(Ibu rumah tangga)
Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember kemarin, telah usai diperingati dengan menggelar pameran bertema The Truth Inside You: Alunan Kisah Tentang Perempuan. Tema yang diangkat dalam pameran menampilkan kondisi dan peran perempuan dalam keseharian. Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan bahwa, pameran itu merupakan sarana edukasi kepada masyarakat bahwasannya peran perempuan sangat besar bagi Indonesia sejak berabad silam.
Hal tersebut terwujud dalam sejumlah produk budaya masa lampau seperti artefak-artefak yang menjadi jejak nyata kontribusi perempuan untuk turut membangun peradaban masyarakat Tanah Air. Pameran berlangsung pada 15 Desember 2022 hingga 15 Januari 2023 di Museum Nasional, Jakarta.
pameran tersebut mencoba merespons kompleksitas dunia yang dijalani perempuan, khususnya perempuan Indonesia yang unik dan dinamis. Perempuan yang bertahan dalam mengatasi berbagai tantangan kehidupan dengan kekuatan yang ada dalam dirinya.
Menurut KemenPPA, catatan penting dari Peringatan Hari Ibu di Indonesia adalah bukan perayaan Mother’s Day sebagaimana yang diperingati di negara lain. Sejarah mencatat dicetuskannya Hari Ibu di Indonesia merupakan tonggak perjuangan perempuan untuk terlibat dalam upaya kemerdekaan bangsa dan pergerakan perempuan Indonesia dari masa ke masa dalam menyuarakan hak-haknya guna mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan. Oleh karena itu, tema dan sub tema PHI setiap tahun akan berlandaskan catatan penting tersebut. Tema utama PHI ke-94 adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Selain tema utama, ditetapkan sub-sub tema untuk mendukung tema utama dimaksud.
Sub-sub tema tersebut adalah: Sub Tema 1 Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan. Sub Tema 2 Perempuan dan Digital Economy. Sub Tema 3 Perempuan dan Kepemimpinan. Sub Tema 4 Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya.
Dengan adanya peringatan hari ibu yang dicetuskan oleh pemerintahan tentunya patut untuk diapresiasi. Karena, tidak bisa dipungkiri maju dan berkembangnya sebuah negara tergantung kepada peran seorang ibu, ditangannya-lah baik dan buruknya sebuah generasi. Seorang ibu mampu mencetak generasi cemerlang jika apa yang dilakukannya sesuai dengan peran seorang ibu yang sesungguhnya. Namun jika kita cermati pada perayaan hari ibu saat ini, dimana tema utama yang diambil PHI ke-94 adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Dan selain tema utama, ditetapkan pula sub-sub tema untuk mendukung tema utama tersebut, yang semuanya mengarah kepada pemberdayaan ekonomi. Ibu tak lagi berperan hanya sebagai pengurus rumah tangga dan tak lagi difokuskan untuk mendidik dan menjaga keluarga, namun saat ini, kaum Ibu selalu digenjot untuk meningkatkan perekonomian keluarga juga negara. Kaum ibu layaknya sebagai tulang punggung yang dituntut untuk bisa melakukan berbagai kegiatan terutama kegiatan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi baik pada keluarga maupun negara. Diantaranya dengan mengembangkan wirausaha, di era digital, kaum ibu didorong agar mampu memanfaatkan teknologi, salah satu untuk mengatasi kesetaraan gender dalam digital, kemudian kaum ibu atau perempuan pada umumnya dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dalam arti diberikan kuota untuk bisa bersama sama memimpin pemerintahan. Terakhir, mendorong peningkatan pengetahuan dan wawasan tentang sistem perlindungan perempuan terhadap tindak kekerasan yang ada baik di tingkat nasional, daerah, dan masyarakat/komunitas.
Pemberdayaan ekonomi kaum ibu sejatinya adalah eksploitasi, karena pemberdayaan ibu seharusnya dikembalikan kepada peran utamanya sebagai pendidik generasi calon pemimpin masa depan. Maka, hari ibu saat ini sejatinya adalah eksploitasi terhadap kaum ibu itu sendiri..Nasib ibu dalam sistem demokrasi kapitalis sangat mengenaskan. Dia tidak memiliki kesempatan untuk menikmati perannya dengan baik. Mereka menjalaninya dengan berat dan penuh keterpaksaan. Jadilah fungsi istri dan ibu sebagai beban yang menyesakkan, dianggap merampas kebebasan dan ekspresi pribadi, dan jauh dari kenyamanan yang membahagiakan.
