Baru beberapa minggu di Indonesia memasuki musim hujan ironinya bencana banjir melanda diberbagai daerah. Dengan beragam upaya yang dilakukan namun banjir pun masih saja terjadi yang seolah-olah menjadi tradisi di negeri ini. Sehingga bencana banjir bukan masalah yang baru yang dikarenakan hal ini terus menerus berulang.
Banjir yang melanda sebagian wilayah Aceh Utara sejak Selasa (4/10) terus meluas. Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan hingga Kamis sore sebanyak 18.160 warga terpaksa mengungsi. Menurut Ahmad warga yang terdiri dari 5.104 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke meunasah atau musala dan dataran tinggi yang tersebar di 28 titik. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Utara, Asnawi mengatakan meluasnya banjir dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain curah hujan tinggi yang masih sering terjadi, kondisi tanggul daerah aliran sungai (DAS) besar juga kehilangan kemampuan menampung debit air yang meningkat. (Katadata.co.id, 19/10/2022)
Tidak hanya di Aceh namun bencana banjir melanda Ibukota dan daerah sekitarnya, Hujan lebat dan banjir yang terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya berakibat munculnya korban jiwa. Sebanyak tiga orang siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19, Jakarta Selatan meninggal usai tembok sekolah mereka rubuh diterjang banjir. Banjir terjadi karena luapan air saluran penghubung Pinang Kalijati yang berada di belakang sekolah. Kejadian tersebut terjadi pada Kamis (6/10) pukul 14.50 WIB. Sedangkan dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, sebanyak 270 warga di Jakarta Selatan terpaksa diungsikan ke tempat aman. Ini karena 41 rukun tetangga (RT) terendam banjir. (Katadata.co.id, 19/10/2022)
Bencana banjir hampir terjadi setiap tahun di berbagai wilayah di Indonesia. Namun nampaknya upaya antisipasi dan mitigasi bencana belum diperhatikan secara serius dan seksama. Padahal peringatan BMKG terus diberikan dengan memberikan prediksi hujan ekstrem yang terjadi. Dimana wilayahnya tidak hanya di Jakarta tapi di seluruh wilayah Indonesia.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya sudah memprediksi hujan ekstrem yang terjadi tak hanya di Jakarta tapi di seluruh wilayah Indonesia. BMKG juga menyebut, mayoritas wilayah kondisi musim hujan mengalami normal. Namun memang ada juga yang mengalami hujan atas normal (lebih basah atau lebih tinggi) dan bawah normal (lebih kering atau rendah). Untuk DKI Jakarta, lanjut dia, sebenarnya sudah diberi peringatan dini. Dia pun memberikan contoh terhadap hujan yang terjadi pada 1 Oktober 2022, di mana saat itu BMKG sudah memprediksi Jakarta dengan Banten, Jabar, dan sejumlah wilayah lainnya masuk dalam daerah yang berpotensi mengalami hujan lebat disertai angin kencang disertai petir. (Liputan6.com, 19/10/2022)
Hal ini menunjukkan ketidak seriusan penguasa dalam mengurusi rakyatnya, khususnya dalam mitigasi bencana yang sering terjadi. Kondisi seperti ini merupakan dampak langsung dari penerapan dari kapitalisme. Dimana dalam sistem ini hanya mementingkan keuntungan semata dan pembangunan yang dilakukan bersifat eksploitatif. Sehingga yang dilakukan secara sewenang-wenang tanpa mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan.
Disisi lain dalam sistem ini hanya melahirkan penguasa yang tidak serius untuk mengurusi rakyatnya khususnya dalam hal mitigasi bencana. Berbeda dengan sistem Islam yang bisa mengatasi bencana alam secara tepat dan cepat sehingga permasalahan segera terselesaikan. Adapun yang dapat dilakukan dengan membangun bendungan yang dapat menampung curahan air, memetakan daerah yang wilayahnya rendah, membuat saluran drainase, membuat kebijakan syarat pembangunan dan lain sebagainya
Dengan berbagai cara penguasa bisa melakukan mitigasi bencana sebelum melanda negeri. Oleh karena itu, umat membutuhkan pemimpin yang dapat menangani permasalahan rakyat termasuk dalam hal menangani bencana alam yang mungkin akan terjadi. Selain itu, umat juga membutuhkan pemimpin yang bisa mengurus kebutuhan rakyat dengan amanah dan dapat melindunginya
Wallahu a'lam bish shawaf
Post a Comment