KEPEDULIAN PENGUASA TERHADAP TRAGEDI HALLOWEEN DI KORSEL TAK SEBANDING DENGAN KEPEDULIAN KEPADA RAKYAT SENDIRI


Oleh : Rifdhatul 'Anam 

Halloween adalah perayaan yang ditandai dengan pesta kostum yang syarat dengan keseramannya. Perayaan ini diperingati setiap tanggal 31 Oktober. Banyak negara di dunia yang merayakannya dengan sangat meriah, karena ini adalah tahun pertama dunia bebas setelah 3 tahun dilanda pandemi covid 19.

Salah satunya adalah di Itaewon, Korea Selatan yang merayakan Halloween dengan sangat meriah. Perayaan tersebut dihadiri oleh lebih dari 100.000 orang, hingga akhirnya menjadi tragedi yang banyak memakan korban jiwa.

Sanksi mata mengatakan tragedi di Itaewon dipicu oleh bentrok di tengah kerumunan massa, tak sekedar kericuhan biasa, di sebutkan juga banyak yang melihat peserta malam pesta menggunakan narkoba. Karena terlalu membludaknya pengunjung yang datang sehingga membuat orang-orang berdesakan, terhimpit, dan terinjak-injak. Akibatnya 154 orang meninggal dunia dan menjadi korban dalam tragedi perayaan tersebut.

Banyak ungkapan berbelasungkawa yang datang dari para pemimpin dunia atas terjadinya tragedi itu, termasuk juga dari Presiden Jokowi. Presiden Jokowi menyampaikan belasungkawanya atas tragedi maut di distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan melalui akun Twitternya. 
"Indonesia bersama rakyat Korea Selatan", pernyataan tersebut disampaikan dalam bahasa Inggris. (detikNews.com)

Tragedi Halloween di Itaewon Korea Selatan jelas membuat kita prihatin. Namun di sisi lain, kita juga prihatin dengan kepedulian penguasa yang rasanya lebih besar ke rakyat negara lain di bandingkan nasib rakyat sendiri. Padahal beberapa waktu lalu, negara kita juga mengalami tragedi di Kanjuruhan yang juga memakan korban meninggal dalam jumlah yang besar. Tapi tidak ada pernyataan "Pemerintah bersama korban Kanjuruhan".

Pernyataan untuk mengungkapkan keprihatinan terhadap suatu tragedi adalah hal yang wajar, tetapi pernyataan tersebut seharusnya disampaikan secara merata tanpa memandang sosok. Itu menunjukkan sikap pemerintah yang ketimpangan, yang dapat berdampak pada psikologis rakyat.

Satu hal lagi yang seharusnya kita prihatin, bahwa pemerintah membiarkan perayaan Halloween di Indonesia. Karena perayaan tersebut adalah budaya asing yang tidak sesuai dengan negara kita. Perayaan itu dapat merusak akidah dan tidak memberi manfaat pada pembentukan karakter pemuda masa depan.

Tragedi Halloween membuktikan wajah sekuler kapitalisme yang sudah rusak. Banyak generasi muda di dalam sistem ini tidak tahu arah tujuan kehidupan. Karena sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, membuat mereka terpengaruh budaya asing dan menganggap biasa untuk mengikuti gaya hidup hedonis dan liberal.

Negara seakan tidak peduli atau abai dengan pembentukan karakter generasi masa depan, tidak adanya tanggung jawab dalam mendidik generasi cemerlang. Mereka hanya memikirkan keuntungan yang di dapat. Begitulah negara yang menganut ideologi kapitalisme.

Berbeda dengan Islam, sejarah membuktikan banyak sudah generasi cemerlang yang telah lahir dari sistem Islam. Contohnya Muhammad Al Fatih, seorang pemuda yang telah menaklukkan konstantinopel di usia yang sangat muda. Dia adalah pemimpin terbaik dengan memimpin pasukan yang terbaik pula. Seperti yang telah dikatakan Rasulullah :
"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan." (HR. Ahmad)

Negara yang menerapkan sistem Islam akan benar-benar bertanggung jawab pada pembentukan karakter generasi peradaban bangsa, melalui berbagai mekanisme baik dalam dunia pendidikan maupun luar pendidikan. Memberikan perhatian yang besar dan serius terhadap generasi muda, serta menanamkan akidah Islam sejak dini. Dengan itulah akan lahir generasi yang unggul, cerdas dan berakhlak mulia.

Wallahu'alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post