(Penulis, Pemerhati Remaja)
Seiring berkembang pesatnya kemajuan teknologi saat ini, interaksi sosial pun dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus bertemu muka. Bahkan kita bisa menemukan banyak orang dari seluruh penjuru dunia. Siapa yang tidak kenal dengan ranah digital. Ranah tersebut seakan telah menjadi gaya hidup di segala aspek kehidupan.
Tak terkecuali dalam hal muamalah yaitu jual beli, kita tidak perlu lagi berlelah-lelah pergi ke pasar untuk membeli barang atau produk yang diinginkan. Cukup dengan menggunakan aplikasi pada ponsel pintar, kita sudah bisa belanja ke mana-mana secara online.
Belakangan ini, ada metode yang semakin memudahkan kita dalam berbelanja online di berbagai macam aplikasi. Metode ini dikenal dengan Paylater, yang artinya beli sekarang, bayar nanti. Kita bisa membeli apapun produk yang kita inginkan tanpa harus langsung membayarnya.
Paylater merupakan metode pembayaran seperti kartu kredit. Di mana perusahaan aplikasi seperti Shoope, Gopay, Tokopedia dan lainnya menalangi pembayaran tagihan pengguna kepada merchant atau pedagang yang menjual produk. Setelah itu pengguna membayar tagihannya ke perusahaan aplikasi. (Newsdetik.com, 9/12/2022).
Sekilas paylater memang menawarkan solusi yang mudah dan cepat dalam berbelanja, tetapi sejatinya ini seperti rentenir gaya baru, menawarkan pinjaman demi memenuhi semua keinginan konsumen. Tanpa disadari hal tersebut akan menjadi gurita yang akan mencekik generasi muda. Terutama para milenial dan generasi Z khususnya.
Generasi Z secara finansial belum memiliki penghasilan tetap. Ditambah lagi mereka belum bisa mengelola keuangan dengan baik. Mereka akan kesulitan untuk mengontrol diri membeli barang-barang idaman yang menggiurkan.
Alhasil, mereka akan terjebak dengan budaya konsumtif, yaitu membeli barang-barang secara berlebihan, yang didasari oleh keinginan semata tanpa mempertimbangkan kebutuhan. Akibatnya, tagihan yang harus dibayar menumpuk menjadi utang.
Selain itu, kemudahan akses pinjam uang ini juga membuka peluang bagi generasi muda hedonisme untuk memenuhi keinginan bergaya hidup ala Barat. Tak heran karena hedonisme lahir dari paham sekuler yaitu meraih materi dan kepuasan jasmani sebanyak-banyaknya.
Terlebih negara memfasilitasi dengan berbagai dalih, bunga rendah, terdaftar di OJK. Tanpa memperhatikan syarat usia, dan penghasilan. Ini terjadi karena standar hidup dalam sistem kapitalis sekuler adalah untung rugi semata. Padahal jeratan yang menggurita ini dapat membahayakan masa depan generasi muda.
Namun, ini tidak akan terjadi dalam Islam. Sistem kehidupan Islam akan menjamin kebutuhan hidup generasi muda. Begitupun halnya dengan pendidikan mereka. Islam akan membentuk generasi menjadi pribadi berakhlak mulia, yang jauh dari gaya hidup hedonisme dan konsumerisme ala Barat. Jika ada budaya luar yang masuk dan itu tidak sesuai dengan Islam, maka negara akan memfilternya. Negara juga tidak akan membiarkan generasi terjebak oleh jeratan apapun yang akan membahayakan.
Demikianlah Islam menyelamatkan generasi muda. Tidak ada cara lain untuk menyelesaikan persoalan generasi muda saat ini, selain menerapkan sistem Islam secara keseluruhan. Wallahu a'lam bisshowab.
Post a Comment