Pegiat Literasi
Awal November kemarin, tepatnya pada hari Selasa pagi, telah terjadi peristiwa mengenaskan di Perumahan Perumahan Klaster Pondok Jatijajar, Tapos, Depok, Jawa Barat. Seorang ayah berinisial RNA (31) telah menganiaya putri kandungnya (11 th) hingga tewas. Sedangkan istrinya N (31 th) mengalami luka berat dan dirawat intensif di sebuah rumah sakit.
Menurut Anggota Komnas Perempuan, Rainy Hutabarat, peristiwa penganiayaan terhadap istri dan anak di Depok yang berujung pada kematian anak merupakan kekerasan gender yang ekstrem. KDRT bila berujung pada kematian, disebutnya sebagai puncak kekerasan dalam rumah tangga atau ekstrem.
Adalah salah arah bila menuding Kekerasan terhadap istri dan anak sebagai kekerasan gender esktrem. Mengapa? Karena pada faktanya, banyak juga terjadi kekerasan dengan korban yang bergender sama. Bahkan adakalanya mengalami nasib yang lebih mengenaskan. Akan tetapi kejadian itu tidak dikatakan oleh pegiat gender sebagai kekerasan gender ekstrem.
Tuduhan ini tentu saja telah mengaburkan penyebab kekerasan yang sebenarnya karena sesungguhnya ada banyak faktor yang menjadi penyebab KDRT. Masalah ekonomi umumnya menjadi pemicu terbesarnya. Menyusul kemudian adanya orang ketiga, masalah pengasuhan anak, dan masalah-masalah lainnya. Sayangnya, atas permasalahan-permasalahan ini, para pegiat gender menutup mata. Setiap terjadi KDRT, mereka menyandarkan penyebabnya utamanya pada konstruksi dominasi suami terhadap istri.
Kekerasan yang dilakukan suami kepada istri bukan semata karena lelaki punya posisi superior dibanding istri atau adanya sikap pembangkangan istri, tetapi bisa jadi karena sikap dan temperamen suami merupakan bentukan dari lingkungan sekuler. Pemisahan agama dalam kehidupan membuatnya lepas dari nilai-nilai ruhiyah saat memimpin keluarganya, anak istrinya. Nah, bila demikian adanya, salah besar bila terjadi KDRT lalu penyebabnya dinisbatkan kepada Islam (yang mensyariatkan lelaki sebagai qawwam dalam RT).
Meskipun tuduhan ini jelas-jelas salah, namun narasi ini akan terus digaungkan. Para aktivis gender mengklaim konstruksi masyarakat yang berkeadilan dan berkesetaraan gender sebagai solusi atas terjadinya KDRT. Padahal senyatanya, keadilan dan kesetaraan gender adalah ilusi. Hal semu yang tidak akan pernah berhasil terwujud. Dan penyebab utama segala carut marut ini adalah sistem kapitalisme sekuler yang diterapkan di tengah-tengah umat.
Satu-satunya solusi untuk menyelesaikan semua problematika kehidupan adalah dengan mengimplementasikan syariat Islam dalam kehidupan. Al Quran dan Sunah dijadikan panduan hidup bernegara, bermasyarakat, berkeluarga, bahkan bagi tiap individu dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Al Quran sebagai pedoman hidup terjamin keberhasilannya karena langsung diturunkan oleh Allah, Dzat yang menciptakan manusia. Demikian pula dengan sunah Rasulullah saw. teladan hidup manusia sampai akhir zaman.
Post a Comment