Oleh: Turisah
Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok
Olahraga sepakbola yang hukumnya mubah dan tujuannya menyehatkan dan menguatkan badan bergeser menjadi fanatik simbol. Dari fanatik simbol inilah seringkali olahraga ini menimbulkan kericuhan, sampai memakan korban jiwa karena fanatik antar suporter. Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini, ajang olahraga sepakbola menimbulkan tragedi sampai hilangnya nyawa banyak orang.
Sungguh miris tentunya. Tragedi di stadion Kanjuruhan ini yang paling banyak menyita perhatian, pasalnya banyak sekali korbannya. Sebagaimana yang diberitakan JPNN.com, 2 Oktober 2022, jumlah korban tragedi Kanjuruhan sekitar321 orang, rata-rata berusia 16 sampai 27 tahun. Total korban luka ada 191 orang, dan korban meninggal ada sekitar 130 orang.
Padahal, jika kita lihat olahraga sepakbola ini sebagai ajang mencari keuntungan karena dimanfaatkan oleh kapitalis lokal maupun global. Mereka banyak mengeruk untung di dalamnya. Faktanya berapa banyak keuntungan yang diraup oleh kapitalis dalam masalah pengadaan semua fasilitas persepakbolaan? Walaupun ada tragedi seperti saat ini tetap saja pengusaha tidak akan rugi, yang ada rakyat lagi yang jadi korban.
Kaum Muslimin pun harus sadar, bisa saja olahraga ini disusupi musuh Islam untuk menyibukkan umat Islam dari kewajiban shalat, dan mendalami ilmu agamanya. Di samping itu juga banyak mudharat dan pelanggaran syariat di dalamnya seperti bercampur baurnya laki-laki dan perempuan, dijadikan ajang judi bagi penontonnya, taruhan uang siapa yang menang dan banyak juga yang lainnya.
Oleh karenanya, pemuda Muslim janganlah terlena dengan sesuatu yang mubah. Boleh menyukai olahraga sepakbola, tapi jangan sampai melanggar syariat-Nya, menjadi fanatik simbol, apalagi sampai banyak korban jiwa. Lebih baik beraktivitas yang bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, lebih menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Jika mau berolahraga lebih baik kembalilah kepada olahraga ajaran sunnah Nabimu, yakni berkuda, memanah, dan berenang.[]
Post a Comment