Bullying, Potret Buram Pendidikan dalam Sistem Kapitalisme

Oleh : Sri Kuntari
Ibu Rumah Tangga

Mengejutkan, miris, merinding, dan kata-kata lain yang semisal ini seolah bertumpuk menjadi satu. Entah apa yang ada di benak para pelajar di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, tega menganiaya seorang nenek. Aksi penganiayaan ini viral di media sosial. Total ada 6 pelajar yang diamankan polisi terkait kasus ini. Saat diperiksa polisi, mereka mengaku iseng saat menendang korban. Candaan yang mengandung unsur negatif, apalagi dilakukan secara sadar, maka itu sudah masuk ke ranah bahaya.

Massifnya kasus bullying di negeri ini, membuktikan bahwa pembangunan sumber daya manusia dengan landasan sekularisme, telah gagal memberikan output pelajar yang berkepribadian baik. Para pelajar diperas otak dalam prestasi akademik, tetapi minim dari nilai moral dan ilmu-ilmu agama. Padahal, prestasi akademik siswa di sekolah tidak dapat menjamin kemampuan mereka dalam mengatasi masalah pribadi dan interaksi dengan lingkungan. Tak hanya itu, kasus-kasus seperti ini juga disebabkan oleh adanya persoalan yang sistemik, dimana orang tua, masyarakat, sekolah dan negara belum serius untuk memberantas perilaku bullying. Padahal, untuk memutus rantai kasus bullying ini, diperlukan adanya solusi yang menyeluruh juga perhatian dan sinergi dari semua pihak. Peran orang tua sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya amat penting agar anak tidak terjerumus kepada pergaulan bebas dan kerusakan moral.

Penanaman akidah dan ilmu agama sedari dini, amat dibutuhkan untuk membentuk karakter generasi yang baik. peran negara, tentu ini yang paling penting. Karena negara memiliki tanggung jawab yang besar bagi masa depan generasi bangsa. Negara harus mampu menjaga dan melindungi remaja dari kerusakan moral. Negara adalah pemegang kebijakan dan pemilik wewenang untuk menerapkan dan mengawasi jalannya aturan di semua aspek kehidupan termasuk di bidang media. Sadar maupun tidak, media turut mengambil peran dalam membentuk karakter generasi muda itu sendiri, bahkan dampak yang di timbulkan secara tidak langsung memberikan kontribusi yang besar terhadap tingkah laku orang yang menggunakannya. Ironisnya, di sistem kapitalis sekuler saat ini, turut menyuburkan tontonan yang bersifat merusak moral remaja. Konten-konten pornografi, game online dan film film yang mengandung kekerasan dengan mudah dapat diakses siapa saja.

Di dalam Islam, pembentukan karakter generasi adalah hal yang utama. Islam memiliki seperangkat aturan yang sempurna untuk menjaga generasi dan seluruh umat manusia. Penanaman akidah dan ilmu agama sedari usia dini telah terbukti selama berabad-abad mampu mencetak generasi rabbani yang bersyaksiyah Islamiyah (berkepribadian Islam). Maka tidak akan terjadi bullying jika semua pelajar berkepribadian Islam. Kemampuan akademik yang bersinergi dengan ilmu agama pun telah terbukti mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat sepanjang sejarah peradaban emas Khilafah dulu. 

Post a Comment

Previous Post Next Post