Stagflasi: Bukti Gagalnya Sistem Kapitalisme!

Penulis: Firda Faradilah

Beberapa waktu lalu diberitakan bahwa dunia sedang mengalami stagflasi, dimana stagflasi ini sendiri merupakan sebuah kondisi dimana ekonomi menurun dan terjadi lonjakan inflasi di saat bersamaan. Manusia yang tidak mampu penuhi kebutuhan dasar bukan hanya di negara berkembang akan tetapi negara maju. Dan negara yang mengalami kondisi ini terjadi pada AS sebagai negara besar yang dianggap maju, dari lonjakan inflasi di AS ini menyebabkan harga gas hingga pangan naik drastis. Ribuan keluarga pun berbondong-bondong mengantre makanan bantuan di bank pangan setiap harinya. Ribuan keluarga ini rela mengantri setiap harinya untuk mendapatkan bantuan pemerintah yang berisi kacang kaleng, selai kacang dan nasi (CNN,15/07/22). Angka inflasi tahun ini merupakan yang tertinggi dalam 40 tahun, naik 9,1 persen jika dibandingkan tahun lalu. Harga pangan di AS pun naik drastis dan menyebabkan warga mencari bantuan sana sini, sehingga tak pelak bank makanan di AS mengalami lonjakan permintaan bantuan. Sebagai contoh bank Makanan St. Mary di Pheonix, yang dimana bank makanan ini telah memberikan paket makanan 4.271 keluarga pada pekan ke-3 Juni. Angka ini meningkat 78 persen ketimbang pekan di bulan yang sama tahun 2021, mereka hanya memberikan bantuan kepada 2,396 keluarga.


Inflasi Amerika Serikat (AS) yang kembali mencatatkan rekor tertinggi dalam empat dekade terakhir, memperkuat tekad Faderal Reserve untuk secara agresif menaikkan suku bunga yang beresiko menjungkirbalikkan ekspansi ekonomi. Oleh karena itu, berdasarkan yang dilansir oleh Bloomberg, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (CPI) AS naik 9,1 % dari tahun 2021 dan kenaikan ini menjadi yang terbesar sejak tahun 1981. Angka inflasi di bulan Juni 2022 meningkat 1,3 % dari bulan-bulan sebelumnya dan hal ini membuat masyarakat harus merogoh kocek lebih untuk biaya bensin, tempat tinggal dan makanan. (Merdeka.com, 14/07/2022). 


Melihat Kondisi stagflasi yang saat ini sedang di alami dunia serta negara-negara besar yang dianggap maju, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan ikut mengalami hal yang serupa juga. Hal ini berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Chief Economist Bank Pertama Josua Perdede. Ia mengatakan bahwa kondisi stagflasi juga berpotensi terjadi di Indonesia jika stagflasi dialami oleh mitra dagang utama tanah air, seperti China dan Amerika Serikat. Diperkirakan bila stagflasi terjadi, maka aliran ekspor dan investasi Indonesia akan cenderung terlambat di tengah proses pemulihan pasca pandemi. 


Hanya saja, potensi terjadinya stagflasi di Indonesia masih relatif rendah, meskipun realisasi inflasi terus merangkak naik. Hal ini karena indikator konsumen Indonesia masih terjaga seiring dengan komitmen pemerintah menjaga harga berbagai jenis komoditas utama. Namun, tidak bisa juga ditampikkan bahwa resiko Indonesia kena imbas stagflasi dunia akan tetap ada, meski pemerintah mengklaim kondisi ekonomi Indonesia aman. Selama sistem yang di gunakan di negeri ini adalah sistem yang sama seperti yang digunakan di negeri-negeri barat sana yaitu sistem ekonomi kapitalisme, maka merambat nya stagflasi akan tetap berpotensi di negeri ini. Sehingga bayang-bayang kemiskinan tidak akan lepas dan semakin menyelimuti masyarakat negeri ini. 


Apalagi jika melihat kondisi ekonomi masyarakat negeri ini yang belum stabil paska pandemi Covid-19. Biaya hidup yang semakin mahal sehingga masyarakat kelas menengah ke bawah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka. Para pekerja yang banyak mendapat PHK dan banyak menjadi pengangguran, kemudian harga-harga bahan pokok kian hari semakin mahal dan tidak terkendali, ditambah dengan banyaknya pos subsidi yang perlahan akan dicabut dengan alasan meringankan APBN agar inflasi berkurang. Jika permasalahan inflasi ini tidak segera diatasi maka sungguh inflasi akan semakin berlarut-larut dan stagflasi tidak akan bisa terelakkan.


Melihat permasalahan inflasi di negeri ini yang masih kompleks dan diikuti ancaman dampak dari terjadinya stagflasi maka akan berimbas pada turunnya daya beli masyarakat, kemudia ditambah dengan biaya hidup yang akan semakin mahal, dan suku bunga bank sentral yang akan naik. Sehingga hal ini tentu akan semakin menyengsarakan masyarakat ke depannya. Jika memikirkan jangka panjangnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat akan jatuh ke dalam lubang kemiskinan meskipun mereka memilki pekerjaan dan aktif bekerja. Tak pelak kondisi ini akan semakin mempertinggi angka kemiskinan di negeri ini, sebab banyak masyarakat mengalami krisis biaya hidup. 


Ini adalah bukti dari kegagalan membangun negara dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan pengaturan sistem ekonomi kapitalisme. Dalam hal penyelesaian permasalahan inflasi saja, sistem kapitalisme tidak cukup mampu memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan ini. Sistem ini tidak ubahnya seperti orang yang melakukan tambal sulam, yang tidak mampu menutupi dan menyelesaikan permasalahan ekonomi sampai ke akarnya. Hal ini karena sistem ekonomi kapitalisme berdiri diatas pilar sistem mata uang kertas, sistem utang piutang berbasis ribawi dan sistem investasi berbasis pada perjudian. Pertumbuhan ekonomi dari sistem ini ibarat gelembung yang semakin lama akan semakin membesar namun tidak berisi sehingga sangat rentan kapan saja akan siap meledak.


Inflasi global yang sedang dihadapi dunia saat ini yang memicu terjadinya stagflasi dan makin parahnya krisis global, semakin menumbuhkan jurang-jurang kemiskinan. Sungguh keadaan dunia dan kondisi masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Tata kelola perekonomian yang di gunakan saat in sudah seharusnya di buang, sebab kesengsaraan yang di dapatkan dari sistem yang di terapkan saat ini bukan hanya hisapan jempol semata.


Sehingga tampa perlu berdalih lagi, sudah saat nya dunia berubah dari sistem kapitalisme menjadi Islam. Dunia membutuhkan Islam sebagai panduan dan sumber membangun masyarakat yang anti krisis, sejahtera dan adil. Untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang aman dan sejahterah hanya bisa di wujudkan dengan sistem Islam. Pengaturan dalam sistem ini mengatur semua kebijakan baik itu yang mikro maupun yang makro. contoh saja kebijakan makro yang meliputi sistem moneter dan fiskal yaitu APBN-nya menggunakan mekanisme baitul mal bukan pungutan dari rakyat. Sistem ekonomi Islam terbukti jauh lebih kebal terhadap krisis dibandingkan sistem ekonomi kapitalisme.

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ


"Jika penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) sehingga Kami menyiksa mereka akibat perbuatan mereka" (QS al-A’raf [7]: 96).

Post a Comment

Previous Post Next Post