Tahun baru Masehi tinggal beberapa hari lagi. Biasanya, di malam tahun baru Masehi banyak masyarakat yang antusias mengadakan acara dengan berbagai agenda. Mulai dari rencana kumpul bareng keluarga, teman, tetangga sampai acara di pemerintahan pun ada di malam tahun baru tersebut.
Pergantian tahun baru Masehi memang begitu menghipnotis masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat muslim sendiri. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, umat Islam seringkali latah dengan perayaan hari raya yang bukan dari agamanya. Padahal jika dilihat dari status, masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam.
Satu Januari bukanlah pertanda bergantinya tahun baru Islam. Hijriyah adalah nama tahun dalam Islam dan tahun baru Islam jatuh pada tanggal satu, bulan Muharam. Hendaklah umat Islam memanfaatkan malam hari dengan banyak Muhasabah diri, termasuk malam tahun baru, bukan malah melakukan berbagai kemaksiatan.
Di malam itu pantasnya kita kian mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bertambahnya umur dunia mestinya menjadikan kita semakin takut kepada Allah SWT. Sebab, bergantinya tahun berarti dunia telah bertambah tua. Istilah kata, jika sudah tua, pastilah dekat dengan kematian.
Namun apapun momentnya, tak sepantasnya seorang muslim melakukan hal yang haram. Kapanpun dan di manapun berada hendaknya seorang muslim mengerjakan sesuatu hal yang dapat menghantarkan pada keridhoan Allah.
Lantas, mengapa umat Islam masih saja latah dengan budaya barat? Usut diusut ialah karena negara mengadopsi sistem kapitalisme - sekulerisme. Negara sampai detik ini masih berkutat dengan kepentingan hingga tega membiarkan masyarakatnya terbina oleh paham barat. Pola pikir dan pola sikap masyarakat saat ini jauh dari pola Islam.
Sistem sekuler kapitalisme yang diadopsi negara membuat masyarakat terjerumus pada gaya hidup hedonisme serta liberal. Melalui acara pertelevisian, medsos, youtube dll, tontonan berciri khas gaya barat yang dilegalkan negara perlahan melenakan masyarakat. Bahkan masyarakat tak sadar bahwa itu sebuah agenda barat untuk menghancurkan akidahnya.
Maka, tak heran jika di hari ini kita masih sering menyaksikan bahwa aktivitas muslim lebih condong pada keharaman. Seolah mereka menggunakan kesempatan di hari raya besar untuk mengekspresikan kebebasan.
Saking jauhnya umat dari Islam, di hari besar Islam pun ada saja umat Islam yang mencoreng hari besarnya itu. Mereka mengisi malam takbiran dengan aktivitas kebhatilan. Kadang siang mereka berpuasa, sesudah magrib takbiran namun setelah malam mereka melakukan maksiat, seperti mabuk-mabukan.
Namun itulah fakta muslim sekarang. Seakan muslim hari ini tidak tahu akan ke mana mereka setelah hidup di dunia. Padahal Islam telah memaparkan bahwa akan ada penghisaban di akhirat kelak. Segala sesuatu yang muslim lakukan bakal dipertanyakan di alam sana.
Post a Comment