Balada Guru Honorer Di Era Kapitalis


Oleh : Mimin Mintarsih (Ibu Rumah Tangga) 

Jadi guru jujur berbakti memang makan hati” penggalan bait lagu Iwan fals berjudul Oemar Bakrie yang di rilis pada Tahun 1981 itu masih relevan sampai saat ini. Bahkan tak hanya makan hati, perjuangan guru pun harus makan waktu dan makan sabar, pil pahit bernama janji di telan mentah-mentah tanpa penawar.

Begitulah yang di alami Desti Sukmawati (48) guru honorer di salah satu sekolah dasar Negeri di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Jabar. Seperti sudah hatam dan kenyang dengan katapengabdianDesti telah mencicipi asam garam dunia pendidikan Nasional, yang menurutnya tak tentu arah. 14 tahun sudah ia menjadi guru honorer, bukan waktu yang sebentar untuk memahami setiap persoalan dunia pendidikan, mulai dari kenyamanan hingga ketidakadilan hilir mudik datang padanya.

Dalam rentan waktu itu pula ratusan anak didiknya telah menjelma menjadi manusia dan menemukan cita-cita nya, namun nasib Desti terkatung-katung tak bergerak jauh dari sejahtera dan betul- betul tanpa tanda jasa.

Saat mendengar rintihan para guru tersebut terasa pilu di hati, sedih karena sebagai guru yang juga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan sandang pangannya sehari-hari, untuk gaji perbulan saja masih tidak cukup, banyak juga yang di tidak di gaji selama berbulan-bulan. Sangat miris pula guru yang sudah punya tanggung jawab besar, tetapi tidak mendapatkan perhatian yang baik, nasib guru honorer di era kapitalis ini bukan membuat guru sejahtera, melainkan membuat guru semakin sengsara, guru yang seharusnya di hormati di hargai kini bernasib sedih karena sistem sekuler.

Inilah bukti sistem sekuler yang tak memikirkan nasib masyarakat, negara hanya peduli mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan investasi, Infastruktur dan hal-hal lain yang berkaitan dengan para pemilik modal, namun sedikit sekali perhatiannya  pada yang menjadi pendidik generasi bangsa.

Berbeda dengan Islam, di dalam sistem Islam guru sangatlah di hormati serta dihargai, guru yang mempunyai tugas untuk mendidik dan mencetak generasi yang cerdas dan bertakwa, penerus pedang dakwah Rasulullah Saw di masa depan, akan di apresiasi oleh negara. Islam sangat memperhatikan guru, sebab tanpa guru tidak ada ilmu yang kita dapat, menghargai guru itu penting salah satu nya dalam masalah gaji.

Islam mampu memberikan perhatian lebih kepada guru dalam hal keuangan, uang tersebut di dapat dari anggaran yang berasal dari jizyah, gonimah, kharaj dan pengelolaan SDA yang langsung di kelola oleh negara. Dari hasil tersebut di gunakan untuk kebutuhan masyarakat bukan kepentingan pribadi, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi sarana dan prasarana termasuk gaji para pendidik, sehingga kesejahteraan masyarakat dan para guru terpenuhi dan di penuhi oleh negara.

Kita tidak mungkin berharap pada sistem pasad ini untuk mendapatkan solusi, sudah selayaknya kita kembali pada sistem Islam yang benar- benar mampu meriayah umat sepenuhnya. Dalam Sistem Islam tidak ada guru honorer ataupun PNS semua guru sama mulia, para pendidik berstatus pegawai negeri mereka yang mencetak SDM yang unggul dalam peradaban dunia. Marilah perjuangan sistem Islam agar bisa diterapkan di tengah- tengah umat supaya nasib guru dan kita semua sejahtera dalam Naungan Khilafah.

 

Wallahu alam bishowab

 

Post a Comment

Previous Post Next Post