Halloween Merusak Karakter Generasi


Oleh : Lilis Iyan Nuryanti, S.Pd
(Aktivis Muslimah)

Hari Halloween atau Halloween Day adalah tradisi yang dirayakan setiap 31 Oktober setiap tahunnya. Namun apa yang terjadi jika perayaan itu memakan banyak korban. Bagaimana Islam memandang hal ini?

Banyak orang mengira tradisi Halloween adalah festival hantu yang berasal dari Amerika. Ternyata kegiatan ini berasal dari cerita rakyat dan tradisi Celtic. Perayaan Halloween ditandai dengan membuat labu berukir, kegiatan trick-or-treat, dan memakai kostum untuk menandai transisi dari musim gugur ke musim dingin. Pada saat itulah orang percaya batas antara dunia hidup dan mati akan sirna. Menurut warga Celtic, saat itulah jiwa orang mati akan pulang atau mengunjungi kembali rumah mereka. Sumber lain menyebutkan, All Hallows' Eve adalah pesta Kristen yang dipengaruhi oleh festival panen Celtic. 

Diberitakan baru-baru ini pesta Halloween di distrik Itaewon, Korea Selatan, berujung tragedi mengerikan menyebabkan 156 orang meninggal. Kejadian itu bermula saat semakin banyak orang memadati jalan yang menanjak. Kemudian ada orang yang jatuh dan menimpa massa di bawah (CNN.com, 01/11/2022).

Korea yang dikenal dengan negeri maju, kini memanas dengan tumpahan darah muda karena sebagian peserta korban adalah remaja. Perayaan halloween ini nampaknya penuh dengan misteri.

Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas tragedi Halloween tersebut. Hal itu disampaikan Kepala Negara dalam bahasa inggris melalui akun Twitter-nya, Minggu (30/10/2022).

"Deeply saddened to learn about the tragic stampede in Seoul. My deepest condolences to those who lost their loved ones. Indonesia mourns with the people of South Korea and wishes those injured a speedy recovery," tulis Jokowi.

Jokowi menyatakan bahwa Indonesia bersama rakyat Korea Selatan sangat berduka. Ia pun berharap korban yang terluka bisa segera pulih. Begitu besar terlihat kepedulian presiden kita terhadap kejadian yang terjadi ini.

Tragedi Halloween yang banyak menewaskan ratusan nyawa ini, mengingatkan kita pada tragedi yang hampir serupa yang terjadi di tanah air kita, yakni tragedi Kanjuruhan yang juga memakan korban yang cukup besar.

Tapi, ada satu hal yang menarik perhatian kita pada tragedi Halloween di Korea Selatan ini. Tragedi ini jelas membuat kita prihatin dan juga berduka, sayang rasanya kalau harus bertarung nyawa hanya karena sekadar perayaan dan kesenangan semata. Namun di sisi lain, kita juga prihatin dengan kepedulian penguasa yang rasanya lebih besar ke rakyat negara lain dibandingkan terhadap nasib rakyat sendiri, misalnya pada tragedi Kanjuruhan. Pasalnya menurut data yang dapatkan, adakah presiden kita, Bapak Joko Widodo membuat statement yang serupa? Sebagaimana pernyataan “pemerintah bersama korban kanjuruhan”. Seperti yang dikutip di laman twitter terkait dengan peristiwa Halloween ini.

Jika kita melihat bagaimana perayaan ini menjadi sebuah tragedi besar, padahal bagi generasi saat ini harusnya disiapkan untuk memimpin masa depan mereka dengan baik. Tidak lantas mengikuti perayaan yang sebenarnya tidak masuk akal. Bahkan hanya menyita waktu luang dan berujung malang.

Perayaan Halloween seharusnya tidak boleh ada di negara kita. Perayaan tersebut adalah budaya asing, yang sama sekali tidak sesuai dengan budaya kita Indonesia. Terlebih lagi bisa dikatakan tidak memberi manfaat terhadap pembangunan karakter pemuda masa depan.

Sejatinya perayaan yang mengikuti trend tidak boleh diikuti oleh seorang muslim. Karena salah dan benarnya seorang muslim adalah sesuai dengan hukum syara’ atau tidak. Sistem kapitalisme yang asasnya sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) itulah yang membuat cara berpikir generasi menjadi berantakan dan sangat horor memandang kehidupan. Mereka tidak lagi melibatkan aturan Allah untuk mengatur segala hidup mereka. Akibatnya, mereka akan mudah menganggap benar apa yang mereka senangi, dan menganggap salah apa yang mengekang mereka.

Pola pikir yang keliru ini tidak lantas terbentuk begitu saja, melainkan memang menjadi tabiat siapa saja yang masih terjerat oleh sistem kapitalis. Setiap orang akan berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu, termasuk mengikuti perayaan yang sebenarnya tidak sesuai dengan Islam karena memang pada dasarnya setiap generasi jika tidak memahami hakikat agama Islam dengan baik, akan mudah terseret pada budaya trend ini.

Budaya fun, food, fashion dan football sejatinya jebakan musuh Islam yang ingin menjauhkan Umat Islam dari agamanya. Sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang berputus hubungannya dengan Tuhan dan juga bermusuhan antar sesama. Wajar jika generasi saat ini banyak sekali disuguhkan dengan penampilan dan trend-trend dunia yang selalu membuat mereka terlena.

Kembali pada Sistem Islam yang merupakan satu-satunya sistem ilahi rabbi, dzat pencipta dan pengatur hidup ini yaitu Allah SWT. Mengatur kita sebagai manusia untuk senantiasa bertawakal kepada-Nya. Dan masuk kedalam agama Islam secara kaffah. Sebagaimana Allah SWT berfirman;

“Wahai manusia, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (TQS. al-Baqarah: 208)

Perintah tersebut tidak lain agar manusia bisa berpegang teguh dan mengamalkan ajaran Islam itu secara mendalam, dan kita semua bangga dengan keislaman kita. Jikalau seorang muslim kembali pada aturan Islam, maka akan terbentuk kepribadian Islam yang terdiri dari pola pikir dan pola sikap Islam. Semua ini tidak akan bisa diterapkan secara maksimal tanpa adanya negara. Dan negara yang bisa mencetak para generasinya menjadi generasi emas dengan kepribadian Islam hanyalah negara Islam yang akan menjamin segala aspek kebutuhan warganya. Karena, dalam Islam imam itu laksana penggembala dan tugas pemimpin adalah melayani rakyatnya dengan benar.

Sistem Islamlah yang nantinya akan memutus kegiatan yang tidak bermanfaat apalagi menimbulkan korban jiwa untuk generasi. Terlebih lagi, sistem Islam akan melarang mengikuti perayaan yang menyerupai orang kafir. Begitulah jika sistem Islam ini diterapkan dalam institusi maka segala permasalahan umat akan terselesaikan, dan sudah saatnya kita putar haluan menuju kebenaran dari ilahi.

Negara dalam sistem Islam benar-benar menyadari bahwa pendidikan karakter adalah sebuah investasi masa depan. Negara wajib mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah dan murah.

Rasulullah SAW bersabda:

إنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Sebagai “junnah" negara harusnya mendukung segala bentuk kebaikan bagi terbentuknya karakter yang baik bagi setiap generasi dan menjauhkan generasi dari segala sesuatu yang dapat merusak karakter anak bangsa. Sehingga perayaan Halloween ini harus ditolak bahkan ditiadakan. Mari kita kembali pada Islam kaffah.
Wallaahu a’lam bishshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post