Menuju Indonesia yang Gemilang dengan Menerapkan Sistem Islam Kafah

Oleh Eneng Eros Rosmayati, S.Fi.I

Aktivis Muslimah

Dari tahun ke tahun negeri ini terus mengalami peningkatan kasus tindak pidana, korupsi serta kemerosotan akhlak. Seperti yang dilansir oleh republik.co.id, Ahad (01/01/23), Jumlah kejahatan tindak pidana narkoba sepanjang 2022 sebanyak 39.709 perkara. Angka ini mengalami penurunan 611 perkara atau 1,5 persen apabila dibandingkan dengan tahun 2021 sebanyak 40.320 perkara. Selain itu, problem yang belum terselesaikan dengan tuntas pun masih banyak. Seperti, dekadensi moral di kalangan kaum anak remaja dan pemuda. Seperti yang saat ini ramai di beritakan yaitu penyimpangan LGBT (Lasby, Gay, Bisexsual, dan Transgender) dimana dampak penyimpanan LGBT ini sangat besar kerugian untuk kesehatan.  Dan yang paling utama adalah mengundang murka dari Allah Swt., sebagaimana yang dikisahkan pada zaman Nabi Luth as.

Banyak kejahatan dan penyimpangan begitupun problem yang belum terselesaikan dengan tuntas dikarenakan pada dasarnya tidak menjadikan hukum Islam, yang sudah jelas berasal dari Allah Swt. ditegakkan di muka bumi, melainkan hukum buatan manusia yang menjadikan asas kehidupan, sehingga kejahatan dan penyimpangan semakin bertambah dan merajalela.

Sekulerisme atau pemisahan agama dari tataran negara ternyata tidak mampu menyejahterakan umat manusia dari seluruh aspek.

Namun, berbeda dengan sistem Islam yaitu sistem yang berasal dari Allah Swt., yang akan mampu menyejahterakan seluruh umat dan menyelesaikan problematika yang terjadi sampai tuntas. Sebagai contoh Islam mencapai kejayaan pada zaman Nabi  Muhammad saw. periode Madinah yang di lanjutkan periode Khulafaur Rasyidin, selanjutnya periode Daulah Bani Umayah, Daulah Abbasyiah, dan terakhir Daulah Turky Usmaniyyah, kejayaan Islam ada dalam puncak kesejahteraan dalam semua aspek baik itu budaya, sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kesehatan bisa di nikmati semua umat manusia tak terkecuali baik muslim maupun nonmuslim, itu semua adalah fakta bukan ilusi semata, kecuali mereka yang buta sejarah atau buta mata hatinya.

Wallohu a’llam bimurodihi