Oleh Titin Kartini
Siapa tak senang jika kita berkendara jalan yang kita lalui begitu mulus, aspal yang halus nyaris tak ada lubang sedikit pun yang mengakibatkan kendaraan kita oleng. Jalan menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, tempat berlalu lalangnya masyarakat melakukan aktivitas rutin setiap hari. Namun bagaimana jika jalan yang sangat kita butuhkan amblas atau rusak sehingga tidak bisa dipergunakan?
Inilah yang terjadi di kota Bogor. Ada salah satu jalan yang urgen bagi masyarakat namun butuh waktu cukup lama untuk segera ditangani pemerintah. Adalah jalan Soleh Iskandar yang ditutup sejak awal November 2021 akibat amblas dan proses perbaikan. Pihak PUPR melalui BPJN DKI Jakarta-Jawa Barat mulai melakukan perbaikan pada Februari lalu dan jalur ini ditutup total.
(news.detik.com, 10/10/2022)
Proses perbaikan memakan waktu yang lama, padahal jalan ini adalah jalan utama yang banyak dilalui masyarakat. Namun karena jalan ini bukan jalan yang bisa menuju tempat pariwisata, bukan pula jalan yang komersil maka pemerintah pun tidak terlalu memperhatikannya dan bersegera untuk memperbaiknya.
Seperti yang kita ketahui bahwa jalan ini tidak menghubungkan dengan tempat pariwisata maka tak ada pihak swasta yang mau berinvestasi. Bukan rahasia lagi memang beginilah watak sistem kapitalisme. Segala sesuatu akan segera terlaksana jika ada keuntungan yang hendak diraihnya. Ini akan berbeda jika ditangani oleh satu sistem yang melakukan segala sesuatunya karena mengharap rida sang pemilik hidup.
Salah satu kewajiban pemimpin untuk melayani rakyatnya, menyediakan dan memfasilitasi segala sesuatu yang diperlukan masyarakat, mempermudah semua aktivitas rakyat. Rasulullah saw. bersabda: "Imam(kepala negara) itu laksana penggembala, hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya. (HR Bukhari)
Hadis ini menjelaskan bagaimana seorang pemimpin memberikan perhatian pada setiap urusan rakyatnya. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Ia pernah menulis surat kepada Abu Musa al-Asy'ari yang berisi "Amma ba'du, sesungguhnya para pengurus (urusan umat) yang paling bahagia di sisi Allah adalah orang yang membahagiakan rakyat (yang diurus)-nya. Sebaliknya, para pengurus urusan umat yang paling sengsara adalah orang yang paling menyusahkan rakyat (yang diurus)-nya. Berhati-hatilah kamu, agar tidak menyimpang, sehingga para penguasa di bawahmu menyimpang." (Abu Yusuf, al-kharaj, hal. 15). Bukan itu saja mereka juga tidak menunda-nunda pekerjaan karena itu bentuk kelalaian.
Kembali lagi kepada sistem, karena semua berpangkal pada kebijakan negara berdasarkan pada sistem yang dianutnya. Sistem yang saat ini begitu zalim kepada rakyat hingga sesuatu yang urgen untuk segera dilakukan pun tak jua segera dilakukan. Menunda-nunda waktu dengan alasan teknis dengan ukuran waktu yang cukup lama.
Di sistem kapitalisme, negara tak ubahnya seperti penjual dan pembeli. Harus ada untung ruginya dalam mengeluarkan semua kebijakannya. Standar manfaat menjadi asas dalam berbuat, serta standar kebahagiaan hanya ketika tercukupinya materi.
Islam yang diturunkan oleh Allah Swt. melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah saw. untuk mengatur semua urusan maanusia, tak terkecuali bagaimana seorang pemimpin dalam Islam kedudukan , hak dan kewajibannya. Ini bukan isapan jempol belaka, sang utusan Allah Swt. Rasulullah Slsaw. menjadi contoh pertama dalam memberikan keteladan bagaimana seharusnya seorang pemimpin dalam Islam yang diridai sang pencipta Allah Swt. dan dicintai serta mencintai umat-Nya.
Setelah Rasulullah saw. wafat maka tongkat estafet kepemimpinan diberikan kepada para khalifah, yang terkenal dengan kegemilangan peradaban Islam yaitu khulafaur rasyidin. Bahkan ada kisah dari khalifah Umar bin Khattab ra. bagaimana ia menangis karena rasa takut akan pertanggungjawaban di akhirat kelak atas kepemimpinannya. Satu kalimat yang terkenal ketika Umar melihat ada jalan yang rusak maka beliau berkata "Jika ada satu saja keledai yang terperosok karena jalanan yang rusak maka itu menjadi tanggung jawabku kelak di akhirat."
Adapun kisah Umar memanggul gandum dari baitul maal serta mengantarkan sendiri gandum dan daging untuk rakyatnya yang sedang kelaparan, dan masih banyak kisah lainnya yang membuat kita berdecak kagum, bagaimana pemimpin dalam sistem Islam bertanggungjawab terhadap urusan rakyatnya.
Maka jika kita menginginkan hal yang sama, kita wajib untuk terus berupaya menegakkan dan menerapkan hukum-hukum Allah Swt. dalam naungan sistem-Nya yaitu sistem Islam yang diterapkan secara sempurna oleh institusi negara (daulah khilafah). Segera membuang sistem yang rusak dan merusak demokrasi kapitalis dengan paham sekularisme dan liberalismenya yang semakin hari semakin terasa kezalimannya.
Jangankan kebutuhan pendamping atau pelengkap yang urgen pun mereka abaikan. Tak ada rasa sayang pemimpin terhadap rakyatnya, begitu pun sebaliknya rakyat tak akan mencintai pemimpinnya jika sudah demikian apakah akan ada keharmonisan sebuah negeri? Tentu tidak akan, bahkan pepatah mengatakan "jauh panggang dari api." suatu kemustahilan akan terjadi.
Maka inilah saatnya, rapatkan barisan pastikan kita ada dalam perjuangan menegakkan dan menerapkan hukum-hukun Allah Swt. dengan sistemnya yaitu khilafah. Karena sejatinya umat sudah lelah dan sangat menderita dengan sistem ini.
Allah Swt. berfirman "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini ( agama-nya)?" (TQS. Al Maidah: 50).
Ketegasan dari Allah Swt. tak ada hukum yang lebih baik daripada hukum-Nya.
Khilafah adalah janji Allah dan Rasul-Nya, untuk menjadikan umat Islam sebagai pemimpin peradaban. Tak ada layanan dari negara yang dijadikan jalan untuk meraup cuan. Semua dilakukan dan dilaksanakan dengan harapan mendapat rida-Nya. Standar halal haram menjadi patokan dalam setiap kebijakan pemerintah bukan cuan yang menjadi acuan seperti dalam sistem demokrasi kapitalisme.
Sistem Islam sempurna karena berasal dari Yang Maha Sempurna, Tuhan pencipta manusia dan seluruh isinya, tak patut kita ragu akan semua aturannya. Karena secara fitrah yang menciptakan tentu lebih tahu aturan yang benar untuk yang diciptakannya. Islam solusi hakiki untuk setiap problematika kehidupan manusia, agar manusia selamat baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Wallahu a'lam bishawwab
Post a Comment