Tragedi Kanjuruhan, antara Fanatisme dan Represif?

Oleh: Elis Sondari Zukhrufah
(Muslimah Peduli Umat)

Dikutip dari Republika.co.id, Pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya menimbulkan duka mendalam bagi dunia pesepakbolaan Indonesia. Ratusan Aremania dinyatakan meninggal dunia dan lainnya mengalami luka-luka akibat kejadian ini. Seperti yang dilansir dari media Republika.co.id yaitu  Muhammad Riandi Cahyono merupakan salah satu Aremania yang turut menjadi korban dalam tragedi tersebut. Pada saat kejadian, Riandi tak menampik ikut turun ke lapangan bersama Aremania lainnya. Hal ini semata-mata untuk menyampaikan protesnya karena Arema FC kalah dengan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.Bukannya respons positif, Riandi justru mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. Banyak Aremania yang dipukul oleh petugas sehingga membuatnya sedih dan kecewa. Ditambah lagi, petugas melakukan penembakan gas air mata ke suporter. (2/10/2022)

Tragedi di stadion kanjuruhan merupakan potret buruk fanatisme golongan yang sudah tertanam dalam diri masyarakat, yang semua ini lahir dari sistem Demokrasi, sehingga kejadian seperti ini terus berulang-ulang tanpa ada solusi yang baik dari PSSI maupun negara. Justru semakin hari fanatisme golongan semakin menjadi salah satunya demi club sepakbola mereka rela berkorban harta dan jiwa, kecintaan mereka terhadap club sepakbola melebihi cinta mereka kepada Allah SWT dan Rasulnya sungguh sangat ironis sekali.

Disisi lain tindakan yang dilakukan aparat dalam menyelesaikan permasalahan ini sungguh tidak tepat, untuk menghalau para aremania aparat menggunakan gas air mata sehingga membuat suporter panik, mereka berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri. Namun kondisi penonton yang banyak dan pintu stadion yang masih tertutup membuat mereka berdesak-desakan, saling injak dan mereka kekurangan oksigen, Sehingga banyak korban meninggal maupun luka-luka.

Kejadian seperti ini tidak akan terjadi apabila dengan penanganan yang tepat, fanatisme golonganpun jangan dijadikan acuan dalam hal apapun karena akan menghasilkan sebuah perpecahan. Islam mengajarkan kebersamaan dan persaudaraan hanya Islam yang mampu memberikan solusi dari setiap permasalahan yang ada sehingga tidak muncul lagi kasus yang serupa. Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriah telah membawa sistem baru berupa aqidah dan syari’ah. Dimana aqidah dan syari’ah ini sudah dihayati, diresapi, dan dilaksanakan dengan penuh kedamaian dan tidak meninggalkan adat istiadat setempat yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Kisah fanatik pendukung bola yang saling bentrok hingga tawuran sudah sering terjadi, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Begitu pun dengan aparat yang kadang dalam menyelesaikan masalah terlalu berlebihan hingga mencederai rakyat sipil. Maka atas hal ini, pendidikan aqidah Islam akan menanamkan keimanan dalam diri seorang Muslim. Ketika umat memiliki aqidah Islam hingga menguatkan keimanannya, maka tidak ada rasa ingin mengikuti hawa nafsu dan pengendalian emosi akan stabil. Dengan begitu, kedamaian akan dirasakan oleh umat secara global dan menyeluruh. Wallahu a’lam bisshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post