MBKM, Pembajakan Peran Mahasiswa


Oleh: Asma Sulistiawati
 (Pegiat Literasi)

Mahasiswa Intelektual Agent of Change, diidentikkan sebagai pemuda yang selalu bergerak dan optimis membawa perubahan. Pemuda dengan kisaran usia 15-40 tahun, berjumlah sekitar 60 juta lebih di Indonesia. Jumlah pemuda yang berlimpah merupakan sebuah karunia sekaligus amanah yang harus dijaga dan dikelola dengan baik. Sebab jika ditelisik peran pemuda khususnya mahasiswa begitu luar biasa.

Tentu kita semua memahami sejarah perjuangan bangsa ini melawan para penjajah. Para pemuda menjadi motor penggerak yang membangun semangat kemerdekaan. Membawa optimisme yang kuat hingga mereka bersatu dan mengerahkan segala kemampuan. Di masa setelah kemerdekaan pun lahir para kelompok pemuda dengan tujuan pergerakan dan sebagai penyampai aspirasi rakyat.

Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah ASEAN University Games (AUG) 2024 yang akan diselenggarakan di Surabaya dan Malang. ASEAN University Games merupakan ajang kompetisi olahraga untuk para atlet dari berbagai universitas ASEAN yang diadakan setiap 2 tahun oleh ASEAN University Sport Council (AUSC) sejak tahun 1981. AUG 2024 rencananya akan dilaksanakan dari bulan Juli ketika libur semester mahasiswa. AUG 2024 akan digelar di 9 perguruan tinggi di Jawa Timur yang terdiri dari 5 universitas di Surabaya dan 4 Universitas di Malang.

Universitas yang siap menjadi tuan rumah AUG 2024 antara lain Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Universitas Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Islam Malang. Adapun rencana 18 cabang olahraga yang akan dipertandingkan meliputi Athletic, Tennis, Petanque, Basket 5×5, Basket 3×3, Handball, Futsal, Wushu, Karate, Judo, Taekwondo, Chess, Bridge, Archery, Voli Pasir, Voli Indoor, Badminton, Pencak Silat. (Kompas.com, 09/12/2022)

Ada juga dilansir dari Kompas.com, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menggelar sosialisasi program Pertukaran Mahasiswa Merdeka angkatan ke-3 (PMM 3) 2023 sebagai bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka. PMM 3 membuka kesempatan bagi mahasiswa perguruan tinggi akademik dan vokasi untuk mengikuti proses pembelajaran di perguruan tinggi lain di Indonesia. Pertukaran dilakukan mahasiswa semester 3, 5, dan 7 dari perguruan tinggi negeri ke perguruan tinggi swasta dan sebaliknya. Adapun PMM 3 ditargetkan mencapai 15.000 peserta mahasiswa yang melakukan pertukaran.

Selama satu semester, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kebhinekaan melalui keikutsertaan dalam Modul Nusantara, mata kuliah, dan berbagai aktivitas terkait yang bisa memperoleh pengakuan SKS hingga 20 SKS. Tak hanya bagi mahasiswa, terdapat keuntungan bagi perguruan tinggi jika terlibat dalam PMM 3 di antaranya mendukung perguruan tinggi dalam mencapai Indikator Kinerja Utama 2, bantuan biaya pengelolaan PMM 3 bagi perguruan tinggi penerima, dan pengalaman dalam mendapatkan gagasan dan pengembangan tata kelola program, khususnya program pertukaran mahasiswa.

Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan) menggelar wisuda program Sarjana (S1) ke-46 dan program pascasarjana (S2) ke-25 tahun ini. Dalam kegiatan wisuda itu, diikuti sebanyak 583 wisudawan dan wisudawati di gedung Baruga La Ode Malim Unidayan, Senin (12/12).

Rektor Unidayan Baubau, Ir LM Sjamsul Qamar mengungkapkan, 583 wisudawan itu terdiri dari 541 program Sarjana dan 42 pascasarjana. Kata dia, 80 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), 195 dari FKIP, 67 dari Fakultas Ekonomi dan 7 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Dikatakan pula, selain itu Fakultas Hukum 40 , Fakultas Teknik 98, Fakultas Kesehatan Masyarakat 47, Fakultas Pertanian 7. Lanjut dia, adapun IPK tertinggi diraih oleh Erwin MSi dengan nilai 3,94 dari program pascasarjana dan Aditya Mukmin SPd dengan nilai 3,96 dari program Sarjana. (PublikSatu,12/12/2022)

Paradigma Kapitalistik

Pendidikan tinggi dalam paradigma kapitalisme adalah sekadar mencetak lulusan yang memenuhi tuntutan industri, bukan intelektual sebagai problem solver. Akibatnya, mahasiswa tergerus cara berpikir pragmatis individualis untuk sekadar mendapatkan pekerjaan layak setelah lulus.

