EKONOMI SEKARAT RAKYAT MELARAT


By :  Zahrul Hayati

Indonesia adalah negeri yang dipuja-puja bangsa dengan segala pesona alamnya yang indah dan kekayaan alam yang melimpah ruah. Lautnya penuh ikan dan aneka kekayaan bahari. Tanahnya yang sangat subur bisa ditumbuhi berbagai macam  tanaman, umbi-umbian, sungguh anugerah Ilahi yang sangat berarti. Sumber daya alamnya yang menjadi incaran para Asing dan Aseng. 

Ironisnya hal ini berkebalikan dengan fakta yang terjadi. Rakyat lapar, penuh rintihan yang menusuk hati. Memenuhi kebutuhan gizi adalah keinginan orang tua untuk anaknya. Tapi bagaimana jika keadaan memaksa anak-anak tidak tercukupi gizi seimbangnya. Kemiskinan yang mendera rakyat, sedangkan  mereka makan seadanya saja perlu perjuangan ekstra, apalagi dengan takaran gizi seimbang?. Seruan pemenuhan gizi tanpa empati, mana mungkin masyarakat bisa memenuhi ditengah himpitan kemiskinan yang mendera.

Berbagai bantuan dana yang pemerintah kucurkan tidak ubahnya kepulan asap yang segera lenyap akibat inflasi yang menggila dan daya beli masyarakat yang turun. Bagaimana hendak berpikir soal pemenuhan gizi keluarga? Bisa makan saja sudah bagus.

Muslimah News, Nasional Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University Prof. Drajat Martianto menyatakan meskipun secara umum kondisi ketahanan pangan Indonesia saat ini masih tergolong baik, tetapi terjadi penurunan ketahanan pangan yang menyebabkan Indonesia menghadapi kelaparan tersembunyi hidden hunger.

"Indonesia saat ini menghadapi triple burden of mal nutrition, 3 masalah gizi sekaligus, yaitu gizi kurang (stunting dan wasting), obesitas, dan kurang gizi mikro (KGM) atau di sebut kelaparan tersembunyi (the hidden hunger)," katanya dikutip dari keterangannya kepada media nasional, Ahad (18/09/2022)            

Disebut kelaparan tersembunyi karena sering kali tanda-tandanya tidak tampak, tetapi dampaknya sangat besar. Zat gizi mikro telah terbukti sebagai unsur gizi penting untuk peningkatan  produktivitas kerja, kecerdasan dan imunitas. Kelaparan tersembunyi bukanlah hal yang baru bagi rakyat negeri ini. Tetapi yang menjadi persoalannya dimana  pemangku kebijakan, peran  negara?

Kemiskinan Ini Tidak Boleh Terjadi.

Dari hasil penelitian ini diketahui pula pemicu utama ketidak terpenuhinya ini karena kemiskinan, walaupun memang tidak dinafikan ada kondisi pola makan yang tidak benar atau pengetahuan masyarakat yang kurang.

"Namun bisa dikatakan pemicu terbesar atau kontributor terbesar terhadap kurangnya kualitas pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat kita adalah kemiskinan yang sangat terkait dengan stunting."

Berbicara terkait tumbuh kembang anak, memang menjadi sorotan, apalagi ditengah angka stunting yang sukar melandai bahkan terus bertambah. Semua pihak memang tampak berikhtiar untuk mencapai 14% pada 2024 dan nol stunting di 2030 mendatang (walau masih pasang surut hingga hari ini). Tetapi, seruan untuk memenuhi gizi ditengah himpitan dari segala penjuru tentu bukanlah solusi atas persoalan yang ada.

Dilansir dari Jatim, antara news.com(16/10/2022). Dinsos Surabaya mencatat lebih dari 20 ribu warga setempat masuk data kemiskinan ekstrem. Di Kabupaten Bogor 73 ribu penduduk alami kemiskinan ekstrem dengan pendapatan hanya  Rp 29ribu / hari. Pula di DIY, kemiskinan dan ketimpangan yang cukup tinggi masih terjadi PR utama seperti yang diungkap Wakil ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana (rep Jogja.republika.co.id, 11/10/2022).

