Oleh Yulia Ummu Haritsah
Ibu rumah tangga dan Pemerhati Generasi
Ratusan jiwa kini melayang lagi dalam satu momen perayaan, yang terjadi di Korea Selatan, tepatnya di salah satu kawasan hiburan malam, Itaewon. Sebelumnya, tragedi melayangnya ratusan jiwa pun terjadi di Kanjuruhan, Indonesia, pada perhelatan olahraga sepakbola. Yang sampai saat ini masih belum ditindaklanjuti, siapa yang harus bertanggung jawab atas musibah ini.
Tragedi di Itaewon Korea Selatan ini menewaskan sekitar 150 jiwa, terjadi dalam rangka merayakan pesta Halloween, di jalan sempit yang ada di sana.
Mereka berkostumkan makhluk-makhluk aneh yang mengerikan, untuk merayakan pesta di sana. Dengan membludaknya pengunjung yang ikut merayakan pesta Halloween, menyebabkan di tempat itu padat, sehingga banyak orang berdesakan dan terhimpit, sampai kesulitan bernapas, yang mengakibatkan banyak yang pingsan, kekacauan pun tak bisa di hindari.
Menurut yang diberitakan di media, lokasi tragedi Itaewon itu terjadi di sebuah jalan sempit, yang sedikit menanjak, di sanalah mereka berpesta perayaan Halloween.
Seperti yang dikutip oleh BBC NEWS INDONESIA, pengunjung disana sekitar 100 000 jiwa, maka jika terjadi tragedi di sisi atas seperti ada yang terjatuh di jalan menanjak itu, maka akan mengakibatkan ke bawah pula dan turut jatuh, seperti halnya laju efek domino, tak terbayangkan bagaimana jeritan dan rintihan di sana yang minta tolong, yang terinjak-injak yang terjepit, mereka tidak bisa keluar dari kondisi itu karena saling terhimpit, jeritan dan tangisan terdengar di sana sangat memilukan.
Dengan adanya tragedi ini, ucapan belasungkawapun terlontar dari berbagai negeri, untuk tragedi yang terjadi pada malam tanggal 29 Oktober 2022 ini, begitupun dengan negara Indonesia, Presiden Jokowi merespon dan menyatakan turut belasungkawanya atas tragedi ini, dan menyatakan Indonesia bersama rakyat Korsel.
Pernyataan belasungkawa terhadap sebuah tragedi memang seharusnya begitu, karena halnya sesama manusia, pasti merasakan bagaimana pilunya di kondisi seperti itu, Namun, cepatnya respon dari pemerintah Indonesia kepada tragedi Itaewon itu, menyisakan kecemburuan sosial terhadap tragedi yang terjadi di Kanjuruhan, yang di sana pun tak kalah memprihatinkan, tragedi Kanjuruhan yang menewaskan banyak nyawa, ratusan jiwa pula, tetapi tak terdengar suara penguasa negeri turut berduka dalam kejadian Kanjuruhan, tak ada kata yang dilontarkan dari pemerintah, pemerintah bersama korban Kanjuruhan itu tidak terdengar, hanya membuat tim pencari fakta untuk mengusut siapa yang harus bertanggung jawab pada tragedi Kanjuruhan ini. Seperti yang kita ketahui mereka saling berlepas tangan, saling lempar bola.
Budaya Halloween merupakan budaya Barat, tetapi sekarang ini Saudi pun ikut merayakan. Inilah yang terjadi di zaman sistem liberal kapitalis seperti saat ini, semua serba boleh, asal ada nilai jualnya, meskipun tak ada manfaatnya sama sekali.
Padahal penguasa berkewajiban menjaga dan membentuk kepribadian generasi, karena merekalah yang akan memegang estafet tabuk kepemimpinan, kepemimpinan masa depan ada di tangan pemuda saat ini.
Seperti halnya dalam kepemimpinan Islam, penguasa bertanggung jawab penuh dalam pembentukan karakter bangsa, masyarakat di arahkan pada kepribadian yang mulia, sehingga masyarakat memiliki ciri khas dengan kepribadiannya.
Untuk itu mari kita wujudkan kepemimpinan yang menjalankan syariat Islam, agar manusia terarah dalam kehidupannya, sesuai fitrahnya, untuk menggapai keridaan-Nya.
Wallahu a’lam bishshawab
Post a Comment