Mengejutkan,
miris, merinding, dan kata-kata lain yang semisal ini seolah bertumpuk menjadi
satu. Entah apa yang ada di benak para pelajar di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel),
Sumatera Utara, tega menganiaya seorang nenek. Aksi penganiayaan ini viral di
media sosial. Total ada 6 pelajar yang diamankan polisi terkait kasus ini. Saat
diperiksa polisi, mereka mengaku iseng saat menendang korban. Candaan yang
mengandung unsur negatif, apalagi dilakukan secara sadar, maka itu sudah masuk
ke ranah bahaya.
Massifnya
kasus bullying di negeri ini, membuktikan bahwa pembangunan sumber daya manusia
dengan landasan sekularisme, telah gagal memberikan output pelajar yang
berkepribadian baik. Para pelajar diperas otak dalam prestasi akademik, tetapi
minim dari nilai moral dan ilmu-ilmu agama. Padahal, prestasi akademik siswa di
sekolah tidak dapat menjamin kemampuan mereka dalam mengatasi masalah pribadi
dan interaksi dengan lingkungan. Tak hanya itu, kasus-kasus seperti ini juga
disebabkan oleh adanya persoalan yang sistemik, dimana orang tua, masyarakat,
sekolah dan negara belum serius untuk memberantas perilaku bullying. Padahal,
untuk memutus rantai kasus bullying ini, diperlukan adanya solusi yang
menyeluruh juga perhatian dan sinergi dari semua pihak. Peran orang tua sebagai
madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya amat penting agar anak tidak
terjerumus kepada pergaulan bebas dan kerusakan moral.
Penanaman
akidah dan ilmu agama sedari dini, amat dibutuhkan untuk membentuk karakter
generasi yang baik. peran negara, tentu ini yang paling penting. Karena negara
memiliki tanggung jawab yang besar bagi masa depan generasi bangsa. Negara
harus mampu menjaga dan melindungi remaja dari kerusakan moral. Negara adalah
pemegang kebijakan dan pemilik wewenang untuk menerapkan dan mengawasi jalannya
aturan di semua aspek kehidupan termasuk di bidang media. Sadar maupun tidak,
media turut mengambil peran dalam membentuk karakter generasi muda itu sendiri,
bahkan dampak yang di timbulkan secara tidak langsung memberikan kontribusi
yang besar terhadap tingkah laku orang yang menggunakannya. Ironisnya, di
sistem kapitalis sekuler saat ini, turut menyuburkan tontonan yang bersifat
merusak moral remaja. Konten-konten pornografi, game online dan film film yang
mengandung kekerasan dengan mudah dapat diakses siapa saja.
Di
dalam Islam, pembentukan karakter generasi adalah hal yang utama. Islam
memiliki seperangkat aturan yang sempurna untuk menjaga generasi dan seluruh
umat manusia. Penanaman akidah dan ilmu agama sedari usia dini telah terbukti
selama berabad-abad mampu mencetak generasi rabbani yang bersyaksiyah Islamiyah
(berkepribadian Islam). Maka tidak akan terjadi bullying jika semua pelajar berkepribadian
Islam. Kemampuan akademik yang bersinergi dengan ilmu agama pun telah terbukti
mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat sepanjang sejarah peradaban emas
Khilafah dulu.
Post a Comment