Berita di media sosial sering kali membuat geram para netizen. Seperti baru-baru ini beredar berita kasus perselingkuhan di Banten antara menantu R (21 tahun) dengan ibu mertuanya. Perselingkuhan diungkap oleh sang istri, belakangan diketahui ternyata hubungan mereka terjadi sebelum anak dan menantu ini menikah. Bahkan melakukan hubungan seksual. Na'uzubillah
Sering terjadi perbuatan amoral, asusila, kriminalitas, hingga kejahatan yang subjeknya adalah pemuda. Seperti kasus amoral asusila lainnya yang juga viral akhir tahun lalu. Di Lampung seorang pemuda ST (19 tahun) perkosa ibu kandungnya sendiri. Setelah sebelumnya mengancam akan membunuh ibunya. Ia juga tega menyekap lalu memerkosa adiknya (7 tahun) hingga kesakitan setiap mau buang air kecil. (DetikNews, 29/12/22)
Kasus dengan pelaku pemuda juga terjadi di Riau. Pemuda F (15 tahun) dan NA (17 tahun) membunuh seorang ibu dan bayinya. Kedua pelaku nekat membunuh karena sakit hati ditegur suami ibu tersebut. Pelaku bersama teman-temannya sering mengendarai sepeda motor berknalpot bising. (Kompas.com, 25/12/22)
Sungguh perilaku biadab yang lebih rendah dari hewan! Tidak seharusnya dilakukan manusia. Miris, tetapi beginilah potret buram pemuda hari ini. Alih-alih bermanfaat bagi masyarakat, mereka bagai predator yang mengancam.
Sistem Sekuler Liberal
Perilaku buruk seseorang tentu tidak bersifat alami. Ada proses yang lama hingga kerusakannya. Keluarga di mana pemuda itu tumbuh sangat berperan penting. Keluarga dengan orang tua yang tidak memahami tujuan mendidik anak serta bagaimana cara mendidiknya, mengiringi kerusakan pemuda.
Akan tetapi keberadaan keluarga tidak bisa terlepas dari kehidupan sekitarnya. Sistem kehidupan yang mengasuh pemuda dan keluarganya, saat ini dipimpin oleh kapitalisme sekularisme. Sistem ini mengharuskan manusia memisahkan agama dari kehidupannya. Agama hanya berkaitan dengan ibadah. Kehidupan mereka diatur oleh sistem kehidupan yang liberal. Apa pun boleh dilakukan demi kesenangan yang sifatnya fisik semata.
Sementara negara menjamin semua itu melalui penerapan sistem demokrasi. Atas nama kebebasan bertingkah laku, kebijakan yang lahir justru malah melindungi perilaku amoral. Misalnya, diksi “sexual consent” dalam beberapa pasal UU TPKS, seolah malah melegalkan kumpul kebo. Asal suka sama suka tidak ada pemaksaan.
Dalam hal ekonomi, kapitalisme juga merusak perilaku pemuda. Atas nama keuntungan bisnis, pornografi sah diperjualbelikan. Mulai dari game online, media sosial, film, iklan dan semua dunia hiburan tidak pernah absen dari pornografi. Pornografi menjadi obyek jualan utamanya. Bahkan Kominfo menyatakan bahwa Indonesia merupakan pengakses situs porno terbesar ketiga di dunia. Astagfirullah!
Yang lebih memprihatinkan, konsumen setia bisnis syahwat itu adalah remaja yang memang sangat adaptif terhadap teknologi digital. Sekedar bukti, tiket nonton Blackpink grup vokal asal Korea baru-baru ini habis terjual hanya dalam waktu 15 menit, padahal harga tiketnya mencapai Rp2—3 juta. Grup vokal yang berpakaian berbuka, penggemarnya mayoritas remaja.
Demikian juga banyak kreator remaja yang membuat konten porno, kekerasan, prank terhadap orang lain, dan lainnya yang tidak bermanfaat bagi masyarakat. Lalu mengunggahnya di berbagai situs media sosial. Mereka hanya berfikir konten disukai banyak orang dan yang pasti semakin banyak uang. Jauh dari berfikir kesesuaian dengan agama.
Pemuda di Masa Islam
Problematika pemuda bukan hanya terjadi di tanah air, melainkan merata di seluruh dunia. Termasuk negeri-negeri muslim. Tidak ada tuntutan di dalam agama mereka perbuatan keji semacam itu.
Sejarah mencatat Islam memiliki pemuda-pemuda hebat pada zamannya. Di usianya yang masih sangat muda, mereka mampu menorehkan karya-karya yang luar biasa. Tentu yang tidak tercatat lebih banyak lagi. Misalnya pemuda bernama Usamah bin Zaid di usia 18 tahun mampu memimpin pasukan yang anggotanya adalah para pembesar sahabat seperti Abu Bakar dan Umar untuk menghadapi pasukan terbesar dan terkuat di masa itu. Pemuda Sa’d bin Abi Waqqash di usia 17 tahun sudah termasuk dari enam orang ahlus syuro.
Selain itu ada juga nama Al Arqam bin Abil Arqam, 16 tahun, sudah menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul selama 13 tahun. Ada pula Muhammad Al Fatih, 22 tahun, penakluk Konstantinopel ibu kota Byzantium. Muhammad Al Qasim, 17 tahun, seorang jenderal agung yang menaklukkan India. Dan yang lainnya. Pemuda di dalam Islam dikenal sangat menyukai ilmu maka pantas di kemudian hari mereka menjadi para perintis berbagai ilmu pengetahuan. Apa rahasianya?
Mencetak Pemuda Tangguh
Islam menetapkan tanggung jawab kepada setiap orang tua untuk meletakkan dasar-dasar keimanan, ibadah dan akhlak kepada anak. Kemudian dilanjutkan oleh sekolah dengan kurikulum yang memperkuat kepribadiannya. Selain itu masyarakat memberikan kontrol sosial dan media dijaga searah dengan proses tersebut. Islam memberikan inspirasi kepada para pemuda untuk berkarya yang berguna untuk masyarakat dan agama. Tidak ada waktu bagi mereka untuk berfoya-foya atau menggunakan waktu dengan sia-sia.
Dengan pemahaman Islam para pemuda akan menempatkan orang tua juga mertua secara layak dan terhormat. Demikian juga dengan sikapnya terhadap orang lain akan diselaraskan dengan perintah dan larangan Allah.
Semua ini terjadi ketika terdapat sebuah sistem tangguh bernama khilafah yang menerapkan Al Qur'an dan As-sunnah.
Munculnya malapetaka ini terjadi sejak Daulah Khilafah Islamiyah runtuh pada 1924. Sejak saat itu, umat—termasuk pemuda—resmi tidak memiliki pelindung yang mampu membentengi mereka dari segala macam kerusakan.
Khatimah
Selama dunia masih ada dalam kepemimpinan sistem kufur kapitalis liberal, sulit berharap terbentuk pemuda tangguh yang dapat membangun peradaban gemilang. Sungguh kita harus tinggalkan sistem yang rusak ini yang telah memberikan andil besar kepada kerusakan Pemuda harapan masa depan.
Post a Comment