Oleh Nisaa Qomariyah, S. Pd.
Muslimah Peduli Negeri
Tahun depan diperkirakan dunia akan mengalami resesi terparah. Menurut Reuters, penderitaan yang akan datang bisa terjadi lebih besar. Dikarenakan, Bank Central milik Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunganya semakin agresif.
Dari survei Reuters sebanyak 59 dari 83 ekonom telah diperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga mencapai 85 basis poin pada bulan November. Kemudian, pada Desember The Fed diperkirakan akan menaikkan kembali sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.
Apabila perkiraan tersebut sesuai dengan prediksi, maka suku bunga The Fed akan berada di level tertinggi sejak awal 2008 atau bahkan sebelum krisis finansial global. Suku bunga diperkirakan mengalami kenaikan lagi menjadi 4,5% - 4,75% atau malah lebih tinggi di awal bulan tahun depan.
Ketika inflasi tinggi dan berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan terjadi risiko stagflasi yang semakin meningkat, dampaknya pun dapat membuat kerusakan ekonomi yang lebih parah.
Menanggapi hal tersebut, Luhut B. Pandjaitan sebagai Menko Maritim dan Investasi menyatakan bahwa Indonesia saat ini telah menghadapi tantangan yang diakibatkan oleh efek domino dari tensi geopolitik yang masih terus memanas dan tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya.
Oleh sebab itu, Luhut telah mengimbau dilakukannya langkah strategis secara terus menerus untuk memitigasi risiko yang nantinya dapat terjadi. (CNBCIndonesia, 30/09/22)
Dana Bantuan Parpol Mengalami Kenaikan di Tengah Ancaman Resesi
Paradoksal di tengah ancaman resesi ekonomi, pemerintah nyampang berniat untuk meningkatkan dana bantuan parpol sebesar tiga kali lipat. Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian memberikan usulan bantuan dana partai politik (parpol) naik hingga tiga kali lipat. Jumlah kenaikan dana dari Rp 1.000 per suara menjadi Rp 3.000 per suara. (Republika.co.id, 22/9/22)
Ancaman resesi tersebut terjadi hampir di seluruh penjuru dunia. Namun, anehnya Indonesia malah meningkatkan dana bantuan untuk parpol. Hal ini sangat jelas negara abai dan tak ambil pusing atas nasib rakyat yang hidupnya terancam akibat ketidakpastian kondisi ekonomi. Akan tetapi, negara malah peduli pada parpol yang akan menjadi kendaraan politik untuk meraih kursi kekuasaan di pemerintahan.
Paradoks ini menggambarkan secara nyata bobroknya sistem kapitalis demokrasi. Sebab, lebih berpihak kepada kepentingan parpol dibandingkan dengan rakyat. Jika selama ini negara mengeluhkan anggaran yang membengkak akibat subsidi, lalu kenapa untuk parpol seakan dana tersebut mendesak untuk dikeluarkan dengan mudah? Kegentingan dan kepentingan apakah yang mendasarinya?
Dana parpol naik sangatlah tidak tepat. Apatah, kenaikan ini hingga tiga kali lipat. Semestinya pemerintah lebih mengutamakan kebutuhan yang dapat dirasakan langsung oleh seluruh rakyatnya, bukan hanya dirasakan oleh segelintir pengurus parpol saja.
Di sisi lain, penambahan dana tersebut terhadap parpol parlemen menjelang pemilu juga tidaklah etis. Karena, pasti akan terjadi ketidakadilan antara parpol-parpol peserta pemilu lainnya.
Semestinya pemerintah terlebih dahulu membenahi sistem pengawasan dan pelaporan yang lebih transparan dan akuntabel. Karena, banyak sekali kasus dan bantuan parpol di daerah-daerah malah menjadi sumber tindak pidana korupsi.
Dana bantuan parpol yang akan diberikan pemerintah itu ternyata bukan hanya untuk di pusat saja. Akan tetapi, juga diberikan kepada anggota DPRD kota dan kabupaten. Sehingga jika ada kenaikan bantuan dana parpol tiga kali lipat, maka dapat dipastikan bahwa jumlahnya sangatlah besar. Semestinya hal tersebut perlu diperhatikan juga agar keuangan negara tidak jebol cuman demi dana parpol.
Kepedulian Penguasa Terhadap Rakyat Terwujud Hanya dalam Islam
Keabaian negara terhadap kepentingan rakyat terbukti dengan adanya kenaikan dana parpol. Inilah bukti wajah bopeng dari negara yang menerapkan Kapitalisme Demokrasi, yakni negara bukan sebagai pelayan bagi rakyat. "Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat " ternyata hanya sekedar slogan yang minim realisasi.
Dapat dibayangkan, gaji dan tunjangan mereka para petinggi negeri jika ditotalkan bisa mencapai ratusan juta per bulannya. Akan tetapi, DPR justru menganggarkan dengan adanya fasilitas tambahan mewah yang semestinya dapat dialokasikan untuk kepentingan hajat hidup rakyat kecil. Sebagaimana yang sudah diberitakan, sebanyak 28 mobil listrik Hyundai loniq terparkir di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta. (Kompas, 30/09/2022).
Namun, faktanya masih ada saja yang ingin mempertahankan sistem yang sudah jelas kebobrokannya ini dan sulit untuk move on dari parpol yang pragmatis.
Hal ini berbeda 360 derajat dengan sistem Islam kafah. Dalam sistem Islam kafah, seorang pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya. Dia akan mengambil kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan rakyat. Sebab, pemimpin itu menjalankan tugasnya atas dasar keimanan terhadap Allah Swt. Sebab, yakin bahwa kelak di yaumil hisab dia akan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya.
Selain itu juga, sistem Islam kaflfah bersumber dari Allah Swt. Di mana akan melahirkan pemimpin yang beriman, bertakwa, amanah, jujur, dan adil. Pemimpin yang akan mengurusi setiap hajat rakyatnya dengan sepenuh hati, mulai dari kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, bahkan tersier.
Rasulullah saw., bersabda: "Pemimpin adalah pihak yang berkewajiban memelihara urusan rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus." (HR Muslim)
Dalam hadis lain Rasulullah saw., bersabda , "Imam adalah raa'in (penggembala) dan ia bertanggungjawab atas rakyatnya." (HR.Bukhori)
Dengan demikian, sistem Islamlah yang sudah terbukti mampu mewujudkan suasana keimanan yang kuat, sehingga akan terwujud pula seorang pemimpin yang peduli dan memprioritaskan kebutuhan hajat rakyat seperti yang sudah pernah Rasulullah saw. terapkan.
Oleh sebab itu, sudah saatnya umat manusia kembali kepada Islam secara totalitas, penuh dengan keyakinan, dan tanpa menunda-nunda.
Wallahu a'lam bishawab
Post a Comment