupun hidup demi meraih materi semata. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh founder komunitas Back to Moslem Identity (BMI) drg. Luluk Farida. Ia menyatakan bahwa terdapat tiga desain “pemberdayaan pemuda” yang merupakan serangan kapitalis Barat kepada kaum pemuda. 

Pertama, berperan secara global dalam kaitan politik mencegah ekstremisme melalui moderasi beragama. Kedua, menjadikan pemuda memiliki profil sekuler kapitalistik yang dibajak untuk kepentingan industri kapitalisme. Ketiga, serangan dari media kapitalis sekuler agar pemuda muslim hidup hedonistik dan arah kreativitas demi cuan meskipun melanggar nilai-nilai agama.

Umat Butuh Perubahan

Umat Islam harus menyadari bahwa kehancuran akan makin cepat terjadi jika tidak ada langkah perubahan dari sistem kapitalisme sekularisme (yang rusak dan merusak) menuju sistem yang menyejahterakan.

Perubahan adalah suatu keniscayaan untuk melakukan perbaikan. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.” (TQS Ar-Ra’du: 11).

Seperti apa perubahan yang dimaksud? Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menyampaikan bahwa perkara yang bisa membangkitkan manusia adalah perubahan pemikiran.

“Bangkitnya manusia bergantung pada pemikirannya tentang kehidupan, alam semesta, dan dunia, dan hubungan ketiganya dengan apa-apa yang sebelum kehidupan dunia dan apa apa yang setelahnya. Oleh karenanya, keberadaan (kebangkitan) itu haruslah dengan mengubah pemikiran manusia secara mendasar dan menyeluruh dan mewujudkan pemikiran lain baginya hingga mereka bangkit.” (Nizham al-Islam bab “Thariq al-Iman (Metode Menuju Iman)).

Umat pun harus menyadari bahwa perubahan tersebut tidak bisa tiba-tiba secepat membalikkan tangan. Perbaikan membutuhkan proses yang tidak gampang. Proses tersebut membutuhkan keyakinan, kesungguhan, kesabaran, dan keistikamahan para pelaku perubahan.

Khatimah  

Kapitalisme telah ada di ujung tanduk. Kehancuran dan kebinasaannya merupakan suatu keniscayaan, tinggal menunggu waktu saja. Sementara itu, Khilafah sudah di depan mata. Tinggal selangkah menuju kehadirannya. Saatnya kita memberikan persembahan terbaik dalam perjuangan dan menyambut hadirnya kembali peradaban Islam yang cemerlang. Wahai pemuda, berjuanglah! Pimpin umat menyongsong terbitnya fajar Khilafah. 

Kebangkitan Islam adalah kepastian. Merupakan janji Allah dan kabar gembira dari baginda Rasulullah saw.. Dakwah mewujudkan kebangkitan Islam tidak pernah kehabisan pejuang. Apakah Anda termasuk dalam gerbong perjuangan atau tidak, itu adalah pilihan Anda. Ingat, setiap pilihan pasti ada hisabnya. Wallahualam.

Post a Comment

Previous Post Next Post