Menurutnya, faktor-faktor yang memengaruhi rusaknya generasi antara lain kurikulum pendidikan saat ini yang basisnya sekuler, peran guru yang mengalami disorientasi dalam mendidik, dan faktor lingkungan.
Hal senada disampaikan pula oleh salah satu pembicara lainnya, Prof Dr. Mas Roro Lilik Ekowanti M.S, Pendidik di Perguruan Tinggi. Menurutnya, salah satu rusaknya generasi melalui mahasiswa. “Mahasiswa dicetak sebagai buruh, padahal fungsi mahasiswa (pemuda) lebih dari itu. Pemuda perlu mempersembahkan ilmu untuk agama Islam,” tegasnya.
Begitu juga, Mubalighah dan pengasuh pesantren di Purwakarta, Ustadzah Tingting Rohaeti menambahkan rusaknya generasi juga masuk melalui pesantren. “Selain itu pesantren yang merupakan basis agama dan mencetak para ulama kini disibukkan dengan paham moderasi agama dan disibukkan dengan program pemerintah yaitu pemberdayaan ekonomi pesantren dengan program One Pesantren One Product (OPOP). Seharusnya pesantren melahirkan generasi tafaqquh fiddin, bebernya.
Hal yang sama pun dirasakan aktivis mahasiswa, ketua Kornas Kohati periode 2018 - 2020 Apri Hardiyanti, S.H. Ia menyampaikan bahwa tugas mahasiswa sangat berat dengan banyaknya tugas kuliah, menjadi mahasiswa berwirausaha dan menjadi duta-duta moderasi.
“Ketika ada mahasiswa yang kritis dan menyampaikan kebenaran yaitu Islam kafah justru dipersekusi,” pungkasnya.[] Eva Susandra
Post a Comment