(Aktivis Mahasiswa)
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga pula,begitulah nasib korban gempa cianjur yang masih terlunta lunta dikamp pengungsian.Setelah Gempa berkekuatan 5,6 Skala richter memporak porandakan kota Santri tersebut pada 21 November 2022 nyatanya mereka masih menunggu kepastian untuk dapat hidup normal kembali.Sebut saja Desa Cibeureum dikecamatan Cugenang,Cianjur,Jawa Barat yang paling terdampak karna dilalui patahan sesar Aktif.
Kerusakan bangunan yang terjadi, selain karena faktor guncangan yang kuat sebagai dampak dari dangkalnya sumber gempa bumi dan kondisi tanah permukaan yang lunak, diperparah dengan kualitas bangunan yang tidak tahan gempa bumi. Mengingat daerah bencana termasuk ke dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB
Sebelumnya, pemerintah menjanjikan dana bantuan sebesar Rp60 juta untuk rumah rusak berat, Rp30 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp15 juta untuk rumah rusak ringan,namun sampai saat ini bantuan tersebut tak.kunjung turun.Padahal Kondisi rakyat sedang gawat darurat ini dibuktikan oleh sata Badan Nasional penanggulangan bencana telah mencatat jumlah pengungsian mencapai 325 titik dan tersebar di 15 kecamatan. Jumlah pengungsi 73.874 orang dengan rincian pengungsi laki-laki 33.713 orang dan pengungsi perempuan 40.161 orang.
Sementara untuk infrastruktur yang rusak berat 27.434 rumah, rusak sedang 13.070 dan rusak ringan 22.124 rumah, sehingga total rumah rusak sebanyak 62.628 rumah. Kondisi tersebut seharusnya menyadarkan penguasa bahwa kondisi rakyat dalam ekadaan gawat darurat. Padahal rakyat sangat membutuhkan kesigapan penguasa Dalam menyelesaikan persoalan mereka,dimanakah penguasa disaat membutuhkannya? Mengapa pemerintah seolah olah lamban dalam mitigasi bencana? Padahal sudah banyak korban berjatuhan.
Sikap pemerintah Lamban,rakyat terabaikan
Sungguh ironis melihat realita bencana dinegri ini, Indonesia terbukti berada diwilayah 3 patahan lempeng bumi.Artinya negeri kita jelas rawan bencana,akan tetapi mitigasi bencana gempa masih ala kadarnya,bahkan tata kelolanya cenderung seadanya,ketiadaan koordinasi yang solid antara pejabat dan instansi terkait serta minimnya prioritas anggaran negara untuk antisipasi bencana.Menyadarkan kita bahwa kebutuhan rakyat lagi dan lagi belum menjadi visi utama para pemangku kebijakan dinegri ini baik secara preventif maupun kuratif.
Lambatnya proses pencairan dana disebabkan proses pendataan yang tidak akurat,sehingga harus didata ulang.Inilah buktinya lambannya pemerintah dalam menangani korban pasca gempa,akibatnya sebagian dari warga yang ada dipengungsian menderita,demam serta penyakit serius seperti gatal gatal Dan lain sebagainya.
Inilah Ciri Khas pemimpin dalam sistem kapitalis,yang terkesan lamban dalam mengatasi Dampak bencana yang ada.Jika data saja sampai saat ini tidak akurat lantas harus berapa lama korban terkatung katung dalam tenda pengungsian.Dengan segala fasilitas ala kadarnya,Miris salah seorang korban mencurahkan Isi hatinya “Saya sendiri sudah mulai jenuh, kadang bingung mau memulai kegiatan seperti apa, bingung, mau kerja juga belum bisa,” tutur Yana yang merupakan seorang guru SD di Desa Cibeureum, dan SD itu juga rubuh akibat gempa.
Pembangunan sarana dan prasarana pun masih berorientasi diatas keuntungan pasar,rakyat tidak dibekali dengan pengetahuan simulasi untuk menghadapi bencana.Alih alih selamat justru korban terus berjatuhan karna memang negara tidak pernah melatih mereka siap untuk menghadapi bencana.
Sejatinya tata kelola negri ini, sedang di atur oleh sistem yang memposisikan dirinya sebagai penguasa bukan sebagai perisai dan pengatur urusan rakyatnya,tapi Pengurus kepentingan korporasi. Rakyatnya dibiarkan hidup sendiri dengan ganasnya hutan rimba yang siap menerkam mereka kapan saja, bagi rakyat yang kaya mereka bisa membangun bangunan tahan gempa sementara bagi yang miskin pasrah dengan gubuk kecil yang mudah roboh jangankan membangun, memikirkan besok masih bisa makan saja sudah syukur, sungguh menyedihkan.
Bencana Alam memang terjadi secara sunnatullah, ketetapan Allah Swt hanya saja manusia termasuk negara mempunyai peran untuk berikhtiar yang dilakukan manusia untuk meminimalisir dampak yang dapat ditimbulkan, maka apakah semua itu sudah dilakukan pemerintah saat ini? Sudahkah peran mereka optimal dalam menanggulangi bencana?
Negara Khilafah, Cepat Tanggap atasi Bencana
Khilafah sebagai Negara Islam menggariskan kebijakan komprehensif, yang berdiri diatas asas Islam.Prinsip pengaturannya didasarkan pada syariat Islam. Ditujukan untuk kemaslahatan rakyat.Khilafah Wajib mengatasi potensi terjadinya bencana alam, setidaknya khilafah akan menempuh 2 langkah strategis sekaligus yaitu preventif dan kuratif.
Pertama kebijakan preventif tujuannya untuk mencegah atau menghindarkan penduduk dari bencana. Pembangunan secara fisik untuk mencegah bencana cara pandang pembangunan berkelanjutan memberikan kontribusi bagi mitigasi dan persiapan masyarakat untuk secara efektif menghadapi bencana alam.Khilafah harus bertindak tegas dalam kegiatan mitigasi ini,dalam aspek pembangunan infrastruktur dan bangunan privat serta pengaturan tata guna lahan, yang dijadikan tempat bermukim atau tak dibolehkan sama sekali.
Penyediaan alokasi dana,harus ditetapkan berdasarkan penilaian para ahli, mengenai potensi bahaya dan potensi kerugian ketika terjadi bencana alam. Kesiap siagaan Khilafah dalma menyediakan logistik untuk menangani bencana alam.Cadangan strategis makanan, peralatan, air dan obat obatan serta kebutuhan lainnya serta membangun strategi jangka panjang dan jangka pendek berupa edukasi bagi masyarakat dan pelatihan guna membangun sistem peringatan dini Khalifah selaku kepala negara,juga akan merelokasi penduduk ketempat yang lebih aman dan kondusif.
Kedua, kebijakan kuratif meliputi me-recovery korban bencana, agar mereka mendapat pelayanan yang baik selama dalam pengungsian, serta memulihkan kondisi psikis agar tidak mengalami depresi bisa dengan menananmkan akidah islam yang kuat bahwa bencana adalah qada Allah Swt.Serta Senantiasa mengarahkan kita untuk muhasabah dalam musibah agar semakin bertakwa kepada Allah. Tentu Khilafah akan siap siaga dalam mengurusi rakyatnya hingga diujung pedalaman sekalipun karna kuatnya koneksi antara instansi terkait serta pembiayaaan yang matang dari negara sebagai perisai Umat keberhasilan itu terjadi disebabkan Khilafah berpegang teguh pada Syariat Islam
Wallahu Alam Bishawwab.
Post a Comment