Sejak 1948 hingga kini Israel menduduki wilayah Palestina, bahkan tanpa henti memberikan penderitaan pada warga Palestina. Memberikan serangan pada warga sipil, orang tua bahkan pada anak-anak yang tak berdosa.
Pada pagi hari tanggal 4 Oktober, lusinan pemukim Israel menyerbu Sekolah Anak Laki-Laki Menengah Huwwara, di selatan kota Nablus di Tepi Barat yang diduduki. Mereka memukuli anggota staf dan siswa serta menghancurkan mobil dan jendela kelas sebelum mundur. (aljazeera.com, 19/10/2022)
Menurut pantauan PBB, ada lebih dari 500 serangan tahun ini hingga 10 Oktober. Mereka menyerang dengan memukul, melempar batu, bom gas air mata, bahkan dengan senjata api. Serangan itu dilakukan oleh pemukiman Israel yang bengis atau tentara yang ada di sana. (muslimahnews.net)
Bahkan warga Palestina yang berada di luar wilayah Palestina pun masih saja diburu oleh Israel. Pada 18 Oktober 2022, News Straits Times mengungkap penculikan yang dilakukan oleh agen Mossad terhadap warga Palestina yang bermukim di Malaysia yang melibatkan warga setempat. Penculikan di lakukan pada 28 September, kepada dua orang. Satu orang berhasil kabur lalu melaporkannya ke polisi dan satu orang lainnya yang merupakan bagian dari Hamas di bawa oleh Mossad. Pemerintah Malaysia telah melakukan tindakan untuk mengatasi hal ini, menangkap 11 agen Mossad dan membebaskan korban, mengungkap sel Mossad di Malaysia dan melakukan penyelidikan atas aktivitas Mossad di Malaysia.
Meskipun kekejaman Israel ini telah diketahui secara luas oleh dunia, namun faktanya tidak ada tindakan yang dilakukan oleh internasional untuk memberhentikan penderitaan ini. Bahkan dunia tidak peduli, malah mendukung apa yang dilakukan oleh Israel, dunia internasional pun tidak mengakui adanya Palestina.
Negeri kaum Muslim lain yang seharusnya membantu saudaranya bahkan tidak mampu melakukan apa-apa untuk menghentikan kekejaman Israel itu. Padahal tanah Palestina merupakan tanah mulia, negeri para Nabi yang penuh berkah. Palestina merupakan milik kaum Muslim, Baitul Maqdis yang merupakan kiblat pertama kaum Muslim itu terletak di Palestina.
Beberapa orang menganggap bahwa konflik Palestina dan Israel bukan merupakan urusan oaum Muslim, hanya urusan antar negara saja. Hal ini hanya dibuat oleh Barat untuk melemahkan semangat oaum Muslim untuk mengikuti jejak para Nabi dalam memperjuangkan kemerdekaan atas Palestina. Barat menciptakan semua ide yakni nasionalisme, yaitu ikatan persatuan yang didasari oleh sekat nasional yang mampu memecah belah kaum Muslim sehingga tidak peduli dengan penderitaan saudara sesama Muslimnya yang berbeda negara.
Padahal yang menyatukan kaum Muslim seluruh dunia ini seharusnya adalah ikatan akidah Islam. Begitu pun ikatan yang dapat membebaskan Palestina dari jajahan itu. Jika Kaum Muslim seluruh dunia ini bersatu dengan ikatan akidah, dengan tegaknya Syariat Islam secara kafah penjajahan atas Israel terhadap Palestina akan mudah dilakukan.
Itulah yang dilakukan oleh Ummar bin Khaththab dan Shalahuddin Al-Ayubi, dalam membebaskan Palestina. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid II dalam mempertahankan kemerdekaan Palestina. Selain memperkuat pasukan, menyatukan seluruh oaum Muslim dengan akidah Islam untuk bersama-sama memperjuangkan Palestina dengan ikatan akidah yang kuat. Menegakkan Islam secara kafah juga merupakan upaya yang dilakukan untuk membebaskan dan mempertahankan kemerdekaan Palestina.
Dalam catatan emas sejarah Islam,p pemimpin kaum Muslim tidak pernah memberikan sedikit pun peluang pada penjajah untuk merebut Palestina dari iaum Muslimin. “Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina), karena Ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam yang telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika Daulah Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari daulah islamiyah.” (Khalifah Abdul Hamid II, 1902)
Maka Palestina dan seluruh kaum Muslim membutuhkan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab, Shalahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Abdul Hamid II untuk mengikuti jejak para Nabi dalam memperjuangkan Palestina, yaitu persatuan umat dalam naungan khilafah islamiyyah, tegaknya syariat Islam sescara kafah dalam bingkai khilafah.
Wallahu a'lam bishawwab
Post a Comment