Arab Saudi tengah hangat diperbincangkan. Pasalnya, Halloween kini dirayakan dengan bebas di sana. Jalanan Riyadh, ibu kota Arab Saudi dipenuhi beragam wujud menyeramkan. Ada zombie, monster, penyihir, mumi, perampok bank dan berbagai karakter lainnya yang biasa ditemui saat Halloween. Hiasan berbau Halloween juga memenuhi berbagai sudut kota Riyadh, dari pusat perbelanjaan, toko-toko, hingga kafe dan restauran.
Sejak Pangeran Mohammed bin Salman naik tahta di tahun 2015, satu-persatu hal yang dulu dilarang dan dianggap tabu oleh pemerintah Arab Saudi, kini diperbolehkan. Kebijakan ini mendapat sambutan dari berbagai pihak, terutama anak muda Arab Saudi.
Selain mengizinkan perayaan Halloween, Pangeran Mohammed bin Salman juga akan mendorong sektor hiburan sebagai ujung tombak ekonomi baru selain minyak bumi dan gas. Berdasarkan hasil survey, sebanyak 58% generasi muda Arab Saudi yang berusia di bawah 30 tahun, sangat mendambakan hiburan seperti bioskop, bar dan karaoke untuk hadir di negara itu. Kebijakan-kebijakan revolusioner yang dilakukan oleh Pangeran Mohammed bin Salman ini diambil sebagai bagian dari rencana 'Vision 2030' yang digaungkan oleh dirinya untuk merevolusi Arab Saudi. (detik.com, 31/10/2022).
Sungguh ironis, keadaan Arab Saudi berubah drastis. Negara yang menjadi kiblat orang Muslim sedikit demi sedikit menjauh dari aturan Islam. Berbagai kebijakan dibuat atas dasar hawa nafsu belaka. Kebiasaan yang dulu dilarang kini justru dilegalkan.
Inilah buah diterapkannya sistem kapitalisme di suatu negara. Kebebasan bertingkah laku dianggap hak asasi. Mengesampingkan halal dan haram sudah menjadi hal lumrah. Itulah akibat agama dipisahkan dari kehidupan dan negara.
Kebijakan pemerintah Arab Saudi mengizinkan perayaan Halloween merupakan kemunduran bagi kaum Muslim. Masuknya budaya barat menjadi celah tumbuhnya virus sipilis (sekuler, pluralisme dan liberalisme) yang dapat meracuni pemikiran kaum muslim. Sehingga menyebabkan generasi Muslim jauh dari pola pikir dan pola sikap yang islami.
Negara seharusnya memfasilitasi warganya untuk melakukan perbuatan yang dapat membuahkan pahala, bukan sebaliknya. Negara justru membiarkan warga terjerumus dalam lubang kemaksiatan.
Dalam Islam, negara berperan penting membina warganya agar mempunyai kepribadian yang islami dan berpegang teguh terhadap aturan syariat. sehingga masyarakat tidak tergerus arus liberalisme. Generasi muda diarahkan untuk menjadi agen perubahan dalam mewujudkan peradaban mulia. Bukan menjadi generasi yang terseret uforia dan kesia-siaan.
Sekalipu
n Islam memperbolehkan mengambil budaya luar, namun harus sesuai dengan syariat Islam. Kendati demikian, perayaan Halloween sendiri dianggap haram karena menyerupai kaum kafir. Seperti dalam sabda Rasulullah saw :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Untuk menjaga budaya luar agar tak mudah masuk dan diikuti generasi Muslim, diperlukan kepemimpinan yang menjalankan syariat Islam secara keseluruhan. Hanya dengan diterapkan sistem Islam, kaum Muslim dapat terpelihara dari pengaruh budaya Barat, serta mewujudkan kepribadian yang islami di tengah kehidupan kaum Muslim.
Wallahu a'lam bisshawab
Post a Comment