Beragam cerita seperti puas, kecewa, dan bingung, datang dari acara pertemuan akbar relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tergabung dalam Gerakan Nusantara Bersatu di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada Sabtu, 26 November 2022.
Seperti halnya Sumitri, relawan yang berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Dia mengungkapkan bersama rombongan pengajian sudah mulai berangkat dari bakda isya dan sampai di lokasi sekitar pukul 03.30 WIB. Mengaku ingin bersilaturahmi dengan Jokowi, dia berangkat dengan bus yang sudah disewakan oleh pihak panitia.
"Ya ada senangnya, ada enggaknya. Tadi katanya mau shalawat qubro tapi ternyata ini enggak, beda (dari agenda). Saya kecewanya di situ sih," ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan Wipa. Anggota rombongan yang berasal dari Garut, Jawa Barat, ini mengira dalam acara tersebut akan ada Habib Luthfi bin Yahya, kiai Nahdlatul Ulama yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Dia mengaku bersama rombongan berangkat pukul 24.00 WIB dan sampai di lokasi pukul 05.00 WIB.
"Seru tapi pegel, campur-campurlah. Puas soalnya bisa lihat Pak Jokowi di Jakarta. Kami ini dari madrasah. Kami kira bakal ada Habib Lutfi," kata Wipa di lokasi.
Dalam acara tersebut Presiden Jokowi memaparkan sejumlah pencapaiannya selama memerintah, terutama di bidang infrastruktur. Jokowi pada kesempatan itu juga menjabarkan sejumlah catatan yang dia anggap penting untuk dicermati oleh relawan terkait sosok dan kriteria calon presiden 2024.
Pertemuan tersebut tentu menghabiskan biaya yang besar. Apalagi ditengah suasana politik menjelang pemilu 2024, pertemuan dengan relawan 'rawan' dengan kepentingan pribadi dalam hal jabatan/kekuasaan. Adanya 'penipuan kegiatan' makin menguatkan dugaan tersebut.
Sangat disayangkan ditengah bencana gempa Cianjur yang hingga saat ini masih membutuhkan pertolongan dan bantuan ditambah lagi korban meninggal dunia semakin bertambah jadi 318, korban hilang 14 jiwa. Justru penguasa sibuk dengan kepentingan politiknya.
Sudah menjadi tabiat penguasa dalam sistem kapitalisme yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan urusan rakyatnya. Penguasa tidak peduli kepada urusan rakyatnya setiap kebijakan selalu berorientasi pada azas manfaat.
Berbagai cara dilakukan semi memuluskan rencana mulai pencitraan dengan cara mengunjugi korban-korban bencana gempa bumi demi pencitraan atau dengan mengumpulkan masa degan klaim tim relawan. Semua dapat dijadikan sebagai peluang yang berpotensi besar dapat menjadi serakah dan predator Satu sama lain termasuk memanfaatkan penderitaan rakyatnya.
Islam melahirkan Pemimpin Adil
Berbeda dalam sistem Islam atau khilafah dimana penguasa dan rakyat saling menguatkan. Khalifah memiliki kewajiban untuk mengurus rakyatnya, memberikan pelayanan terbaik, menerapkan aturan yang melahirkan kesejahteraan dan keadilan. Aturan yang diterapkan berasal dari sang Khaliq Allah SWT sehingga tidak ada yang tersakiti dan terzalimi. Penguasa akan jadi orang yang terdepan ketika ada musibah yang menimpa rakyatnya.
Umar bin Khattab contohnya. Pada masa pemerintahan beliau ketika terjadi musim penceklik dimadinah, ia menahan dirinya untuk tidak makan enak karena begitu prihatin dengan kondisi rakyatnya. Setiap malam, Ia selalu memohon kepada Allah agar musibah dan bala ini segera berakhir.
Beliau tidak berdiam diri mencari solusi demi menyelamatkan rakyatnya. Umar mengirim surat ke beberapa gubernur di berbagai wilayah kekhilafahan Islam. Dia meminta mereka mengirimkan bantuan makanan dan pakaian untuk menutupi kebutuhan masyarakat Hijaz. Di antara yang dikirimi surat adalah Amr bin Ash di Mesir, Muawiyah bin Abi Sufyan di Syam, Sa'ad bin Abi waqqash.
Surat Umar bin Khattab yang ditujukan pada Amr bin Ash berbunyi, "bismillahirrahmanirrahim, dari hamba Allah, Umar kepada Amr bin Ash. Ba'da salam apakah engkau membiarkan saya dan penduduk Hijaz binasa, sementara penduduk Anda di sana hidup senang. Kirimkanlah bantuan!
Amr pun segera mengirim bantuan makanan dan pakaian. Semua jalur, baik darat dan laut digunakan untuk mengirim logistik. Lewat laut, dia mengirim 20 kapal yang memuat gandum dan lemak. Sementara jalur darat, disiapkan 1.000 unta yang mengangkut gandum dan ribuan helai pakaian.
Sedangkan Muawiyah mengirim 3.000 unta yang membawa gandum, dan 3.000 unta lainnya untuk mengangkut pakaian. Sementara dari Kufah, datang bantuan 2.000 unta yang membawa gandum.
Para pegawai kekhalifahan pun segera membagikan bahan-bahan itu ke seluruh penduduk Madinah. Setiap harinya, pemerintah menyembelih 120 binatang untuk menjamin kebutuhan pangan masyarakat. Pernah pada suatu malam, jamuan makan malam dihadiri 7.000 orang.
Umar pun ikut serta dalam mempersiapkan jamuan tersebut. Dia turut mengangkat bahan makanan untuk kaum wanita dan anak-anak yang tidak hadir dalam jamuan makan itu. Mereka dikirimi gandum, kurma, dan lauk-pauk. Semua makanan tersebut sampai ke tangan mereka di mana pun berada.
Inilah potret penguasa dalam Islam semua dilakukan murni atas ketaatan kepada Allah SWT bukan demi kepentingan pribadi apalagi pencitraan, bahkan pemimpin pun juga ikut serta merasakan penderitaan rakyatnya. WallahuA'lam
Post a Comment