Mengapa Kapitalisme Selalu Gagal Menyelesaikan Kemiskinan?



Oleh  Zia Sholihah
(Aktivis Muslimah Kalsel)

Kemiskinan merupakan suatu kondisi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Penyebabnya bisa karena kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Hal ini merupakan masalah global.

Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, bahkan ada yang  memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dan lain-lain.
Sementara itu Kemiskinan ekstrem, atau kemiskinan absolut, adalah sejenis kemiskinan didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai “suatu kondisi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan primer manusia, termasuk makanan, air minum bersih, fasilitas sanitasi, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, dan informasi. Kemiskinan ekstrem tidak hanya bergantung pada pendapatan, tetapi ketersediaan jasa juga.( PBB tahun 1995)

Cara Mengukur dan Identifikasi Kemiskinan Ekstrem

Kita bisa melakukan perhitungan jumlah dan angka miskin ekstrem hal ini dilakukan oleh BPS setiap tahunnya dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). September 2021, angka kemiskinan ekstrem sebesar 3,73% dari total penduduk Indonesia.
Pada tahun 2021, Provinsi Papua dan Papua Barat menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan ekstrem tertinggi yaitu masing-masing sebesar 14,15% dan 13,87%.
Jumlah penduduk miskin ekstrem tertinggi tersebar di 3 provinsi di Pulau Jawa yaitu Jawa Timur (1,73 juta jiwa), Jawa Barat (1,66 juta jiwa), dan Jawa Tengah (1,62 juta jiwa).

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya kemiskinan. Pertama laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Angka kelahiran yang tinggi di suatu daerah dapat mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi lebih besar.

Sehingga, dapat menyebabkan lapangan pekerjaan yang tersedia menjadi terbatas untuk dapat merekrut masyarakat yang membutuhkan pekerjaan demi mendapatkan gaji agar dapat membeli kebutuhan pokoknya.

Selain itu, apabila laju pertumbuhan penduduk tinggi tetapi tidak sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi. Maka akan mengakibatkan angka kemiskinan semakin meningkat.

Kedua, masyarakat pengangguran meningkat.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan lapangan kerja yang ada di suatu negara menjadi terbatas. Sehingga, angka pengangguran di daerah tersebut akan meningkat. Semakin banyak masyarakat yang pengangguran, maka angka kemiskinan pun akan meningkat.

Ketiga pendidikan yang rendah.
Individu yang memiliki pendidikan yang rendah, cenderung tidak memiliki ketrampilan, wawasan maupun pengetahuan yang memadai untuk mendapatkan pekerjaan.

Sungguh sangat disayangkan nyatanya tak bisa dijungkiri Indonesia sendiri telah mengalami kemiskinan ekstrem tersebut.
Diketahui, saat ini Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menjadi salah satu daerah dengan persoalan kemiskinan ekstrem dan stunting yang tinggi di wilayah Timur Indonesia.

Dilansir dari Republika.com (14/1/2023), berdasarkan data, jumlah penduduk miskin ekstrem Kabupaten Sumbawa sebanyak 15.370 jiwa atau 3,20 persen berdasarkan data BPS 2022. Kemudian, prevalensi stunting di Kabupaten Sumbawa sebesar 29,7 persen atau 12.765 balita berdasarkan data SSGI, 2021.

Sementara itu mengutip  MediaIndonesia.com (13/1/2023), Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem jadi program prioritas pada tahun 2023 ini.

Namun, meski penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem masih terus menjadi program prioritas pada tahun 2023 ini, tetap saja tidak ada kemajuan dari program serupa di tahun-tahun sebelumnya. Bahkan kondisi masyarakat miskin sendiri bertambah.

Mirisnya tidak ada yang cukup berarti dalam perbaikan dua persoalan besar ini. Sebab dilakukan dalam sistem yang sama. Sebuah sistem yang telah gagal sedari awal.

Kegagalan tersebut merupakan akibat penerapan sistem ekonomi kapitalis.  Oleh karena itu, membutuhkan sistem ekonomi alternatif untuk agar mampu menyelesaikan problem kronis ini.

Salah satu alternatif pilihan adalah menerapkan sistem Islam, yang telah terbukti selama berabad-abad mampu menyejahterakan rakyatnya.
Lalu, bagaimana Islam mengentaskan kemiskinan ekstrem ini dalam suatu negara?
Islam mengentaskan kemiskinan adalah dengan menggunakan panduan Al-Quran yang merupakan petunjuk umat Islam. Dijelaskannya bagaimana sikap hidup yang seharusnya kita jalani untuk kebaikan diri sendiri dan bagaimana seharusnya kita bersikap dan berperilaku di hadapan orang lain.

Islam dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi yang bertujuan sebagai panduan bagi manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi. Dalam kehidupan sehari-hari ekonomi adalah wadah untuk memenuhi kebutuhan materiil manusia baik dalam kelompok maupun individu. Dalam agama Islam diajarkan untuk mengamalkan ajaran Islam secara kafah / menyeluruh dan lengkap dalam segala aspek kehidupan.

Peran pemerintah sangatlah dibutuhkan sebagai alat kontrol dan pemegang kebijakan aktivitas ekonomi, tetapi penyelesaian kemiskinan ini tidak hanya menjadi tugas pemerintah melainkan rakyat pun harus juga sadar bahwa kemiskinan ini merupakan penyakit ekonomi. Dengan adanya kesadaran dari pemerintah dan masyarakat kita dapat mewujudkan pembangunan yang baik dan terencana.

Hanya penerapan sistem ekonomi Islam dalam bingkai sistem Islam kafah lah yang mampu menyelesaikan tuntas problem kemiskinan dan stunting, tak hanya  di negeri ini, namun juga  di seluruh dunia. 

Wallahu a'lam bishawwab 

Post a Comment

Previous Post Next Post