Potensi besar mahasiswa sebagai iron stock pun dikerdilkan sebatas meraih “tetesan” kesejahteraan yang hanya ilusi. Ini karena dalam sistem kapitalisme, penikmat perputaran ekonomi hanya ada di kalangan pemilik modal, sedangkan masyarakat memperebutkan remah-remah ekonomi semata.

Hasil inovasi mahasiswa pun sejatinya tidak menyelesaikan problem masyarakat. Inovasi mahasiswa untuk menjadi produk mengharuskan kolaborasi dengan dunia industri dan pada akhirnya menjadi produk bisnis yang berbayar.

Tidak cukup sampai di situ. Tatkala mahasiswa memiliki daya kritis, kurikulum sekuler yang mengadopsi nilai-nilai rusak ala Barat juga membelokkan kritis ideologis menjadi pragmatis. Potensi agent of change dan moral force untuk perubahan hakiki pun dibajak dalam rangka mengukuhkan sistem politik demokrasi.


Tuntutan aksi mahasiswa atas berbagai kebijakan zalim dan menyengsarakan rakyat, di antaranya aksi penolakan RKUHP, evaluasi delapan tahun kepemimpinan rezim berkuasa, juga berbagai isu sosial yang dikritisi, belumlah menyentuh akar persoalan.

Sungguh, mahasiswa belum memiliki kesadaran bahwa demokrasi kapitalisme yang mengatur negeri ini sesungguhnya sumber utama kezaliman.

Islam, Asas Idealisme Mahasiswa

Idealisme mahasiswa tidak akan pernah lahir dari rahim rusak sekuler kapitalisme. Selama sistem sekuler menjadi asas dalam sistem negara, termasuk pendidikan, mahasiswa tetap terjebak dalam sikap pragmatis, apolitis, dan individualis. 

Oleh karenanya, butuh upaya membangun daya kritis mahasiswa akan kerusakan sistem kapitalisme dan kesadaran untuk mengambil Islam sebagai asas dan aturan dalam seluruh aspek kehidupan.

Selayaknya mahasiswa berpikir, mengapa berapa ribu inovasi telah mereka hasilkan, tetapi masalah negeri tidak terselesaikan? Bukankah ini bukti ada kesalahan sistemis yang perlu dituntaskan?

Tidak terhitung pula aksi di sepanjang sejarah pergerakan mahasiswa. Bahkan, tuntutan untuk menerapkan demokrasi yang berkeadilan juga terus-terusan disuarakan. Padahal, justru mahasiswa harus berpikir, inilah wujud nyata demokrasi yang tidak pernah memihak rakyat dan layak ditinggalkan. Sebagai muslim, demokrasi harus dibuang karena menihilkan aturan Ilahi dalam kehidupan. Walhasil, idealisme mahasiswa akan terwujud tatkala menjadikan Islam sebagai asas berpikir dan bergerak.

Seruan untuk Mahasiswa Muslim

Mahasiswa khususnya yang muslim adalah tumpuan harapan umat. Karakter pemuda yang melekat pada diri mahasiswa berkontribusi besar untuk kebangkitan umat.

Sahabat Ibnu Abbas pernah menyatakan, ”Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan pemuda. Dan seorang alim tidak diberi ilmu pengetahuan oleh Allah melainkan pada waktu masa mudanya.”


Wahai mahasiswa muslim, jadikanlah Islam sebagai asas dan pedoman dalam kehidupan dan arah pergerakan. Allah Taala memuji pemuda yang memegang teguh keimanan dan kebenaran. 

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhannya, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS Al-Kahfi [18]: 13).

Bergabunglah dalam barisan perjuangan kelompok dakwah ideologis untuk menegakkan Islam kafah sebagai solusi atas kezaliman dan kerusakan. Cukuplah firman Allah Taala sebagai pengingat, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104). Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post