Masalah kemiskinan sejatinya bak fenomena gunung es, dimana yang terlihat di media saat ini yakni hanya beberapa kota padahal pada realitanya masih sangat banyak, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau. Kemiskinan menjadi PR problem negeri ini yang tak kunjung  terselesaikan bahkan setelah negeri ini berusia lebih dari tujuh dekade dengan dipimpin tujuh kepala negara.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan hanya tambal sulam. Tidak menyentuh akar permasalahannya.

Solusinya tentu tidak bisa dengan kebijakan yang bersifat praktis atau pun teknis, misalnya membagikan makanan fortifikasi, atau pembagian  vitamin pada bulan-bulan tertentu, atau pun suplemen makanan tambahan, dan langkah-langkah teknis lainnya. Akibatnya akan bermunculan  lagi stunting-stunting baru yang kebanyakan penyebabnya dari kelaparan tersembunyi dan kemiskinan.

Sebagai mana sabda Rasulullah SWA. "Siapa saja yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh seluruh kenikmatan dunia".(HR Tirmidzi)

KAPITALISME BIANG MASALAH.

Akar persoalan yang sesungguhnya adalah ketimpangan ekonomi yang diciptakan sistem ekonomi Kapitalisme yang dijalankan hari ini sejatinya tidak berpihak pada kepentingan rakyat banyak. Ekonomi  nyungsep collaps rakyat melarat.

Sistem ini makin hari makin menambah beban  penderitaan rakyat, kesulitan, kesengsaraan yang berkepanjangan,  angka pengangguran dimana-mana, kemiskinan bertambah,  bahkan memperlebar jurang ketimpangan yang ada di masyarakat. Ditambah pula konsep pengaturan pangan yang dilakukan negara ini masih jauh panggang dari api dari konsep yang seharusnya.

Kalau pengaturan pangan mulai dari produksi, distribusi, konsumsi diserahkan kepada swasta atau korporasi sehingga yang beredar di masyarakat bukanlah pangan yang dipastikan yang bernilai gizi dan dibutuhkan rakyat. "Pangan yang diproduksi oleh korporasi lebih mengedepankan aspek  kepentingan bisnis" yang ingin diraih hanyalah keuntungan semata.

Konsep Islam

Demikian hal ini 
berbeda dengan sistem Islam yang selalu menomorsatukan hajat hidup rakyat. Kepentingan rakyat dijamin penuh oleh negara. Sandang, pangan, papan, kesehatan, itu adalah kewajiban negara untuk memenuhinya.

Negara bertanggung jawab atas seluruh pemeliharaan urusan umatnya.
Oleh karena itu, untuk menghentikan angka kelaparan tersembunyi haruslah dengan konsep Islam.

"Semua perangkat sistem nya, baik ekonomi dan politiknya benar-benar akan mampu mewujudkan pemenuhan pangan rakyat secara memadai dan berkualitas. Negara dalam Islamlah yang benar-benar akan  hadir untuk memuliakan, juga memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Negara Islam juga yang sangat  berkepentingan untuk melahirkan generasi berkualitas.

Negara Islam bertanggung jawab terhadap kualitas konsumsi pangan yang dikonsumsi rakyatnya.

"Dalam Islam ada standar yang tersendiri dalam pemenuhan pangan, yaitu standar kelayakan pemenuhan pangan suatu masyarakat tertentu dengan memperhatikan bukan hanya kuantitas tetapi juga kualitas.

Allah telah memerintahkan kepada kita untuk memakan makanan yang toyib, yakni makanan yang memenuhi  kualitas yang layak sesuai kebutuhan gizi masyarakat. "Akan tetapi sistem Islam yang kaffah ini hanya bisa terlaksana di bawah institusi politik Islam berlandaskan akidah Islam, yakni Khilafah Islamiah.

Wallahu a'lam bis showaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post