Rekening Elit Semakin Gendut, Kemiskinan Rakyat Semakin Akut

Oleh: Ummu Haura

Aktivis Dakwah

 

Gubernur Papua, Lukas Enembe, kini sedang ramai diperbincangkan terkait harta kekayaannya. Lukas yang menjadi gubernur di Papua sejak 2013 memiliki gaya hidup mewah, kekayaannya yang tercatat di Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara(LHKPN) sebanyak Rp33 miliar. Dengan kekayaan sebanyak itu membuat Lukas menjadi gubernur terkaya keenam Se-Indonesia. Tapi kekayaan Lukas berbanding terbalik dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua yang masih tertinggal dari daerah lain di Indonesia.

Pada September 2021, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencatat sebanyak 70,3 persen pejabat negara mengalami kenaikan harta kekayaan selama terjadinya pandemi Covid-19. Analisis KPK tersebut berdasarkan laporan LHKPN. Sayangnya kenaikan harta pejabat negara tidak diiringi dengan kesejahteraan masyarakat. Pada saat pandemi saja banyak rakyat kehilangan pekerjaan bahkan kesulitan mencukupi kebutuhan dasarnya. Sebuah ironi ketika pejabat penyelenggara negara memiliki rekening gendut dan harta berlimpah tetapi rakyatnya malah mengalami kemiskinan akut.

Sistem kapitalisme yang menyandarkan pada asas manfaat belaka, membuat peluang yang ada hanya bisa dinikmati oleh mereka yang memiliki modal dan kekuasaan. Hasil dari eksploitasi SDA hanya dinikmati oleh individu sedang rakyat hanya menerima remah-remah hidangan berlimpahnya kekayaan negeri ini. Harusnya seluruh lapisan masyarakat Indonesia menyadari bahwa sistem kapitalisme yang diterapkan negeri ini hanya menguntungkan dan membuat sejahtera segelintir orang. Sudah saatnya rakyat Indonesia tidak hanya menyandarkan pada bergantinya kepemimpinan tetapi mendorong bergantinya sistem yang menjadi dasar kehidupan di negeri ini.

Islam tidak melarang setiap rakyat maupun pejabat negara untuk memiliki kekayaan. Tapi Islam akan memberi edukasi bahwa berlimpahnya harta bukanlah standar kebahagiaan semata. Islam juga akan mendorong setiap orang untuk belomba-lomba dalam kebaikan sehingga mereka tak sungkan mengeluarkan harta kekayaannya untuk kemaslahatan bersama. Dalam Islam juga diwajibkan adanya pembayaran zakat mal bagi kaum Muslim dan jizyah bagi orang-orang non-Muslim, akan tetapi beban zakat mal dan jizyah hanya diperuntukkan bagi orang-orang kaya yang memiliki kemampuan sesuai aturan syariat.

Islam juga akan mendorong para pejabat negaranya untuk tidak bermegah-megahan tetapi memberi contoh kehidupan sederhana dan tidak perlu malu dengan kesederhanaan. Banyak kisah kesederhanaan yang telah dicontohkan para pemimpin di masa kegemilangan Islam. Contohnya Umar bin Khattab yang saat itu menjadi kepala negara Madinah, ia hanya memiliki satu helai baju dan satu helai jubah dan keduanya penuh dengan tambalan. Bahkan pada saat paceklik melanda Madinah dan menyebabkan rakyat Madinah mengalami kesulitan, Umar memilih menjauhkan dirinya dari memakan daging dan minyak samin. Khalifah Umar lebih memilih memakan roti kering seperti yang dimakan rakyatnya.

Begitulah ketika umat manusia menjadikan Islam sebagai dasar dalam mengatur kehidupannya. Tidak akan terjadi kesenjangan hidup antara pejabat negara dan rakyatnya.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post