G20 INDONESIA BERPENGARUH ATAUKAH LUMPUH?


Oleh : Agusmi Yutika

Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tingggi KTT G20 Bali, memakan biaya tidak sedikit. Dana yang telah dihabiskan mencapai Rp529,54 miliar. Mengutip laman Indonesia.go.id, pemanfaatan anggaran KTT G20 digunakan untuk memperbaiki dan Pemerintah menghitung, KTT G20 akan memberikan dampak ekonomi sebesar Rp285,39 miliar dan Rp514,02 miliar secara optimis.

Diperkirakan, KTT G20 akan menarik sekitar 2.834 wisatawan mancanegara dan 8.450 wisatawan dalam negeri dengan pengeluaran mencapai Rp285,39 miliar.Di samping itu, KTT G20 disebut akan memberikan dampak secara tidak langsung terhadap perekonomian dan reputasi Indonesia.Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Indonesia telah sepenuhnya siap menggelar KTT G20. Mpercantik kawasan Nusa Dua sebagai lokasi utama event.

Mengenal G20
G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20  merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

Sejarah Pendirian G20
Dibentuk pada 1999 atas inisiasi anggota G7, G20 merangkul negara maju dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. Adapun tujuan G20 adalah mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.G20 pada awalnya merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Namun sejak 2008, G20 menghadirkan Kepala Negara dalam KTT dan pada 2010 dibentuk pula pembahasan di sektor pembangunan. Sejak saat itu G20 terdiri atas Jalur Keuangan.

Sekjen Aliansi Buruh Indonesia (ABI) Imam Ghazali mengatakan forum KTT G20 menjadi alat politik dan mengorbankan kepentingan ekonomi.“Forum G20 menjadi alat politik yang pada akhirnya mengorbankan kepentingan ekonomi,” ungkapnya dalam Kabar Petang: KTT G20 Bali demi Siapa? Di kanal YouTube Khilafah News, Senin (14/11/2022).

Hal itu karena komitmen negara-negara anggota G20 justru pada kapitalisme. Sementara kapitalisme ini sebagai biang krisis, diskriminasi dan eksploitasi terhadap negara-negara lemah. Mereka ingin mendapatkan keuntungan dan manfaat serta kekayaan sebanyak-banyaknya. Sehingga KTT G20 ini bagi negara maju adalah alat menguras sumber daya alam, mencari pasar dan mencari buruh murah.
Bagi negara berkembang, KTT G20 mereka jadikan sebagai alat mencari investor.Parahnya begitu dapat investor yang didapat bukan kesejahteraan rakyat tapi justru untuk kepentingan oligarki yang ada di negara-negara itu yang mendapatkan banyak manfaat investasi.

Sisi lain, krisis global yang terjadi di dunia justru berasal dari negara-negara anggota G20. Ia mencontohkan krisis ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan karena Uni Eropa, Amerika, Korea Selatan, Jepang, Australia yang mereka semua anggota G20 ikut membantu Ukraina dengan memberikan senjata sehingga perang tidak semakin singkat malah semakin lama.“Dari sisi menciptakan keadilan, tidak juga. Bahkan diskriminasi yang terjadi di dunia, sumber dan pelakunya juga berasal dari anggota G20. Krisis Timur Tengah misalnya, betapa anggota G20 juga terlibat di sana. Mereka terlibat perang Irak, Suriah, Afghanistan dan lain-lain.

Dengan KTT ini Indonesia berharap akan banyak mendapatkan investor,investasi dari luar tidak berdiri sendiri tapi satu paket dengan kepentingan investornya.Amerika serta negara-negara Eropa setiap kali memberikan investasi, bantuan dan sebagainya selalu satu paket dengan isu DHL (demokrasi, HAM dan lingkungan). Cina meski tidak menggunakan isu DHL tapi dengan turn key project (investasi sepaket dengan tenaga kerjanya), juga pengerukan seluruh sumber daya alamnya. Oleh karena itu,investasi yang tujuan awalnya itu agar bisa membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran menjadi tidak tercapai.

Cina berinvestasi pada beberapa infrastruktur strategis seperti pelabuhan, bandara, stasiun kereta yang punya nilai strategis bagi mereka sehingga bisa menjadi alat politik pada negara yang akan diberi utang.G20 hanya sebagai alat negara-negara kapitalis untuk mencengkeramkan kepentingan-kepentingannya. Watak kapitalisme yang serakah, memisahkan agama dari kehidupan, menimbulkan banyak kerusakan,sehingga wajib ditolak.

