(Muslimah Pemerhati Umat)
Peran Santri dahulu sungguh besar dan sangat penting dalam menjaga agama Islam dan umatnya. Mereka rela mempertaruhkan nyawa demi melindungi negeri tercinta ini dari penjajahan negara kafir.
Namun, apakah saat ini santri masih memiliki peran penting dalam menjaga agama ini?
Pada 22 Oktober lalu, Indonesia telah memperingati Hari Santri. Kementerian Agama mengusung tema "Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan".
Yaqut Cholil Qoumas selaku Menag menyatakan, "Meski bisa menjadi apa saja, santri tidaklah melupakan tugas utamanya menjaga agama. Menjaga martabat kemanusiaan adalah salah satu tujuan diturunkannya agama".
Tak dipungkiri, tugas utama santri adalah menjaga agama. Bahkan Hari Santri itu ditetapkan karena sejarah perlawanan santri terhadap penjajahan. Atas komando dari K.H. Hasyim Asy'ari yang menyerukan Resolusi Jihad ke seluruh kalangan pesantren di Nusantara. Sehingga para santri secara serempak bergerak melawan penjajahan.
Tantangan sangat besar saat ini sedang menghadang santri dan pesantren. Ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang menghantam santri dan pesantren adalah ketidakpercayaan. Munculnya beberapa kasus menimpa pesantren yang cukup menyita perhatian publik, sehingga opini negatif tersematkan pada pesantren.
Di antara kasus kekerasan di Ponpes Darussalam, Gontor, Ponorogo. Kemudian kasus pelecehan seksual di Ponpes Shiddiqyyah, Jombang. Serta kasus pemerkosaan yang menimpa belasan santriwati di Ponpes Tahfidz Al Ikhlas Cibiru, Bandung.
Maka tak pelak lagi berbagai tudingan miring seperti amoral, anarkis, dan sebagainya melekat pada pondok pesantren. Akibatnya, untuk mencegah terjadinya kasus yang berulang, maka muncul rencana untuk mengawasi pesantren serta evaluasi terhadap kurikulum pesantren agar terhindar dari budaya kekerasan. Bahkan pesantren yang mengalami kasus terancam dibubarkan.
Sementara yang melakukan kasus tersebut hanyalah segelintir oknum saja. Tetapi pesantren terus disudutkan, seakan-akan tidak memiliki peran penting terhadap umat dan negeri selama ini.
Maka dari itu, kini saatnya santri dan pesantren harus berjuang melawan stigma negatif tersebut. Namun malangnya bagi pesantren, negara saat ini malah semakin memperkeruh suasana, dengan ikut menuduh, bukan memberikan solusi.
Tuduhan miring terhadap santi dan pesantren ini adalah gambaran kondisi umat. Umat dituduh tanpa diberi kesempatan untuk menyanggahnya. Islam dituding sebagai agama yang memerintahkan radikalisme dan umat Islam wajib untuk menghindari gerakan dan paham radikal.
Narasi moderasi pun terus mereka serukan, umat Islam digiring untuk menilai agamanya sesuai dengan persepsi barat agar tidak dianggap radikal. Menghadapi situasi ini, santri harus kebal terhadap tuduhan apa pun. Stigma negatif terhadap santri tidak boleh dihiraukan. Selama pesantren berpijak pada akidah Islam, serta senantiasa terpaut dengan syariat, maka itulah jalan kebenaran.
Sementara mengatasi masalah yang menghadang, harus diselesaikan sesuai dengan syariat. Jika ada nyawa melayang dan kehormatan yang dirusak, pelakunya wajib dihukum sesuai dengan syariat.
Begitu pula, dalam lingkungan pesantren banyak terjadi kriminalitas, hal ini menggambarkan tatanan kehidupan kita saat ini sudah rusak. Inilah tantangan kedua bagi santri yang bersifat eksternal yang mesti dihadapi.
Kehidupan kita saat ini sangat kerap dengan kerusakan, baik kerusakan akidah, akhlak, kriminalitas, korupsi, penyakit sosial, permasalahan generasi, politik, ekonomi, pengangguran, kemiskinan, narkoba, elgebete, serta seabrek kerusakan lainnya yang menggulung bak benang kusut.
Untuk mengatasi berbagai kerusakan ini, solusi satu-satunya hanyalah terapkan
syariat Islam kafah dalam kehidupan, baik individu, masyarakat maupun negara. Namun, rezim menolak solusi ini karena menghendaki status quo.
Sayangnya, umat malah semakin dijauhkan dari solusi yang benar, yakni Islam. Ajaran Islam seperti hijab, khilafah dan jihad selalu dicitrakanburukan oleh mereka. Sehingga umat dalam menghadapi masalah tidak tahu mana solusi yang sahih untuk mengatasinya. Sementara sistem yang diterapkan oleh penguasa saat ini, yaitu kapitalisme merupakan sumber penyebab dari semua kerusakan dan kesengsaraan dialami umat.
Maka dari itu, santri yang telah memiliki bekal ilmu yakni tsaqofah Islam, memiliki tanggung jawab dan peran strategis untuk mendakwahkan Islam ke tengah umat, Islam sebagai solusi atas berbagai permasalahan yang tengah umat hadapi.
Santri yang memiliki tsaqofah, dia telah memiliki argumen yang kuat untuk memahamkan umat, serta terhadap para pembenci Islam.
Karena Islam itu tinggi, dan tak ada yang lebih tinggi darinya. Pemikiran Islam itu unggul, sehingga pemikiran kufur seperti demokrasi, kapitalisme, sekularisme dan sebagainya tidak akan pernah mampu mengunggulinya.
Maka, menjadi urgen bagi para santri untuk menguasai tsaqofah, sebagai bekal untuk dakwah di tengah umat. Sebagaimana yang dilakukan oleh Walisongo dan para ulama terdahulu yang mendedikasikan ilmunya untuk mendakwahkan Islam ke tengah masyarakat, sehingga tercipta keberhasilan yang gemilang dalam merubah pemikiran.
Atas jasa para ulama terdahulu yang telah mendakwahkan Islam di tengah masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan, menjadi berubah menjadi masyarakat yang Islami. Sehingga Nusantara ini menjadi pemerintahan Islam yang berbentuk kesultanan-kesultanan yang berpusat pada Kekhilafahan Islam di Turki.
Saat ini umat sangat butuh akan dakwah Islam, karena dengan dakwah pemikiran umat akan terbuka, sehingga umat mendukung penerapan Islam kafah.
Sebab umat membutuhkan solusi untuk menghilangkan berbagai kerusakan yang terjadi di negeri ini dengan penerapan sistem Islam kafah.
Inilah upaya yang harus dilakukan, yaitu dengan memberdayakan santri ke tengah umat dengan dakwah Islam kafah. Sehingga para santri menjadi generasi terbaik sebagaimana firman Allah Swt.:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali 'Imran: 110).
Wallahualam bissawab.
Post a Comment