(Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)
Kekerasan tak henti-hentinya terjadi. Jika melihat berbagai fakta yang ada hari ini, kasus-kasus tersebut terjadi di mana-mana dengan motif yang beragam.
Baru-baru ini terjadi kasus kekerasan yang berujung kematian melibatkan pasutri di Sumatera Utara. Diduga cekcok seorang suami tega menghabisi nyawa istrinya. Mirisnya, cara membunuhnya dengan menggorok leher istrinya dan hal itu diakukan di pinggir jalan. Dugaan sementara pelaku dan korban mempunyai permasalahan rumah tangga yang mengakibatkan suaminya tak mampu mengendalikan diri. (tvonenews.com, 23/10/2022)
Kasus tersebut mengingatkan kita dengan kasus serupa yang terjadi awal tahun 2022. Di mana seorang suami di Garut, Jawa Barat tega menggorok leher istrinya menggunakan golok akibat terbakar cemburu. (pikiran-rakyat.com, 04/01/2022)
Belum lama ini juga viral kasus pembunuhan yang dilakukan seorang pendeta bernama Rudolf Tobing terhadap rekan wanitanya. Diketahui hal itu telah ia rencanakan sebelumnya dengan mempelajari trik atau tata cara membunuh di internet. (tribunnews.com, 23/10/2022)
Begitu maraknya kasus kekerasan yang terjadi di negeri ini menggambarkan kepada kita seakan nyawa begitu murah harganya. Kasus-kasus yang terjadi di atas hanya beberapa kasus yang terekspos diantara ratusan bahkan ribuan kasus kekerasan yang berujung kematian dengan berbagai motif.
Hal ini rasanya sudah cukup jelas menggambarkan bagaimana peran penegakkan hukum dan sanksi yang diterapkan di negeri ini. Timbul pertanyaan yang logis, sebegitu lemahnya hukum di negeri ini? Sehingga kasus kekerasan terjadi di mana-mana. Mulai dari kekerasan terhadap anak, perempuan hingga KDRT. Bahkan terjadi di berbagai kalangan dan lapisan masyarakat yang tak ada ujungnya.
Akidah Rusak
Sangat miris melihat seseorang bisa berbuat sekeji itu sampai tega menghabisi nyawa manusia lainnya, apalagi dia seorang muslim. Entah apa yang merasuki pemikiran dan hati mereka para pelaku hingga tega melakukan kekerasan yang berujung pembunuhan. Lebih parahnya lagi, pelaku yang melakukan hal itu terhadap keluarganya sendiri.
Kerusakan akidah di tengah-tengah kehidupan masyarakat hari ini begitu parah, berimbas pada akal sehat yang ikut rusak. Sehingga standar perbuatan, tolak ukur seseorang selalu tunduk pada hawa nafsu. Padahal begitu mudahnya seseorang melakukan maksiat karena mengikuti hawa nafsunya.
Ketakutan terhadap Allah dan hari pembalasan seakan telah hilang. Dosa dan pahala tak menjadi hal yang urgen lagi. Rida dan tidaknya Allah bukan permasalahan lagi. Seakan hidup hanya mengikuti keinginan diri sendiri tanpa ada standar aturan agama yang mengikat.
Tak heran, orang-orang bebas melakukan apa saja sesuai keinginannya, sekalipun itu harus merenggut hak orang lain. Bahkan tak ayal melakukan kekerasan hingga membunuh. Padahal, seorang muslim akan mendapatkan dosa besar dan siksa jika sengaja menghilangkan nyawa manusia lainnya tanpa hak, sekalipun orang yang dianiayanya adalah seorang yang kafir.
Kapitalisme Sekularisme Meniscayakan Kekerasan Tersistematis
Peran negara sebagai penjamin keamanan bagi masyarakatnya adalah kewajiban urgen yang harus dimaksimalkan oleh negara. Sejatinya, negaralah yang bertanggungjawab penuh menjaga nyawa rakyat dari ancaman berbagai kekerasan.
