Dua kalimat syahadat boleh jadi diikrarkan kembali oleh pasangan pengantin dalam prosesi pernikahan, namun dalam realisasi kehidupan tetap terjebak dalam system kapitalis yang mengagungkan kebebasan. Agama hanya dijadikan panduan ibadah mahdoh (puasa,zakat,sholat, puasa dll) sedangkan interaksi dalam keluarga tidak lagi menjadikan hukum Allah sebagai pijakan.
Demikian banyak potret kehidupan rumah tangga masa kini yang manis dan megahnya hanya tinggal kenangan di pelaminan. Sementara rumah tangga yang mereka bangun tidak dapat dipertahankan lantaran tak tahan dengan ujian pernikahan. Rumah tangga hanya menyisakan prahara sedangkan anak pasti menjadi korban perceraian.
Dikutip dari RADARBANTEN.CO.ID – Pengadilan Agama (PA) Rangkasbitung menyebut hubungan pasangan suami istri alias pasutri muda di Kabupaten Lebak sangat rentan. Bahkan, banyak kasus hubungan pasutri muda itu berujung perceraian.
Hal itu bukan tanpa alasan. Sebab, sepanjang tahun 2022 PA Rangkasbitung mencatat ada 1.500 perkara di Kabupaten Lebak. Dari 1.500 perkara itu, perkara perceraian paling mendominasi dengan mencapai 1.370 perkara.
Humas Pengadilan Rangkasbitung, Gushairi mengatakan, sekiranya 23,9 persen dari 1.370 perkara perceraian atau sekitar 270 perkara merupakan perceraian yang dilakukan pasutri berusia di bawah 25 tahun.(6/1/2022)
KEHACURAN RUMAH TANGGA APA PENYEBABNYA?
Banyak hal yang menjadi penyebab karamnya bahtera rumah tangga. Seperti, materi yang tak terpenuhi, KDRT, konflik antara keluarga besar istri maupun suami, bahkan perselingkuhan. Namun jika ditelusuri lebih dalam, muara kehancuran rumah tangga sangat dipengaruhi oleh tatanan kehidupan masyarakat yang diwarnai oleh budaya kapitalis sekuler.
Disadari atau tidak saat ini kita terjebak dengan sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Banyak pasangan muslim mengerti bahwa tujuan berumah tangga adalah untuk membentuk rumah tangga yang Sakinah mawaddah dan rahmah. Namun banyak yang belum memahami bahwa untuk mencapai Sakinah mawaddah warahmah rumah tangga harus diikatkan pada hukum syara. Contoh maraknya perselingkuhan ditengah pernikahan karena pasangan tidak memahami batasan interaksi pergaulan.
Diabaikannya syariat islam terutama dalam bahtera rumah tangga, karena akidah kaum muslim yang lemah. Masyarakat tidak lagi menjadikan aqidah islam sebagai asas kehidupan. Orientasi hidup masyarakat hanya didasarkan pada materi, manfaat dan kebebasan individu semata.
MENDAMBA KELUARGA BAHAGIA
Setiap muslim tentu mendambakan rumah tangga yang dibina menjadi keluarga Bahagia. Namun tidak banyak yang menyadari bahwa rumah tangga akan tentram dan bahagia jika diliputi keridhoan Allah SWT. Keridhoan Allah SWT datang dari ketaatan seseorang pada aturan yang telah Allah turunkan.
Dalam buku “Jerat-Jerat Kehidupan Rumah Tangga Muslim” untuk mewujudkan keluarga Sakinah mawaddah warahmah (Bahagia dunia akhirat) ada beberapa point yang harus diperhatikan:
1. Hal yang harus direnungkan oleh setiap keluarga muslim ialah memahami akidah secara utuh.
Keimanan yang utuh hanya terwujud dengan jalan Aqly (berpikir). Keimanan dengan jalan berpikir inilah yang melahirkan keimanan yang kokoh. Dengan keimanan yang kokoh ini rumah tangga akan senantiasa Bahagia. Karena pada setiap penghuni rumah ditanamkan bahwa hanya Allah SWT lah yang patut disembah.
Sehingga aktivitas yang dilakukan oleh seluruh penghuni rumah tangga hanya ditujukan semata-mata beribadah kepada Allah.
2. Harus dipahami bahwa keberadaan Allah sebagai pencipta, berarti sebagai Dzat yang paling mengetahui sifat dan karakter ciptaannya. Sehingga hanya aturan yang datang dari Allah sajalah yang akan menjamin keberadaan manusia, alam dan kehidupan dapat berjalan dengan baik. Sementara aturan lain yang berasal dari manusia tidak akan menyelesaikan persoalan hidup. Justru peluang benturan kepentingan, penyimpangan dan perselisihan antar manusia sangat besar.
3. Setiap rumah tangga kaum muslim harus menyadari bahwa tujuan dari setiap aktivitas yang dilakukan adalah untuk meraih ridho Allah. Perbuatan yang dilakukan bukan untuk meraih kenikmatan dunia semata, melainkan akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Sehingga hasil yang diinginkan ialah kebahagiaan disurga kekal. Inilah yang mendorong stiap rumah tangga melakukan banyak amal soleh. Yaitu amal yang didasarkan pada niat yang benar (meraih ridho Allah) dan dilakukan dengan cara yang benar (sesuai syariat)
Post a Comment