Demokrasi Melahirkan Politisi Haus Simpati


Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.

Selasa (27/12/2022) di Pasar Baru, Kabupaten Subang, Jawa Barat Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana membagikan bantuan sosial (bansos) kepada para pedagang. Bansos tersebut terdiri dari batuan modal kerja untuk pedagang kaki lima dan juga bantuan secara tunai untuk pedagang di Pasar Baru dan Pasar Pujasera Subang. Kedatangan ini diketahui dalam rangka Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Sadawarna. 

Tidak hanya berdua, Jokowi dan Iriana juga bersama Ridwan Kamil selaku Gubernur Jawa Barat. Pedagang dan masyarakat yang berada di sana pun mendapatkan kaos dari Iriana secara langsung. Kaos tersebut berwarna hitam dan bertuliskan nama Jokowi.  Tidak ketinggalan, Iriana juga memberikan bingkisan yang berisi perlengkapan sekolah kepada anak-anak yang ada di Pasar Baru dan Pasar Pujasera Subang. Terkhusus di Pasar Pujasera Subang, Jokowi memberikan sebanyak 100 bantuan. Hal tersebut dikatakan oleh Ahmad Sobari selaku Asisten Daerah (Asda) 3 Pemerintahan Kabupaten Subang.

Aktivitas blusukan dengan membagi-bagikan uang dan barang kepada rakyat tentu menarik perhatian tersendiri bagi rakyat tersebut. Ada yang antusias, sibuk mengabadikan situasi dengan foto dan video serta ada pula yang tidak bisa berkata apa-apa lantaran kaget dengan kedatangan mereka.

Popularitas petinggi negeri memberikan dampak yang beragam. Mulai dari kelompok pertama, rakyat yang menjadikan petinggi negeri sebagai idola yang didambakan. Ada pula kelompok kedua, yang malah sebaliknya yaitu memposisikan diri sebagai pengkritik karena melihat dengan jelas sepak terjang buruk dalam kinerjanya selama ini. Tentu petinggi negeri hari ini akan berusaha membersihkan nama baiknya, terlebih kepada mereka yang peka akan rentetan catatan buruk dalam kinerjanya tersebut.

Dalam sistem demokrasi, sudah tidak aneh adanya pencitraan yang dilakukan oleh tiap-tiap petinggi negeri. Praktek mempersolek diri dengan beragam bantuan yang bila digali lagi tidak juga mampu menutupi problematika yang telah terjadi. Masyarakat dibutakan oleh bantuan yang semu agar kepekaan akan realitas sedikit terurungkan. Di waktu yang bersamaan, problematika masyarakat mulai dari kesulitan mencari pekerjaan, kemiskinan dan ketidakadilan lainnya tetap saja terus terjadi.

Aktivitas bagi-bagi semacam ini tentu bukanlah solusi yang dapat menuntaskan problematika di tengah masyarakat. Terlebih bila dilihat kembali bahwa kegiatan ini sering terjadi pula di saat-saat mendekati waktu Pemilihan Umum (Pemilu). Maka akhir-akhir ini, sebagaimana diketahui sudah mendekati Pemilu akan didapati para petinggi negeri atau calon petinggi negeri yang dengan rutin mempersolek diri guna menciptakan citra baik di tengah rakyat. Padahal yang rakyat butuhkan adalah solusi tuntas yang jauh dari pencitraan dan janji manis semata. 

Hal ini jelas sangat berbeda bila dibandingkan dengan karakter dan sifat para pemimpin Islam terdahulu. Pemimpin Islam sangat terkenal dengan keberpihakannya terhadap rakyat. Beragam upaya yang dilakukan oleh pemimpin Islam pada saat itu tentu berlandaskan hanya pada satu hal, yaitu ketaatan pada Allah SWT. Dengan demikian, akan terhindar dari niat buruk seperti pencitraan. Karena bila digali lebih dalam, bagi seorang pemimpin mengurusi masyarakat adalah tujuan utama dari politiknya. Yaitu tercerminkan dari keadilan, kesejahteraan dan lain sebagainya yang muncul pada saat kepemimpinannya. Rakyat pun jauh dari kesengsaraan dan tindak kezaliman. 

Dengan ketaatan pada Allah SWT, pemimpin Islam akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan perintah-Nya dan menjauhkan apa saja yang dilarang-Nya. Rakyat tidak akan mendapatkan berbagai kerugian atau bahkan dimanfaatkan keberadaannya demi meraih simpati semata. Karena dengan ketaatan pada Allah itu akan menghasilkan rakyat yang damai dan juga individu yang terpenuhi hak-haknya. Dengan begitu, rakyat akan mencintai pemimpinnya tanpa paksaan.

Di dalam Islam terdapat berbagai kisah nyata terkait pemimpin yang bergerak langsung untuk rakyatnya. Salah satunya adalah kisah dari Khalifah Umar bin Khattab. Beliau sering melakukan blusukan pada malam hari guna mengetahui keadaan rakyat tanpa seorang pun mengetahui. Pada suatu waktu, ada wilayah yang mengalami musim paceklik. Hal itu membuat tumbuhan mengering dan tanah pun menjadi tandus. Karena kondisi yang seperti itu, banyak rakyat yang kelaparan.

Beliau pun merasa sedih dan memerintahkan orang kepercayaan untuk menyembelih unta dan membagikannya kepada rakyat. Beliau juga selalu memastikan bahwa makanan sampai pada setiap rakyatnya. Bahkan sampai perutnya sendiri merasakan panas dan keroncongan karena memprioritaskan rakyatnya dibanding dirinya sendiri. 

Namun sayangnya hari ini justru sebaliknya. Banyak rakyat yang luput dari perhatian pemimpin, walaupun diberi perhatian banyak yang di dalamnya hanya demi meraih simpati semata. Ini menunjukkan bahwa kita memerlukan peraturan Islam guna terselenggaranya berbagai peraturan yang memprioritaskan rakyat. Hanya dengan Islam masyarakat akan hidup dalam kesejahteraan dan hanya dengan Islam pula pemimpin dapat memimpin masyarakat dengan penuh pertanggungjawaban. Hal itu karena segala tujuan berpusat pada satu hal yaitu meraih ridho-Nya semata. 

Wallahu a’lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post