Namun, hal itu tidak akan tercapai dan terlaksana jika kapitalisme sekularisme masih menjadi sistem yang terus-menerus dipuja dan dianggap baik negeri ini dalam mengatur kehidupan manusia. Sistem yang berpaham bahwa kehidupan harus dipisahkan dengan agama akan melahirkan manusia yang hanya bertumpuh pada hawa nafsunya. Tanpa menjadikan agama sebagai pola pikir dan pola sikapnya.
Paham sekuler berhasil tertancap di benak masyarakat muslim hari ini. Negara tak turut campur mengurusi akidah umat yang hancur, bahkan umat diberikan kebebasan untuk menentukan jalan hidupnya sekalipun tanpa terikat dengan syariat.
Negara hanya berperan sebagai regulator, minim dalam memberikan solusi tuntas dalam mencegah kasus kekerasan. Ditambah lagi penegakkan hukum yang lemah dan tak memberikan efek jera menjadi citra buruk hukum dalam kapitalisme.
Solusi Islam Mencegah Kekerasan
Kekerasan dalam bentuk apapun yang dilakukan tanpa hak, apalagi sampai menghilangkan nyawa adalah hal yang sama sekali tidak bisa ditolerir. Solusi yang tepat sangat dibutuhkan agar kasus-kasus semacam ini tidak berulang kali terjadi.
Namun, solusi tuntas dan tepat tidak akan bisa kita dapatkan dalam sistem rusak kapitalisme sekularisme. Solusi tepat hanya ada dalam Islam, sistem hak dari pencipta manusia dan alam semesta. Sebaik-baik Zat yang mengatur kehidupan.
Islam tidak hanya turun sebagai agama, tetapi juga sebagai sistem kehidupan yang hak bagi manusia. Maka, Islam pun punya aturan berkaitan dengan masalah kekerasan. Dalam Islam, mencegah adalah hal utama yang dilakukan negara dalam meniadakan kekerasan terjadi.
Pertama, negara yang menerapkan sistem Islam akan memaksimalkan pembinaan terhadap individu agar tertancapnya akidah yang benar. Melalui kajian-kajian, sekolah-sekolah, dan media sosial yang disetting agar menjadi sarana yang memperkuat keimanan.
Namun, Islam juga akan sangat menekankan peran keluarga agar mendidik generasi maupun anggota keluarganya untuk tetap kuat menggenggam syariat yang tentunya dengan bekal ilmu yang sudah didapatkan dari proses pembinaan dan kontrol negara.
Kedua, dalam Islam negara akan mewajibkan setiap masyarakat untuk beramar makruf nahi mungkar, saling mengajak pada kebaikan dan mencegah dari keburukan. Artinya kewajiban dari Allah yakni dakwah akan terus-menerus dilakukan. Salah satu fungsinya untuk mencegah kemaksiatan terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Ketiga, Islam akan menerapkan hukum Islam yang tegas, bersifat zawajir dan jawabir. Artinya, hukuman dalam Islam adalah memberikan efek jera dan penebus dosa. Misalkan dalam Islam, ketika seseorang terbukti sengaja membunuh tanpa hak, maka hukuman terberatnya adalah dibunuh pula. Hal ini artinya menjadi penebus dosa bagi pelaku pembunuhan agar tak diadili kelak di akhirat dan pencegah manusia lainnya dari berbuat demikian.
Itulah mekanisme Islam dalam mencegah dan meniadakan kekerasan manusia terhadap manusia lainnya yang kenyataanya sangat jauh berbeda dalam sistem kapitalis sekularisme.
Maka, pilihan terbaik saat ini adalah kembali kepada Islam kafah. Menjadikan Islam sebagai sistem kehidupan melalui institusi sahih yang menerapkan syariat secara sempurna yakni Khilafah Islam.
Wallahualam bissawab
Post a Comment