Aktivis muslimah ngaji
Musim hujan telah tiba, seperti biasa di saat musim hujan bencana banjir selalu terjadi di Indonesia. Banjir merupakan bencana yang harus di waspadai oleh masyarakat Indonesia. Memang tidak dapat dipungkiri setiap tahunnya banjir selalu melanda di berbagai tempat di Indonesia. Di mana yang terjadi akhir-akhir ini beberapa wilayah di Indonesia sedang dilanda.
Banjir yang melanda sebagian wilayah Aceh Utara sejak Selasa (4/10) terus meluas. Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan hingga Kamis sore sebanyak 18.160 warga terpaksa mengungsi (katadata.co.id, 6/10/2022).
Hujan deras mengakibatkan banjir kembali merendam kawasan Jakarta selatan pada Kamis petang, 6 oktober 2022. Ketinggian air mencapai 1,2 meter di Cipete utara. Banjir merendam 5 RT, tiga RT di Cepete utara, satu RT di Kelurahan Pondok pinang dan satu RT di Pajetan barat. Selain itu banjir juga menggenangi 7 ruas jalan di Ibu kota setinggi 30 cm hingga pukul 16.00. Tujuh ruas jalan itu adalah Jalan TB Simatupang Cilandak, Jalan Jeruk purut Cilandak timur, Jalan Raya tanjung barat Jagakarsa, Jalan Pejaten raya Pejaten barat, Jalan Intan Cilandak barat, Jalan Komplek Polri karet Semanggi dan Jalan Karang tengah raya Lebak bulus (Tempo.co, 6/10/2022).
Jakarta adalah kota besar di mana setiap musim hujan warga di kota ini harus selalu siaga ketika curah hujan mulai meninggi. Banjir yang terjadi di Indonesia terutama di kota yang berpenduduk padat sudah bagaikan sebuah tradisi. Faktor penyebab banjir bukan hanya dari curah hujan yang tinggi, kondisi tanggul daerah aliran sungai (DAS) besar juga kehilangan kemampuan menampung debit air yang meningkat.
Jadi jelas banjir yang terjadi bukan hanya dari faktor alam, faktor manusia juga mempengaruhi terjadinya banjir. Namun sangat disayangkan walau banjir terus berulang, Pemerintah belum bisa menanganinya dengan baik. Kondisi lahan, saluran air dan kerusakan lahan dapat berpengaruh signifikan terhadap kejadian banjir.
Seharusnya pemerintah lebih maksimal dalam menangani masalah ini. Tapi yang terjadi saat ini dalam sistem kapitalis upaya pencegahan banjir terabaikan. Pemerintah dalam sistem kapitalis tidak totalitas dalam penanganan banjir. Sistem kapitalis yang berlandaskan manfaat dan materi semua dihitung berdasarkan untung dan rugi.
Setiap kebijakan yang diambil tidak pernah memprioritaskan rakyat melainkan hanya para penguasa dan pemilik modal. Mereka menganggap upaya pencegahan banjir yang totalitas akan merugikan negara sehingga upaya yang dilakukan tidak akan serius. Padahal bencana banjir yang terjadi bisa saja karena pemerintah abai dalam mengatur lingkungan dan melestarikan alam. Banyak terjadi kerusakan lahan akibat pembangunan yang bersifat eksploitatif untuk kepentingan para kapitalis.
Curah hujan yang tinggi tidak akan jadi masalah jika hutan-hutan tidak ditebangi, tanah resapan tidak dibetoni, daerah aliran sungai tidak mengalami abrasi, dan sistem drainase dibuat terintegrasi. Meluasnya bencana banjir justru menunjukkan gurita kapitalisme makin mencengkeram. Eksploitasi lahan tambang, alih fungsi lahan, dan deforestasi faktanya memang kian tidak terkendali. Permukaan tanah pun makin turun akibat konsumsi air tanah untuk penunjang fasilitas hunian-hunian elit dan industrialisasi. Begitu pun dengan sungai, volumenya makin menyempit akibat melimpahnya produksi sampah dan sedimentasi dampak hunian di bantaran kali.
Dalam aturan Islam mengajarkan harmoni dan keseimbangan. Adab terhadap alam bahkan dinilai sebagai bagian dari iman, maka siapa pun yang melakukan kerusakan terhadap keseimbangan alam dianggap sebagai pelaku kejahatan dan dinilai sebagai bentuk kemaksiatan. Islam telah menetapkan sumber daya alam termasuk hutan, sungai, dan tambang sebagai milik rakyat. Islam mengatur soal penggunaan tanah dan pentingnya memperhatikan tata ruang. Lalu memberikan kewenangan pengelolaannya kepada negara sebagai pemelihara urusan rakyat, seraya dengan tegas melarang eksplorasi dan eksploitasi secara serampangan sebagaimana biasa dilakukan dalam sistem sekarang.
Sudah saatnya alam dikelola sesuai aturan Allah, sebab jika kesewenang-wenangan manusia dibiarkan yang terjadi adalah kerusakan sebagaimana firman Allah SWT :
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS.Ar-Rum: 41).
Sungguh umat Islam hari ini harus segera bertobat kepada Allah SWT. Kedurhakaan mereka sudah sedemikian parah hingga Allah SWT tidak henti menurunkan bencana sebagai peringatan dalam berbagai bentuknya. Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment