Pengasuh Majelis Taklim
Lama sudah kami menanti
Kapankah kan tegak kembali
Cukuplah sudah penantian ini
Pastilah kan segera kembali
Sambutlah khilafah 2x
Pelaksana hukum syariat
Sambutlah khilafah 2x
Tegaklah kemuliaan umat
Sepenggal nasyid di atas, menggambarkan kerinduan umat terhadap tegaknya kembali khilafah. Terlebih lagi di saat ini, ketika khilafah untuk kesekian kalinya distigmatisasi sebagai ajaran yang radikal dan penyebab dari gerakan terorisme.
Seperti yang baru-baru ini terjadi. Seorang perempuan dengan pakaian muslimah yang menggunakan niqab (cadar) ditangkap oleh anggota Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dan Polisi Lalu Lintas karena mencoba menerobos masuk ke area Istana Merdeka. Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman menyatakan, pelaku menodongkan pistol ke arah anggota Paspampres yang berjaga di pintu masuk Istana Merdeka. Setelah ditelusuri kemungkinan perempuan tersebut terafiliasi jaringan terorisme. (Kompas.com, 25/09/2022)
Dari beberapa kasus yang berulang, umat semestinya sadar dan bisa menilai. Kalau pelakunya memakai simbol-simbol Islam, langsung dituduh sebagai terorisme atau radikalisme. Padahal, belum dilakukan penyelidikan yang akurat. Namun, jika peristiwa itu dilakukan oleh pihak lain seperti pendeta, bahkan KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) yang melakukan kekerasan bahkan mengakibatkan banyak korban tewas, tidak pernah disebut terorisme. Perlakuan berbeda ini jelas menunjukkan kebencian mereka terhadap agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. yang mulia.
Contoh penistaan lainnya adalah cuitan Dede Budhayarto, komisaris PT Pelni yang memplesetkan diksi khilafah. "Memilih capres jangan sembrono apalagi memilih capres yang didukung kelompok radikal yang suka mengkafir-kafirkan, pengusung khilaf**k, anti pancasila, gerombolan yang melarang pendirian rumah ibadah minoritas."
Maraknya penistaan terhadap ajaran Islam termasuk khilafah dikarenakan negeri ini menganut paham kebebasan (liberalisme), dimana manusia bebas bertingkah laku, berpendapat, dan berekspresi. Stigmatisasi terhadap khilafah juga menjadi bagian dari upaya Barat dalam menata dunia berdasarkan arah pandang mereka. Barat menganggap khilafah akan mengancam eksistensi hegemoni kapitalisme sekuler yang terus disebarkan ke negeri-negeri kaum muslimin. Karena mereka yakin, ketika khilafah kembali tegak maka peradaban kapitalisme akan tumbang dan membusuk di tong sampah peradaban.
Tak heran jika penistaan terhadap ide khilafah terjadi juga di negeri ini, negeri yang menghamba kepada Barat. Lihat saja, penguasa pun tidak ada upaya perlindungan terhadap kehormatan ajaran Islam khilafah. Pemerintah juga tidak bersikap tegas terhadap para penista agama. Hal ini makin menunjukkan tidak adanya keberpihakannya terhadap umat Islam dan ajarannya. Penista tidak bisa disentuh hukum. Mereka jumawa, karena penguasa ada dipihaknya, sehingga mereka leluasa menista agama.
Saatnya, umat bicara! Umat wajib untuk terus mendakwahkan bahwa khilafah adalah janji Allah Swt. dan bisyarahnya Rasulullah saw. Khilafah adalah satu-satunya institusi yang bisa menerapkan hukum Islam secara kafah. Hanya mimpi, ketika kaum muslim ingin menerapkan hukum Islam kafah dalam wadah demokrasi. Faktanya bergantinya beberapa kali pemimpin tidak ada tanda umat bisa menerapkan hukum Allah Swt. secara keseluruhan. Demokrasi tidak akan pernah memberikan ruang untuk Islam dan umatnya. Hanya khilafah yang terbukti selama hampir 14 abad, telah berhasil menerapkan Islam secara totalitas. Umat Islam menjadi mulia karenanya. Barokah dari langit dan bumi melingkupi setiap jengkal demi jengkal bumi khilafah.
Oleh karena itu, mari melipatgandakan perjuangan untuk tegaknya khilafah. Khilafah tegak, maka tidak ada lagi para penista, mereka akan mendapatkan balasannya, disanksi sesuai dengan hukum Islam sekaligus akan menjadi efek jera bagi yang lainnya untuk tidak melakukan hal yang sama.
Wallahu a'lam bishshawab
Post a Comment