Proyek Strategi Nasional (PSN) : Terjebak pada Jeratan Gurita Bisnis Tiongkok



Widya Amidyas Senja
Pendidik Generasi
 
Lao Tzu – “Tidak ada bencana yang lebih besar dari keinginan yang berlebihan. Tidak ada rasa bersalah yang lebih besar daripada ketidakpuasan. Dan tidak ada bencana yang lebih besar daripada keserakahan”.
 
Agaknya kutipan di atas merupakan potret kehidupan yang sedang terjadi di dunia ini. Bencana bukan hanya tentang banjir, longsor, gempa bumi dan yang lainnya. Keserakahan merupakan bencana mengerikan yang membunuh secara perlahan manusia lain sebagai korbannya serta merusak bumi sebagai pijakannya.
 
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung merupakan proyek infrastruktur yang menjadi salah satu perpanjangan investasi Cina melalui proyek Belt & Road Initiative (BRI) yang menuai banyak kontroversi. Otoritas Cina memang agresif mengembangkan banyak proyek di luar negeri. PT. Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) terus mengejar pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang berkali-kali menuai persoalan. Salah satu persoalan krusialnya adalah pembengkakan anggaran yang akhirnya memaksa pemerintah merogoh APBN untuk membiayainya.  
 
Dilansir pada laman katadata.co.id pada Rabu (19/10/22), “Laporan lain dari Bank Dunia pada 2018 menyebut setengah dari pendanaan proyek-proyek BRI datang dari empat bank milik negara Tiongkok dan sisanya dari Bank Pembangunan Tiongkok, Bank Ekspor-Impor Tiongkok, dan Dana Jalur Sutra.  Dalam kasus KCJB, Bank Pembangunan Tiongkok berkontribusi sekitar 75% pendanaan melalui skema pinjaman. Adapun sisanya berasal dari perusahaan-perusahaan Indonesia dan Tiongkok. Artikel ini telah tayang di Katadata.cop.id dengan judul "Belt & Road Initiative, Gurita Investasi Cina di Proyek Kereta Cepat".
 
Bercermin dari proyek LRT  Palembang, yang ternyata proyek yang merogoh dana +/-  Rp. 9 triliun itu dinilai gagal. Pasalnya proyek tersebut dianggap salah sasaran yang mana ungensi kebutuhan moda transportasi tersebut tidak ada. Tidak ada masyarakat yang menggunakannya. Benny K. Harman, Ketua umum DPP Demokrat menuturkan di akun twitter pribadinya “kalau tidak ada penumpang, untuk apa dibangun? Bukankah proyek itu dibuat untuk mengatasi masalah rakyat?” pada Minggu (23/10/22).
 
Selain itu beberapa negara pun mengalami hal serupa. Seperti proyek. Rel kereta di Kenya, negara terbesar di Afrika Timur, Standar-GaugeRailway (SGR)  yang mulai beroperasi pada 2017, gagal menuai keuntungan yang seharusnya digunakan untuk membayar utang ke Tiongkok.
 
Keserakahan China yang ingin menguasai dunia ini lebih tepatnya disebut dengan penjajahan secara ekonomi ini akan mengakibatkan bencana yang begitu besar. Keserakahan pemerintah yang menerima secara legal penjajahan ini berupa utang ribawi yang salah sasaran juga akan mengakibatkan bencana besar. Seperti rusaknya lingkungan, buruknya keadaan ekonomi masyarakat dan yang paling parah adalah pada akhirnya negara merugi dan terpaksa menyerahkan diri kepada China sebagai bentuk pembayaran utang negara yang begitu besar.
 
Sungguh miris, hati teriris ketika negeri ini dilucuti harga dirinya secara terang-terangan namun tak berdaya dan akhirnya tidak memiliki identitas. Kapitalisme memang tidak pernah peduli dengan kemanusiaan, kelestarian lingkungan serta kesejahteraan rakyat. Kapitalisme hanya berpegang pada keuntungan sebesar-besarnya dan kekuasaan tak terbatas meskipun berakibat pada keburukan dana kerusakan.
 
Pemimpin yang cerdas dan peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya, tidak akan mungkin membiarkan semua ini terjadi. Pemimpin yang menyadari dan patuh aturan syara’ dalam menjalankan roda kehidupan negara dan masyarakatlah yang akan berjuang untuk kemaslahatan. Bahkan dengan jeli ia tidak akan membiarkan penjajahan semacam ini terjadi.
 
Aturan syara’ yang bersumber dari aturan Allah SWT hanya dapat diterapkan dengan menggunakan sistem daulah Islamiyah yang tanpa cacat dan mendatangkan kemaslahatan bagi negara serta menjadikannya nilai ibadah di setiap aspek kehidupan jika diterapkan secara paripurna. Pemimpin yang menerapkan system daulah Islamiyah, tentu akan merasa takut jika berbuat buruk, tidak Amanah. Karena ia akan dibenci dan semakin jauh dengan Allah SWT.
 
Nabi SAW bersabda :
اِقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَلَا يَزْدَادُ النَّاسُ عَلَى الدُّنْيَا إِلَّا حِرْصًا، وَلَا يَزْدَادُوْنَ مِنَ اللهِ إِلَّا بُعْدًا
 
“Hari Kiamat semakin dekat, dan tidak bertambah (kemauan) manusia kepada dunia melainkan semakin rakus, dan tidak bertambah (kedekatan) mereka kepada Allâh melainkan semakin jauh.” (HR. Al-Hakim, IV/324 dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu . Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 1510)
 
Juga dengan firman Allah  SWT. :
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ ﴿٢٥﴾ وَلَمْ أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ ﴿٢٦﴾ يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ ﴿٢٧﴾ مَا أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ﴿٢٨﴾ هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ
 
“Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, “Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku. Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku.” [Al-Hâqqah/69:25-29]
 
Wallaahu a’lam bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post