Di balik wacana program bagi-bagi rice cooker dan konversi ke listrik, siapa diuntungkan?


Oleh : Diana Nofalia

Pro dan kontra dibalik wacana bagi-bagi rice cooker gratis ini memancing para Pengamat ekonomi untuk bicara tentang ini. Pengamat energi UGM Fahmy Radhi menyebut bagi-bagi rice cooker gratis sebagai program mubazir dan tidak efektif sama sekali. Ia menggangap alasan memberikan kontribusi energi bersih tidak signifikan dan kontribusinya kecil.

“Penghematan elpiji tiga kilogram dengan bagi-bagi rice cooker gratis berbeda dengan kompor listrik, sebab rice cooker hanya untuk menanak nasi, padahal memasak masih pakai elpiji tiga kilogram,” ujarnya, Sabtu (3/12/2022).

Ia ingin sebelum ada uji coba Kementerian ESDM melakukan perhitungan yang matang. Pengurangan penyerapan listrik dengan memakai rice cooker tidak signifikan jika bertujuan untuk mengatasi over supply listrik. (https://www.kompas.tv/article/354810/bagi-bagi-rice-cooker-gratis-pengamat-sebut-mubazir?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter)

Di sisi lain, asosiasi ojek online meminta pemerintah untuk tidak sekadar memberi subsidi pembelian motor listrik, namun juga fokus membangun fasilitas penunjangnya, mulai dari stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) hingga asuransi kendaraan dan keselamatan pengendara.

Sedangkan anggota DPR Komisi VII bidang energi melihat, rencana subsidi itu "terlalu mengada-ada dan hanya akan menguntungkan pengusaha".
Sebelumnya, pada Rabu (30/11), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengatakan pemerintah berencana memberikan subsidi sekitar Rp6,5 juta bagi masyarakat yang membeli motor listrik.
Menurutnya, penggunaan motor listrik akan lebih menguntungkan secara keuangan bagi negara dan masyarakat, serta pro-lingkungan seperti memperbaiki kualitas udara. (https://www.bbc.com/indonesia/articles/cd1l7lm4v3no)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengirimkan usulan kepada Komisi VII DPR untuk pembagian rice cooker gratis dengan anggaran senilai Rp300 miliar. Program bagi-bagi rice cooker diklaim berbeda dengan program migrasi ke kompor induksi, baik secara pasar maupun penerima.

Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, rencana pembagian rice cooker secara gratis sebagai upaya pemerintah untuk melakukan modernisasi kepada masyarakat. Terutama mereka golongan ke bawah terkait peralatan memasak mereka.

"Dengan demikian, masyarakat juga bisa menjadi lebih mudah dalam memasak nasi tidak lagi ke manual," katanya kepada Tirto, Kamis (1/12/2022). (https://tirto.id/rencana-pembagian-rice-cooker-gratis-siapa-yang-diuntungkan-gzim)

Konversi ke motor listrik, sebagaimana mobil listrik, dianggap lebih menguntungkan secara keuangan bagi negara dan masyarakat, serta pro-lingkungan. Demikian juga pembagian rice cooker  dianggap akan menghemat penggunaan LPG 3 kilogram sehingga mengurangi impor LPG dan meningkatkan konsumsi listrik domestik,
Namun kebijakan tersebut tidak sejalan dengan  realita di lapangan. Fasilitas penunjang untuk pengisian listrik belum banyak tersedia, sementara penghematan atas pengurangan  penggunaan gas juga tidak signifikan. Sehingga wacana ini menimbulkan pertanyaan, jika dengan program konversi ini rakyat merasa tidak diuntungkan, jadi siapa yang diuntungkan? Jelas sekali dalam hal ini yang paling diuntungkan adalah pengusaha.

Kebijakan yang terkesan dipaksakan tanpa fasilitas yang memadai tentunya tidak akan tepat sasaran. Hanya sebagian kecil yang akan merasa diuntungkan.

Pemerintah sebaiknya mengkaji lagi program ini dan lebih mengedepankan kepentingan masyarakat. Tidak menjadikan masyarakat sebagai pasar produk pengusaha dan oligarki tertentu tapi memposisikan masyarakat sebagai pihak yang harus dilayani kebutuhannya. Wallahu a'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post