Polda Metro Jaya telah menyatakan wanita korban mutilasi di Bekasi bernama Angela Hindriati Wahyuningsih. Berdasarkan penelusuran Beritasatu.com, Angela diketahui merupakan mantan aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang dinyatakan hilang sejak Juni 2019.
Hal itu diketahui dari cuitan aktivis lingkungan hidup dan mantan Direktur Eksekutif Walhi Indonesia, Chalid Muhammad pada 16 November 2019.
"Kawan kami mantan aktivis walhi dinyatakan hilang oleh keluarga sejak juni 2019. Bantu sebar ya, siapa tau ada yg pernah melihat atau mengetahui. #saveanggel #oranghilang," cuit Chalid saat itu yang dikutip Beritasatu.com atas seizin Chalid, Sabtu (7/1/2023).
Dalam unggahan itu, Chalid juga menyampaikan sejumlah informasi mengenai Angela yang belakangan diketahui dibunuh oleh tersangka M Ecky Listiantho (34) pada November 2021. Dari informasi yang diunggah Chalid diketahui Angela atau Ati tinggal di Apartemen Taman Rasuna, Jakarta Selatan. Angela terakhir diketahui berada di Bandung pada Juni 2019.
Diberitakan, persoalan asmara diduga kuat melatarbelakangi pembunuhan Angela Hindriati Wahyuningsih. Motif pembunuhan tersebut diperoleh dari pengakuan tersangka M Ecky Listiantho (34) saat diperiksa polisi.
Namun, polisi tidak menyebutkan secara detail persoalan asmara seperti apa yang menyebabkan pelaku membunuh dan memutilasi korban.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Hengki Haryadi, Sabtu (7/1/2023), menyatakan pihaknya terus mendalami kasus pembunuhan disertai mutilasi terhadap Angela Hindriati Wahyuningsih yang ditemukan di Kampung Buaran, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Korban dibunuh dengan cara dicekik saat keduanya bertengkar pada November 2021. Dua minggu setelah dibunuh, tersangka memutilasi tubuh korban menggunakan gergaji listrik. Potongan tubu korban dimasukkan ke dalam dua kontainer plastik.
Tersangka Ecky Listiantho hingga kini masih menjalani pemeriksaan intensif untuk menguak alasan pembunuhan dan keterlibatan pihak lain dalam kasus tersebut.
Identitas korban terungkap dari sejumlah barang bukti, seperti seragam dan tanda pengenal korban, serta pengakuan tersangka. Selain itu, polisi juga melakukan tes DNA yang menunjukkan hasil identik antara Angela Hindriati Wahyuningsih dan putrinya yang meninggal pada 201
Kejadian seperti ini menimpa perempuan bukanlah kasus yang pertama ,banyak sekali kasus kekerasan sampai berakhir dengan pembunuhan.
Kekerasan yang muncul pada kaum perempuan sebenarnya lebih diakibatkan penerapan sistem kehidupan liberal yang berbasis sekuler. Kebebasan berperilaku atau berekspresi membuat kaum perempuan menjadi objek kekerasan, baik verbal maupun seksual. Victim blaming tidak akan terjadi bila kekerasan atau pelecehan itu tidak terjadi.
Dalam pandangan Barat, bentuk eksploitasi hanya berlaku pada kasus eksploitasi seksual secara ilegal. Seperti pemerkosaan, pedofilia, atau sejenisnya. Namun, pada kasus perzinaan yang lebih didasari suka sama suka tidak disebut sebagai eksploitasi dan kemaksiatan yang sama-sama wajib ditentang dan dilarang.
Tiada asap tanpa api. Tak akan ada kekerasan tanpa ada penyebabnya. Kekerasan fisik ataupun kekerasan seksual yang menimpa perempuan, bukan semata salah laki-laki yang tak mampu menjaga nafsu atau perempuan yang tak pandai jaga diri, namun lebih kepada sistem kehidupan sekuler liberal kapitalistik yang menjadikan laki-laki dan perempuan hidup tanpa aturan yang jelas. Serba bebas dan bablas.
