Beragam cerita seperti puas, kecewa, dan bingung, datang dari acara pertemuan akbar relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tergabung dalam Gerakan Nusantara Bersatu di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada Sabtu, 26 November 2022.
Seperti halnya Sumitri, relawan yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Dia mengungkapkan bersama rombongan pengajian sudah mulai berangkat dari bakda isya dan sampai di lokasi sekitar pukul 03.30 WIB. Mengaku ingin bersilaturahmi dengan Jokowi, dia berangkat dengan bus yang sudah disewakan oleh pihak panitia.
"Ya ada senangnya, ada enggaknya. Tadi katanya mau shalawat qubro tapi ternyata ini enggak, beda (dari agenda). Saya kecewanya di situ sih," ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan Wipa. Anggota rombongan yang berasal dari Garut, Jawa Barat, ini mengira dalam acara tersebut akan ada Habib Luthfi bin Yahya, kiai Nahdlatul Ulama yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Dia mengaku bersama rombongan berangkat pukul 24.00 WIB dan sampai di lokasi pukul 05.00 WIB.
"Seru tapi pegel, campur-campurlah. Puas soalnya bisa lihat Pak Jokowi di Jakarta. Kami ini dari madrasah. Kami kira bakal ada Habib Lutfi," kata Wipa di lokasi.
Ada juga cerita unik Mantri, salah satu anggota rombongan yang mengaku tidak tahu tujuan kedatangannya di acara relawan Jokowi tersebut.
"Rencana ke sini enggak tahu. Diajak doang oleh temen. Disediain bus main ke Jakarta. Cuma enggak tahu mau ngapain. Karena lagi libur kerja, diajak main ya udah (ikut). Awalnya (dibilang) ada silaturahmi Nusantara. Cuma enggak tahu kalau ada Pak Jokowi," ujar dia.
Disisi lain pertemuan ini digelar dtengah hiruk pikuknya suasana pasca gempa cianjur yang masih membutuhkan banyak uluran pertolongan.
CIANJUR, KOMPAS.com - Ratusan infrastruktur dan fasilitas publik terdampak gempa magnitudo 5,6 yang melanda Cianjur, Jawa Barat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 526 infastruktur rusak, yakni 363 bangunan sekolah, 144 tempat ibadah, 16 gedung perkantoran, dan tiga fasilitas kesehatan. Sedangkan jumlah rumah warga yang rusak sebanyak 56.320 unit.
Sangat disayangkan adanya pertemuan relawan di tengah bencana gempa Cianjur yang hingga saat ini masih membutuhkan pertolongan dan bantuan. Empati menjadi mati menggelar acara akbar ditengah duka yang mendalam.
Selain itu Pertemuan besar tersebut tentunya menghabiskan biaya besar. Yang sebetulnya bisa digunakan untuk menolong para korban. Yang sudah pasti kebutuhannya lebih penting dari karena menyangkut penyelamatan jiwa.
Apalagi di tengah suasana politik menjelang pemilu 2024, pertemuan dengan relawan, rawan dengan kepentingan pribadi dalam hal jabatan dan kekuasaan. Adanya penipuan kegiatan makin menguatkan dugaan tersebut.
Sungguh berbeda dengan sikap Umar bin Khathab ketika terjadi paceklik di Madinah, yang menahan dirinya untuk tidak makan enak karena begitu prihatin dengan nasib rakyatnya.
Hal ini hanya bisa dirasakan apabila seorang pemimpin menjadikan islam sebagai landasan berkehidupan. Islam menjadikan manusia hidup berdasar tujuan akhirat tak hanya kepentingan materi dunia semata.
Post a Comment