Pemberdayaan sebagai ibu generasi tentu butuh sistem pendukung yang dibangun oleh negara dalam semua sistem kehidupan. Dengan demikian ibu bisa fokus dalam mengemban tugasnya dan tidak dibebani dengan kewajiban mencari nafkah. Sistem Kehidupan tersebut tiada lain adalah sistem Islam.
Ketika Islam diterapkan secara sempurna oleh negara, hak dan kewajiban seluruh warga negara pun akan terpenuhi dengan baik. Keadilan bukan hanya janji dan harapan, tetapi akan terbukti dalam kehidupan nyata. Sistem ekonomi Islam yang diterapkan negara akan mengelola sumber daya alam milik umum, seperti hutan dan barang tambang untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Keuntungan yang diperoleh negara akan dikembalikan kepada mereka berupa jaminan pendidikan, kesehatan, dan keamanan yang diperoleh secara cuma-cuma, juga tersedianya fasilitas umum yang baik.
Kebijakan pendidikan Islam yang diberlakukan negara akan memastikan seluruh rakyat mendapatkan pendidikan yang layak dan cukup. Sistem pendidikan yang akan menguatkan keimanan, meningkatkan penguasaan ilmu syariat dan ilmu kehidupan, juga akan mendorong pengamalannya. Kebijakan yang ditetapkan negara senantiasa akan mengacu pada fungsinya sebagai raa’in dan junnah (perisai), penanggung jawab dan pelindung rakyat.
Seorang pemimpin dalam Islam menyadari bahwa yang dilakukannya akan dipertanggungjawabkan pada Allah SWT, Sang Pemilik aturan. Ketakwaan inilah yang akan menjaganya sekuat tenaga menjalankan amanah yang ada di pundaknya dengan sempurna.
Jika melakukan kesalahan, dia segera menyadarinya dan memperbaikinya. Sebagaimana ditunjukkan Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu. Beliau pernah membuat kebijakan yang kurang tepat. Beliau memberikan santunan dari Baitulmal bagi anak-anak yang telah selesai masa penyapihannya (menyusui), yakni usia di atas dua tahun.
Mengetahui kebijakan demikian, para ibu mempercepat masa penyapihan anak-anaknya. Mereka ingin segera mendapat santunan pemerintah, demi meringankan beban rumah tangga. Umar terkejut melihat respons ibu-ibu itu. Seusai salat, Umar mengeluarkan kebijakan, santunan diberikan kepada setiap anak sejak mereka dilahirkan. Ia tempuh kebijakan ini demi menjaga dan melindungi anak-anak. Dan juga menyenangkan hati para ibu yang sedang menyusui
Khalifah Umar memang dikenal sangat perhatian pada urusan rakyatnya. Pada suatu malam, Umar mendapati ada anak-anak yang menangis kelaparan, lalu ibunya berpura-pura memasak, padahal hanya mendidihkan air, berharap agar anaknya yang kelaparan menunggu dan tertidur. Melihat itu, Khalifah Umar bersegera mengambil sekarung gandum yang beliau bawa sendiri dan diberikan kepada ibu tersebut.
Apa yang dilakukan khalifah Umar adalah wujud tanggung jawab seorang pemimpin terhadap kebaikan ibu dan nasib anak. Keduanya mendapatkan hak dengan sebaik-baiknya. Ketika negara menjalankan fungsi pengurusan dengan baik maka seorang ibu akan mampu menjaga naluri dan fitrah keibuan. Dia akan menjalani perannya dengan baik, dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan rasa bahagia.
Jadi, agar ibu menjalani hidup sesuai fitrahnya secara sempurna dan anak-anak mendapatkan hak-hak mereka dengan baik, solusinya adalah meninggalkan sistem yang menyengsarakan. Dan beralih pada sistem yang menyejahterakan, yakni sistem Islam.
Wallahu a’lam.
Post a Comment