Oleh: Ummu Mumtaz
Menjelang PEMILU 2024 jauh-jauh hari para petinggi negara sudah disibukkn dengan berbagai aktivitas untuk meraih suara demi menyusung orang-orang yang akan dicalonkan, berbagai macam cara dilakukan mulai dari kampanye calon-calon yang akan diusungnya, pembagian uang dan sembako gratis, seminar-seminar bahkan pengajian yang tujuan utamanya untuk mencari pendukung sebanyak-banyaknya.
Tak heran banyak para calon mengeluarkan biaya banyak untuk aktivitas tersebut hingga mencapai puluhan juta bahkan miliaran rupiah, semuanya dilakukan agar semua keinginannya tercapai untuk mendapat kursi di pemerintahan.
Banyak target-target yang dilakukan agar mendapat suara terbanyak dalam partainya, jika suaranya kurang sesuai persyaratan mereka melakukan gabungan atau koalisi dengan partai lain agar banyaknya suara memenuhi kriteria yang diinginkan.
Selain meminta dukungan dari umat mereka melakukan kunjungan ke berbagai pondok pesantren dengan alasan jika ulamanya mendukungnya pasti para pengikutnya akan turut serta memilih mereka.
Seperti fakta yang terjadi di Ciamis, Ketua DPW Partai Nasional Demokrat ( Nasdem ) Jawa Barat, Saan Mustofa, optimis nanti, Anies Baswedan di Jawa Barat akan menang secara signifikan.
Hal tersebut ia ungkapkan setelah kegiatan jalan sehat bersama Anies Baswedan di Kabupaten Ciami, dalam rangka HUT Partai Nasdem ke-11, Minggu ( 20/11/2022 ) di Alun-alun Ciamis. Menurut Saan Mustofa " Kita akan menjadikan Jawa Barat ini sebagai lumbung suara Anies Baswedan. Itu target utama Partai Nasdem, kita juga akan membangun kesadaran masyarakat, kemenangan Anies tak berarti kalau Partai Nasdem tidak menang ". Ujar Saan Mustofa.
Mereka begitu yakin bahwa partainya akan unggul dan memenangkan suara dalam pesta demokrasi tersebut.
Semakin jelas sekali dalam Sistem Kapitalisme menjelang pemilu, pilkada dan pilpres blusukan yang dilakukan petinggi negeri ini hanya untuk meraih simpati demi pencitraan dengan berharap kian dikenal rakyat, meraih simpatinya dan akhirnya dipilih dalam ajang konstetasi politik. Mereka berupaya sedemikian rupa agar sesuatunya berjalan dengan baik.
Dalam sistem Kapitalis juga, jika pasca terpilih dan tengah berkuasa pun blusukan/kunjungan ke berbagai wilayah bukan atas dasar kepentingan rakyat tetapi dijadikan sebagai cara untuk menguatkan citra / kesan baik di mata rakyat apalagi di tengah ketidakmampuan menyelesaikan berbagai persoalan.
Bukan menjadi hal baru dalam sistem kapitalisme politik pencitraan hanyalah topeng bagi para pemimpin kapitalis untuk menutupi bepeng-bopeng kebijakan. Peribasa mengatakan mereka yang sudah duduk di kursi kekuasaan akan lupa daratan sudah lupa jalan untuk pulang.
Bagi kaum muslimin hendaklah sadar bagaimana Rosulullah memberikan contoh sebagai pemimpin dan tidak akan ada lagi pemimpin yang akan menandingi beliau.
Islam adalah sebuah aturan yang tidak akan muluk-muluk yang akan memberikan harapan palsu kepada pengikut mabdanya. Islam secara luas dan sempurn yang akan memberikan solusi atas segala permasalahan yang terjadi saat ini. Semisal tidak ada kunjungan yang semata-mata sebagai bagian penunaian amanah seorang pemimpin yaitu mengontrol dan memastikan sejauh mana kebutuhan mendasar warganya terpenuhi. Citra atau kesan baik tak diperlukan oleh pemimpin dalam sistem Islam karena yang diraih ridho ilahi bukan atas nama sesuatu pun. Pencitraan pemimpin bikanlah hal penting dalam politik Islam.
Dengan demikian saatnya memcampakkan sistem yang bathil untuk kembali kepada sistem Islam yang sangat sempurna yang akan mengantaran kita kepada aturan Islam yang diterapkan secara hakiki, tidak terpengaruh oleh hal-hal yang merusak kehidupan Islam. Untuk itu kesejahteraan hanya bisa terwujud dalam daulah Islam 'ala minaj nubuwwah sesuai dengan janji Allah swt dan kabar gembira Rasulullah saw.
Wallohu'alam
Post a Comment