Oleh Nina Marlina, A.Md
Ibu Rumah Tangga
Gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit mental yang ditakuti. Jika seseorang mengalaminya maka akan rawan melakukan hal-hal berbahaya pada dirinya dan orang lain. Seperti bunuh diri, memukul dan melukai orang lain.
Jauh sebelum pandemi COVID-19, angka kasus gangguan kesehatan mental telah menunjukkan tren peningkatan di level global maupun Indonesia. Pandemi telah membuat masalah kesehatan jiwa makin meningkat. Ini semestinya menjadi pengingat bagi mayoritas negara untuk memperkuat sistem kesehatan mental. (The Conversation.com, 11/10/2022)
Masih di laman yang sama, dalam klasifikasi penyakit internasional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dijelaskan bahwa gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang kompleks dan bisa bermacam-macam bentuknya. Diantaranya termasuk depresi, kecemasan, bipolar, gangguan makan, dan skizofrenia. Riset terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation University of Washington terkait Global Burden of Disease (GBD) 2019 menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental tetap bertahan dalam 10 penyebab teratas beban penyakit di seluruh dunia.
Selain itu, temuan lainnya adalah gangguan kesehatan jiwa pada perempuan lebih tinggi dibanding pada laki-laki. Menurut Ilham Akhsanu Ridho, dosen dan peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, perempuan di Indonesia rentan mengalami gangguan kesehatan mental karena mengalami beban ganda dalam keluarga dan tempat kerja.
Dengan membaca data di atas, kita tentu prihatin. Gangguan kesehatan mental ini tak boleh dibiarkan bahkan dianggap remeh. Pasalnya, keamanan dan keselamatan masyarakat akan terancam. Sejak dulu, jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sudah banyak. Bahkan mereka sering disebut orang gila. Ada yang diurus oleh keluarga, dititipkan di rumah sakit jiwa serta banyak yang hidup di jalanan.
Beberapa faktor penyebabnya yaitu, pertama tekanan beban hidup. Terutama beban ekonomi yang sangat menghimpit harus segera dipenuhi. Sementara tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk memenuhinya seperti biaya hidup seperti makan dan tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan yang mahal. Kedua, lemahnya keimanan. Ketika iman lemah, maka jiwa mudah goyah. Hidup pun jadi hilang arah. Ketika hidup jauh dari agama maka tak memiliki pegangan. Pikiran mudah stres, hati tak tenang. Masalah terus bertambah tak bisa diselesaikan. Ketiga, terlalu mengejar dunia dan kandasnya impian. Ketika gagal meraih impian, banyak orang yang mentalnya drop. Mereka merasa kecewa, putus asa atau malu. Tidak sedikit dari mereka yang nekat bunuh diri. Seperti ketika gagal masuk PTN, tidak lulus ujian, putus cinta, bisnis hancur, gagal menjadi caleg dan yang lainnya.
Adapun faktor-faktor di atas terjadi akibat ulah kehidupan sekuler kapitalis. Sekuler yaitu kehidupan yang terpisah dari agama. Agama tak boleh ikut campur dalam sistem kehidupan. Hanya mengatur aspek ritual semata. Adapun kehidupan kapitalis yang mendewakan materi membuat orang terlalu ambisius mengejar dunia sementara akhirat diabaikan. Mereka terlena dengan kenikmatan yang sesaat. Ketika nikmat itu hilang, mereka pun kecewa dan merasa dirinya hancur.
Penyakit mental yang semakin marak ini tentuk tak bisa dibiarkan. Kita perlu mencari solusi untuk menanganinya. Sebagai seorang muslim, tentu kita harus mengambil solusi Islam dalam memecahkannya. Islam memerintahkan agar setiap muslim berperilaku sesuai dengan syariat. Setiap muslim dituntut untuk berkepribadian Islam yakni memiliki pola pikir dan pola sikap islam. Agar dapat berkepribadian islam, kita pun harus bisa menjauhi berbagai penyakit hati seperti iri hati, hasad (dengki) suudzhan (buruk sangka), putus asa dan yang lainnya. Untuk bisa memperoleh hati yang bersih dan jiwa yang kuat, maka seorang muslim harus memiliki pemikiran atau aqidah islam yang kokoh. Ia harus meyakini bahwa Allah adalah Pencipta-Nya dan berusaha taat terhadap seluruh syariat-Nya. Setiap perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban di akihrat. Dalam aqidah islam pun ia akan dipahamkan terkait qadha (ketetapan) Allah atas diri-Nya, sehingga ia akan sabar dalam menerima ketentuan Allah tersebut. Setiap permasalahan akan disikapi positif. Setiap kesulitan akan dijalani dan yakin akan ada kemudahan yang Allah berikan.
Selain itu, umat harus segera meninggalkan sistem kehidupan yang rusak ini. Sistem kehidupan sekuler kapitalis telah terbukti membawa manusia pada kehancuran dan kenestapaan. Hanya sistem kehidupan islam yang akan mampu menggantikannya. Sistem ini akan memberikan keamanan, ketenangan dan kesejahteraan dalam hidup manusia. Sistem islam akan menciptakan lingkungan islami yang kondusif, masyarakat yang saling menasihati dalam kebaikan serta jauh dari kehidupan hedonis materialis.
Dengan demikian masyarakat akan tercegah dari penyakit mental yang berbahaya. Setiap orang senantiasa semangat dalam menjalani kehidupan untuk meraih keridhoan Allah Swt.
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment