Kritikan untuk Ria Ricis dan suaminya Teuku Ryan belum berhenti. Pasalnya, pasangan satu ini mengajak bayinya Moana yang berusia 5 bulan untuk naik jetski dengan sedikit mengebut ke tengah laut.
Dalam video yang diunggah oleh Ria Ricis dalam akun Instagram pribadinya, Moana hanya digendong oleh Teuku Ryan yang mengendarai jetski. Ria Ricis dan Teuku Ryan sama-sama terlihat menggunakan pelampung, sedangkan tidak untuk bayi yang usianya belum genap satu tahun tersebut.
Tak berhenti di sana, Ria Ricis dan Teuku Ryan juga mengajak Moana bermain ATV (all-terrain vehicle) dengan menggunakan gendongan. Moana yang terlihat mengantuk di gendongan Ria Ricis pun bahkan sampai tertidur di ATV.
Kedua video tersebut banjir kritikan warganet. Hingga tulisan ini dipublikasikan, sudah lebih dari 17 ribu komentar bertengger dalam video naik jetski dengan bayi yang diunggah Ria Ricis.
Begitupun dengan video saat keluarga ini main ATV, hampir lima ribu komentar masih mengkritik Ria Ricis dan Teuku Ryan.
Banyak yang berpendapat bahwa apa yang dilakukan Ria Ricis dan Teuku Ryan sangat berbahaya untuk anak usia 5 bulan. Apalagi bayi seusia Moana belum mengerti dengan permainan yang diajak oleh kedua orangtuanya itu. (https://www.liputan6.com/health/read/5173567/ria-ricis-dikritik-usai-ajak-bayi-5-bulan-naik-jetski-dan-atv-begini-lho-aturan-mainnya)
Popularitas telah menjadi salah satu tujuan yang ingin diraih dalam kehidupan sekarang. Mirisnya popularitas membuat seseorang abai akan hal-hal yang harus dijaga, bahkan keselamatan anaknya sendiri yang masih bayi. Dorongan eksistensi diri bisa menjadi hal yang membahayakan keselamatan. Arus kehidupan justru dikuasai hal semacam ini.
Masyarakat semakin gencar mencari materi dengan berbagai cara, salah satunya seperti content creator yang tak jarang menyajikan content berbahaya demi popularitas yang menghantarkan kepada pundi-pundi Rupiah.
Hal ini adalah sebuah kewajaran dalam sistem kehidupan yang berlandaskan kapitalisme. Segala macam perbuatan yang dilakukan masyarakat dalam sistem ini tolak ukurnya adalah materi, tanpa peduli halal atau haram, bahaya atau tidak.
Berbeda dengan sistem kapitalisme, sistem Islam memberikan tuntunan bagaimana seorang perempuan dan ibu menjalankan kehidupan termasuk dalam menjaga keselamatan anak. Dan Islam juga mewajibkan negara untuk menjadi pelindung setiap rakyat termasuk anak-anak.
Islam adalah agama yang sangat holistik, seluruh aspek kehidupan manusia telah tergambar dalam syariat-syariatnya.
Islam telah meletakkan prinsip dan dasar-dasar perlindungan sejak 14 abad silam. Ini terpancar dari ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran, As-Sunah, konsensus ulama, serta praktik nyata di lapangan. Rasulullah SAW adalah sosok panutan bagaimana berinteraksi secara baik terhadap anak-anak.
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki.” (QS as-Syuura [42]: 49).
Perlindungan anak hanya bisa diwujudkan dengan menerapkan sistem dan nilai Islam. Sistem Islam akan mampu mewujudkan perlindungan terhadap anak dengan tiga pilar: ketakwaan individu, kontrol masyarakat, serta penerapan sistem dan hukum Islam oleh negara.
Islam mewajibkan negara untuk terus membina ketakwaan individu rakyatnya. Negara menanamkan ketakwaan individu melalui kurikulum pendidikan, seluruh perangkat yang dimiliki dan sistem pendidikan baik formal maupun informal. Negara menjaga suasana ketakwaan di masyarakat antara lain dengan melarang bisnis dan media yang tak berguna dan berbahaya, semisal menampilkan kekerasan dan kepornoan.
Individu rakyat yang bertakwa tidak akan melakukan kekerasan ataupun tindakan yang membahayakan orang lain apalagi anak. Masyarakat bertakwa juga akan selalu mengontrol agar individu masyarakat tidak melakukan pelanggaran terhadap hak anak. Masyarakat juga akan mengontrol negara atas berbagai kebijakan negara dan pelaksanaan hukum-hukum Islam.
Tiap anak merupakan amanah Allah yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Dengan demikian, mereka merupakan ladang amal orangtuanya. Paradigma ini akan membuat orangtua berupaya mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Cermat mengidentifikasi hal-hal apa yang bisa menghantarkan diri dan anaknya meraih keridhaan Allah dan apa saja yang bisa menghalanginya.
Orangtua yang memiliki paradigma semacam ini, akan berupaya menjadikan dirinya dan keluarga menjadi sebuah benteng yang akan melindungi anak-anaknya dari hal-hal yang bisa mencelakakannya. Orangtua dan keluarga memegang peranan penting dalam menjaga dan mengawasi anak-anak dari ancaman apapun.
Masyarakat yang terdiri dari individu-individu bertakwa pun tidak akan cuek terhadap persoalan yang menyangkut anak. Anak orang lain akan dianggapnya anak sendiri, bila menyangkut aktivitas amar ma’ruf dan nahi munkar. Anak siapapun akan berusaha diselamatkannya dari aktivitas kejahatan dan perbuatan maksiat.
Begitupula negara yang memiliki peran paling besar, karena mampu membuat aturan yang dapat menyuruh warganya berbuat baik atau mencegahnya dari perbuatan yang buruk. Negara mampu memberikan perlindungan terbesar bagi warganya. Bila ketiga komponen ini dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal, maka kekerasan terhadap anak akan dapat diakhiri. Dan ini semua tentunya hanya akan bisa diterapkan secara sempurna dengan sistem Islam. Wallahu a’lam bishowab.
Post a Comment