Jika perempuan kerap mengalami victim blaming setiap kali ada kekerasan atau pelecehan seksual, hal itu lantaran sistem ini tidak benar-benar menjamin keamanan bagi perempuan. Di sinilah harusnya negara berperan menjamin keamanan bagi kaum perempuan.
Kehilangan Gambaran yang Sesungguhnya
Berkembangnya ideologi sekuler kapitalisme di tengah-tengah kita, menjadikan kaum muslimin kehilangan gambaran yang nyata tentang kehidupan Islam yang sesungguhnya. Terlebih dengan makin gencarnya upaya Barat melancarkan perang pemikiran dan kebudayaan ke dunia Islam.
Kaum muslimin makin jauh dari Islam, baik pemikiran maupun hukum-hukumnya. Posisi Islam yang seharusnya dijadikan acuan atau landasan dalam berpikir dan bertingkah laku, digantikan oleh pemikiran kapitalisme. Sehingga, tidak aneh jika corak kehidupan sekuler kapitalismelah yang mendominasi umat saat ini.
Corak kehidupan inilah yang akhirnya membuat kaum muslimin bingung dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di tengah-tengah mereka. Mengapa demikian? Karena corak hidup sekuler kapitalisme tidak memiliki standar baku yang bisa dijadikan pijakan untuk menilai segala sesuatu. Hanya mengagungkan nilai kemanusiaan yang semu, padahal sifatnya relatif.
Jika kita mau jujur, jelas sekali bahwa maraknya kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan justru merupakan cerminan gagalnya bangunan sosial politik yang didasari ideologi kapitalisme ini, serta rapuhnya tatanan moral masyarakat yang ada akibat tidak adanya standar baku yang mengatur tingkah laku manusia.
Kalaulah kaum muslimin mau menengok kepada Islam dan memahami Islam, sebenarnya Islam telah memberikan jawaban yang tuntas terhadap permasalahan apa pun, termasuk permasalahan kekerasan terhadap perempuan. Kita tinggal mengikuti apa yang telah diwahyukan oleh Allah Swt., Al-Khaliq Al-Mudabbir dan meneladani utusan-Nya, Muhammad (saw.).
Syariat Islam Memuliakan Perempuan
Syariat Islam telah menggariskan bahwa perempuan harus mendapat perlindungan dan kedudukannya mulia di tengah masyarakat. Rasulullah saw. bersabda, “Innama an-nisa’ saqa’iq ar-rijal (perempuan adalah ‘saudara kandung’ para lelaki).” Di rumah tangga, mereka seperti dua orang sahabat yang saling bekerja sama dalam mendidik generasi. Dalam kehidupan publik, mereka adalah mitra yang bekerja sama membangun masyarakat.
Islam juga memerintahkan kepada laki-laki dan perempuan untuk menjaga pandangan sebagai bentuk pencegahan bagi munculnya kemaksiatan. Perempuan wajib menutup aurat dan menjaga kemaluannya sebagai upaya preventif terjadinya pelecehan.
Islam menempatkan tugas utama perempuan sebagai ummun wa rabbatul bayt (ibu dan pengurus rumah suami) yang tugas tersebut merupakan peran mulia dan strategis. Peran yang Allah bebankan ini bukan berdasar atas superioritas laki-laki sebab laki-laki pun memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin, pelindung, pendidik, juga pencari nafkah keluarga. Keduanya bekerja sama dalam menjalankan kewajiban sebagai bentuk ketaatan kepada syariat Allah Taala.
Inilah yang harusnya menjadi tuntunan umat. Hukum-hukum Islam yang agung terbukti menjaga kehormatan perempuan selama masa kejayaan Islam. Kontras dengan kondisi saat ini, perempuan tereksploitasi, fitrahnya sebagai perempuan terenggut, dan kehidupan mereka penuh teror saat harus mengambil peran ganda sebagai penopang ekonomi keluarga.
Kapitalisme sekuler sesungguhnya bertanggung jawab atas kondisi ini. Islamlah solusi hakiki yang akan memuliakan perempuan dengan syariat-Nya dengan negara yang mengambil peran sebagai pengurus rakyatnya. Wallahualam
Post a Comment