Kasus Gagal Ginjal Akut Teratasi dengan Solusi Islam


Oleh Maya Herlinawati
Muslimah Pemerhati Umat


Kasus gagal ginjal akut yang merenggut ratusan nyawa anak usia 6 bulan hingga 18 tahun mengalami peningkatan sejak dua bulan terakhir ini.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa kasus gagal ginjal akut yang terdeteksi sampai 24 Oktober 2022 ditemukan sebanyak 245 kasus dan di antaranya 141 kasus berujung pada kematian. Fatality 58% temukan di 26 provinsi di Indonesia. Angka kematian akibat gagal ginjal akut tersebut didominasi anak usia 1 tahun hingga 5 tahun, akan tetapi diperkirakan angka kasus kematian sebenarnya lebih banyak dari itu.

Seiring dengan peningkatan kematian kasus gagal ginjal akut Menkes Budi Gunadi meminta agar orang tua tetap tenang dan tidak panik, akan tetapi selalu tetap waspada, terutama jika anak mengalami gejala seperti diare muntah, mual, demam 3 sampai 5 hari, batuk, pilek, sering mengantuk, jumlah air seni sedikit bahkan tidak buang air seni sama sekali. Penyebab gangguan gagal ginjal akut belum diketahui secara pasti, akan tetapi banyak faktor yang memungkinkannya.

Kementerian Kesehatan memperkirakan penyebab gangguan ginjal akut akibat senyawa kimia jenis etilen glikol dan dietilen glikol yang terkandung dalam obat sirup 75% dikonsumsi anak sebelum dinyatakan mengalami gangguan ginjal akut. Jika senyawa kimia jenis etilen glikol dan dietilen glikol masuk dalam tubuh berupa obat sirup yang dikonsumsi anak akan mengubah senyawa kimia tadi seperti kristal kecil yang tajam merusak ginjal anak.

Persoalan kesehatan bukanlah persoalan baru di negeri ini. Stunting dan kurang gizi hingga soal ini belum mendapatkan solusi tuntas.

Kematian anak melalui fenomena gagal ginjal akut seharusnya menyadarkan penguasa dan masyarakat bahwa ada kesalahan tata kelola kesehatan. Tragisnya, belum ada perhatian serius dari negara yang dapat menjawab keresahan rakyat. Tata kelola kesehatan sangat berhubungan dengan makanan yang sehat, lingkungan yang bersih edukasi untuk hidup sehat dan perlindungan oleh negara yang terus-menerus.

Negara Lamban

Perwujudan kesehatan anak tidak akan terwujud dalam sistem kapitalisme. Karena di dalam kapitalisme ini, kesehatan dijadikan objek yang diperdagangkan hanya berpotensi pada persoalan uang, bisnis dan keuntungan.

Negara hadir sebagai regulator yang memuluskan keuntungan para korporasi, bukan sebagai pengurus urusan rakyat.

Jadi, jelas kelalaian negara yang menewaskan ratusan anak akibat kasus gagal ginjal akut bukan hanya dari segi pelayanan tapi juga sistem kebijaksanaannya. Negara dan rezim berkuasa sebagai pihak paling bertanggung jawab. Kelalaian negara untuk meriayah rakyatnya, jelas tidak bisa ditoleransi.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

"Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR. An-Nasai).

Islam Solusi Hakiki

Dalam Islam, anak bukan hanya sekadar aset masa depan, tetapi mereka adalah bagian dari masyarakat yang wajib terpenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pemahaman ini negara akan berusaha untuk memenuhi dan memberikan fasilitas kesehatan gratis baik dan berkualitas, pemberian gizi yang cukup serta pendidikan yang merata di kota maupun desa. Kekayaan negara dikelola oleh Baitul Mal berasal dari jizyah, ghanimah, Fa'i, harta tak bertuan dan pengelolaan sumber daya alam.

Semua bentuk pelayanan negara terhadap rakyatnya dilakukan atas dasar keimanan dan akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Setiap imam adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya." (HR. Bukhari).

Seharusnya negara bisa bertindak sebagai pengurus (raa’in) dan junnah (perisai) bagi rakyatnya.

Inilah sistem Islam yang terbaik yang menjaga setiap jiwa manusia.

Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post