Tragedi Berdendang Bergoyang Potret Sistem Hidup di Sekuler Kapitalisik


Oleh Siti Mukaromah 
Aktivis Dakwah


Inilah potret sistem kehidupan sekuler, agama dijauhkan dari kehidupan dunia.
Anak-anak muda terlena dengan gaya hidup bersenang-senang, mabuk-mabukan, hingga foya-foya. Sementara agama tidak boleh mengatur kehidupan manusia, mulai dari ranah pribadi hingga tatanan negara.

Dikutip dari news.detik.com (30/10/2022) dugaan adanya miras saat konser berdendang bergoyang.
Pihak kepolisian menerima informasi terkait adanya minuman keras (miras) saat konser berdendang bergoyang di Istora Senayan, Jakarta Pusat. Polisi lakukan pengecekan terkait hal tersebut.
"Saya juga dapat informasi seperti itu, dapat informasi katanya banyak yang berbau miras.
Tapi kan itu nggak bisa langsung ini, pembuktiannya harus," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin (30/10/2022).

Polisi ungkap 2 peran panitia yang diperiksa diketahui , polisi telah meminta keterangan  dari dua orang panitia konser Berdendang Bergoyang di Istora Senayan, Jakarta Pusat.
Keduanya diperiksa di Polres Metro Jakarta Pusat lantaran perhelatan musik itu menimbulkan sejumlah penonton pingsan.

Tindakan aparat patut diapresiasi hanya saja tindakannya tersebut perlu dikritisi. Pemerintah harusnya memikirkan baik- baik terkait pemberian izin untuk acara sejenis ini serta mempertimbangkan manfaat dan mudaratnya.
Acara yang jelas-jelas tidak bermanfaat terhadap pembentukan karakter generasi (musik unfaedah dan melenakan generasi muda),  seyogianya tidak diizinkan.

Apalagi bila dibandingkan dengan pelarangan Hijrah Fest Surabaya yang dilarang beberapa waktu yang lalu, tentu sangat mengiris hati.
Ironisnya, justru acara Berdendang Bergoyang ini justru mendapatkan izin dari pihak pejabat.
Padahal, acara musik ini penuh aktivitas ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan), buka-bukaan aurat, ditambah temuan konsumsi miras.

Inilah realita sistem hidup di sekular kapitalistik. Sistem ini telah memisahkan agama dari kehidupan sehingga kebebasan atau liberalisme dijunjung tinggi. Demikian pula, nilai kepuasan materi sebagai sumber kebahagiaan. Alhasil, demi ambisi materi para korporasi, generasi muda dibidik sebagai pasar dibuat tak bernyali dan jadi pengonsumsi .

Kehidupan generasi saat ini tak ayal jadi bagian binaan para kapitalis sekuler. Sementara di sisi lain para kapitalis memanfaatkan para pemuda ini dalam industri mereka melalui dunia hiburan.

Padahal, generasi muda adalah salah satu pilar peradaban.
Jika generasi mudanya memiliki pemikiran cemerlang, majulah peradaban.
Sebaliknya, jika generasi muda kacau, sebuah peradaban seperti tidak memiliki masa depan.

Pembiaran acara musik seperti konser Berdendang Bergoyang jelas menunjukkan pemerintah tidak berpikir panjang dan tidak punya perhatian terhadap pembangunan manusia, khususnya generasi muda.

Hal ini berbanding terbalik dengan para penguasa dalam sistem Khilafah. Di mana Penguasa dalam Islam jelas memiliki perhatian besar terhadap pembentukan generasi dan senantiasa memberikan lingkungan yang kondusif dan terbentuknya generasi berkualitas yang taat kepada Allah sebagaimana sabda Rasulullah Saw.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, "Sesungguhnya Imam/ Khalifah itu perisai, dimana (orang-orang) akan di belakangnya dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya, (H.R.Mutafaqun 'alaih).

Penguasa dalam Islam jelas memiliki perhatian besar terhadap pembentukan kepribadian generasi muda yang baik dan senantiasa memberikan lingkungan kondusif.

Hal ini demi terbentuknya generasi berkualitas yang taat pada Allah Taala. Negara adalah benteng melindungi generasi dari perusakan apapun mekanisme perlindungan dilakukan secara sistematis melalui institusi Daulah khilafah.

Kehidupannya akan menerapkan seperangkat hukum Islam untuk mewujudkan pembentukan generasi Khairu ummah, dan pembentuk peradaban gemilang.

Diantaranya dalam masalah ekonomi ibu dan anak dipastikan mendapatkan nafkah tanpa perlu bekerja, dan mewajibkan suami atau wali untuk memberikan nafkah mereka.

Bila tidak ada suami atau wali, negara yang akan menanggung nafkah mereka. Sehingga tidak terganggu konsentrasi pada ibu dalam menjaga, merawat, dan mendidik anak-anaknya.

Dalam masalah pendidikan, negara akan menerapkan kurikulum disusun dalam rangka membentuk kepribadian Islam baik dari sisi akidah tsaqafah, maupun penguasaan IPTEK. mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga tinggi sehingga benar-benar bisa menancapkan pola pikir (akliah) dan pola sikap (nafsiah) Islam sebagai elemen pembentuk kepribadian (syahsiah) generasi muda.

Negara membuat aturan dalam pergaulan yang sesuai syariat Islam, seperti melarang khalwat (berdua-duaan dengan non mahram) dan ikhtilat.

Negara juga mengatur pakaian syar'i yaitu bagi perempuan harus mengenakan pakaian syar'i, mengenakan Khimar dan jilbab di luar rumah, serta tidak tabaruj, bagi laki-laki wajib untuk menjaga pandangan mereka.

Dalam masalah media, bebas menyampaikan informasi, tetapi mereka tetap terikat dengan kewajiban untuk memberikan pendidikan kepada umat. menjaga akidah kemuliaan umat, melarang mengumbar pornografi dan pornoaksi dan sejenisnya yang berpotensi merangsang syahwat liar generasi muda. Dan memberikan sanksi tegas dan keras terhadap tindak kejahatan dan berbagai pelanggan syariat seperti perjudian, pencurian, perzinaan, pelecehan seksual, LGBT, dan sebagainya.

Sehingga menimbulkan efek jera bagi manusia, dan berfungsi menghapus siksaan bagi pelaku kejahatan di akhirat kelak. Budaya amar makruf nahi mungkar dihidupkan sehingga orang merasa sungkan untuk melakukan perbuatan maksiat.

Pengaturan Islam bagi generasi muda, adalah semangat berprestasi dan positif dalam perkataan dan perilaku.
Diharapkan generasi muda bisa mengisi waktu dalam kehidupan dengan kegiatan produktif untuk peradaban Islam. Bukan sekadar bersenang-senang dalam hal mubah, apalagi sampai terjerumus kepada kemaksiatan yang sia-sia. 

 Wallahualam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post