Landasan dan sistem ideologi yang benar itu haruslah berasal dari Zat Yang Maha Benar Yang Maha Tahu atas segala permasalahan manusia di dunia. Di sinilah pentingnya Islam dijadikan sebagai solusi karena Islam berasal dari Zat Yang Maha Benar.Dunia Islam harus tampil menyejajarkan diri bahkan menguasai untuk memimpin dunia dengan Islam. Untuk itu mereka harus mengampanyekan Islam agar terbentuk kesadaran dan aktivitas kolektif.

Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai meski tahun ini Indonesia memegang presidensial untuk G20 tapi tidak mengubah posisi Indonesia sebagai negara pengikut.

“Secara keseluruhan political positioning (posisi politik) Indonesia tidak berubah. Kalau dalam bahasa kitab disebut sebagai negara tabi (pengikut) atau negara satelit dari negara besar,” ujarnya dalam rubrik Catatan Peradaban, Hajatan G20: Indonesia Untung Atau Buntung? Di kanal YouTube Peradaban Islam ID, Kamis (17/11/2022).

Ikut Amerika atau ikut Cina atau ikut keduanya.Indonesia mencoba menyeimbangkan antara kepentingan Amerika dan kepentingan Cina. Kepentingan Amerika secara ekonomi itu corporate capitalism (kapitalisme korporasi) seperti Freeport, Chevron dan lain sebagainya. Sementara kepentingan ekonomi Cina itu state capitalism (kapitalisme negara).cengkeraman kapitalisme negara tidak akan bisa diubah dalam waktu dekat, bahkan cengkeraman itu makin kuat setelah masuknya beberapa proyek mercusuar seperti kereta cepat.

Potensi Besar
Indonesia punya potensi besar untuk menjadi negara utama.Sebenarnya indonesia punya potensi sangat besar baik dari sisi geostrategis, geoekonomi, geopolitik,98 persen tenaga kerja Freeport itu digerakkan oleh sumber daya manusia Indonesia.Hal yang menentukan itu semua bukan nilai-nilai strategi, tapi apakah haluan politik dan ideologinya itu punya warna sendiri yang mandiri atau menjadi part off (bagian) dari negara yang diikuti.semntara kita menyadari bahwa Indonesia hari ini adalah negara pengikut selamanya akan menjadi pengikut. Pengikut dari yang lebih kuat secara ekonomi, secara teknologi dan sebagainya.

Umat Muslim pernah memiliki peradaban luhur dan memimpin dunia. Tidak ada satu pun negeri yang penduduknya menerima dakwah Islam, melainkan masyarakatnya akan berbondong-bondong memeluk Islam. Sepanjang sejarah Kekhilafahan Islam kaum Muslim pernah memimpin dua pertiga dunia; dari Afrika hingga sebagian Eropa. Kaum Muslim, dengan Khilafahnya, pernah menciptakan keadilan dan kemakmuran. Khilafah melebur umat manusia tanpa perbedaan suku bangsa, jenis kelamin, ras dan bahasa. Umat non-Muslim pun mendapatkan keadilan dan perlindungan. Gambaran sejarah di atas kontras dengan keadaan umat hari ini. Kaum Muslim terpuruk. Tidak mandiri dan didikte bangsa lain. Meskipun mengklaim merdeka, realitanya mereka tak bisa menjalankan syariahnya sendiri secara kaffah karena di bawah kendali asing.

Kunci Kebangkitan
Karena itu umat harus bersegera menyongsong kebangkitan agar dapat menjalankan kehidupan Islam. Untuk bangkit tidak ada jalan lain kecuali dengan mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Dan generasi awal kaum Muslim. Bukan dengan mengikuti aturan yang disodorkan pihak asing. Imam Malik bin Anas rahimahulLah menyatakan:
Kunci kebangkitan yang dibawa Rasulullah saw. Pada umat manusia adalah membebaskan mereka dari penghambaan sesama menuju penghambaan hanya pada Allah SWT. Itulah yang disampaikan Nabi saw. Dalam surat yang ditujukan pada kaum Nasrani Najran:ِ

Sungguh aku menyeru kalian agar menghambakan diri hanya kepada Allah dengan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian untuk berada dalam kekuasaan Allah dan tidak berada dalam kekuasaan sesama hamba (manusia) (Ibn Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, 5/553).

Islam berhasil menciptakan manusia merdeka dan bangkit, yakni mereka yang tunduk dan menghambakan diri hanya pada Allah SWT, Pencipta segenap makhluk dan alam semesta, Tuhan yang layak disembah. Walahualam

Post a Comment

Previous Post Next Post